#2 - Terlihat Mirip

144 42 5
                                    

Perjalanan pulang terasa lebih asik karena saat perjalanan pulang, Arthur dan Remi sempat mampir di mal terdekat dari sekolahnya. Seharusnya disana ada Agnes, namun ia pulang lebih dulu. Mereka sering pergi ke mal ini entah untuk nonton film, makan, atau sekedar jalan-jalan dan nongkrong-nongkrong sebentar. Arthur juga sudah mengabari ayahnya soal ia pergi ke mal sebentar bersama Remi. Ayahnya memang sudah mengenal Remi dan keluarganya, jadi ayahnya dapat dengan mudah mengiyakannya apabila Remi yang menemani Arthur. Begitupun dengan ibunya. Apabila bukan dengan Remi, ia akan menjadi sedikit khawatir tentang putranya.

Saat sedang ngopi santai di salah satu cafe di mal tersebut, tidak sengaja Arthur melihat sesosok perempuan yang mirip sekali dengan ibunya. Awalnya ia ingin mencoba untuk memanggil perempuan itu, namun ia mengurungkan niatnya. Mungkin itu bukanlah ibunya. Sebab, mana mungkin ibunya tiba-tiba berkunjung ke Jakarta tanpa mengabarinya terlebih dahulu.

Suasana sempat hening karena bingung mau membicarakan hal apa lagi. Ditambah pula, Arthur yang mulai mengoceh soal halusinasinya melihat ibunya, membuat Remi juga merasa agak kasihan dengannya. Ia tahu latar belakang kehidupan keluarga Arthur. Ingin sekali ia membantu sedikit, walaupun mungkin hanya untuk menghibur Arthur, tapi ia sendiri pun bingung harus berbuat apa.

"Ya udah lah Thur. Nanti juga kan liburan semester lo main ke rumah mama lo di Bandung. Tinggal sebulan lagi." tutur Remi.

"Hmm." jawab Arthur singkat.

"Gini aja deh, biar lo ga kepikiran banget soal tadi, ayo dah nonton. Kan kebetulan juga hari ini film lanjutan anime yang lo suka lagi tayang." ajak Remi untuk menghilangkan kegalauan Arthur.

"Duitnya mana? Gue masih bokek setelah project ultahnya adek gue."

"Gue bayarin. Udeh ayo aja dah."

"Tumben, biasanya juga tiket ama popcorn gue yang bayar semua kalo nonton ama lo."

"Karena gue lagi banyak duit, jadi gapapa dong gue ngebayarin lo nonton yekan. Ini kopi juga gue yang bayar dah sekalian."

"Buseh, tumben amat nih kak." Arthur sengaja menekan kata 'kak' di kalimatnya.

"Ohiya, gue ada ide." sambung Arthur.

"Ide apaan?"

"Gimana lo ikut gue aja ke Bandung? Yaa sekali-sekali lo main kesana, ketemu sama mama gue juga. Lo juga udah lama kan ga liat Josia ama Lisa kan? Ayolah temenin gue kesono." bujuk Arthur.

"Hmm..." balas Remi singkat. Terbaca dari ekspresinya, ia bingung akan suatu hal.

"Nanti biaya kesono gue yang tanggung udeh." balas Arthur cepat.

"OKE GUE IKUT." balas Remi mendadak antusias.

"Giliran denger kata 'gue yang bayar' aja dah, langsung semangat." balas Arthur yang sudah mengerti arti dari respon teman baiknya tersebut.

"Hehe."

***

Di tempat lain, ditengah kota Bandung yang ramai dengan hiruk-pikuk perkotaan, Josia pergi bersama ibunya untuk berbelanja. Entah itu pakaian, kue, makanan, dan lain-lain. Mereka sering melakukannya. Apalagi, Arthur akan berkunjung ketika liburan semester nanti yang tinggal satu bulan lagi. Josia merasa sangat bersemangat. Sebab, diantara banyaknya teman yang ia miliki, ia merasa paling dekat dengan kakaknya. Ia sering menceritakan banyak hal ke Arthur. Apalagi sekarang ini Josia sudah kelas 9 SMP, yang artinya dia sudah mulai mengenal banyak hal-hal baru di hidupnya. Seperti misalnya kisah cinta monyet remaja. Ia selalu mengasumsikan dirinya tampan dan menjadi idola sekolah seperti di film dan novel-novel remaja lainnya.

Spring Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang