#32 - Promise

25 7 2
                                    

Rachel buru-buru meninggalkan tempat itu untuk menghindari identitasnya diketahui oleh siapapun. Sesampainya di pinggir jalan raya di depan mall tersebut, Rachel berdiri dan menunggu angkot yang akan datang untuk mengantarnya pulang.

Beberapa menit berlalu, namun belum ada juga angkot yang lewat. Angkot yang lewat ialah angkot dengan rute lain. Bukan angkot dengan rute yang dapat mengantarnya ke tujuannya. Iapun menutuskan untuk berjalan sedikit. Mungkin sembari berjalan, akan ada angkot dengan rute yang sesuai akan datang.

Beberapa menit berjalan, belum juga ada angkot yang sesuai yang lewat. Waktu sudah menunjukkan pukul 17:59. Yang artinya sudah maghrib. Rachel agak sedikit merinding. Bukan karena takut tiba-tiba ia bertemu sesuatu yang tak kasat mata, namun lebih tepatnya ia takut seseorang akan berbuat macam-macam padanya. Apalagi ia adalah anak remaja perempuan. Bisa menjadi sasaran para orang-orang jahat yang mengintai.

Kewaspadaan Rachel kian bertambah karena ia menyadari jalanan makin terlihat sepi. Namun tidak ada angkot yang sesuai yang lewat. Karena jaraknya dengan rumahnya sudah dekat, jadilah Rachel memutuskan untuk mempercepat langkah kakinya agar dapat sampai ke rumah dengan cepat. Untuk mengurangi rasa takutnya, ia menyetel musik di HP nya dan memasang earphone. Sekaligus ia memakai jaket dan topinya. Tak lupa topi yang ikut terjahit bersama dengan jaketnya juga ia kenakan dikepalanya. Untuk jaga-jaga saja.

Selang beberapa menit, musik di earphone nya berhenti dan berganti menjadi nada dering ketika ada seseorang meneleponnya. Ia berhenti berjalan dan melihat layar HP nya. Tertera nama Arthur disana. Iapun mengangkat telepon itu dan kembali berjalan. Sebab ia menggunakan earphone, maka ia tidak perlu menempelkan layar HP nya ke telinganya untuk mendengar suara orang diseberang sana.

"Halo?"

"Haii~ lagi ngapain?"

"Lagi jalan. Dikit lagi nyampe rumah."

"Hah? Emang lo darimana? Kok pulangnya pas maghrib begini? Nanti diculik wewe gombel lho." Arthur agak cemas tpi juga berusaha untuk membuat lelucon. Rachel yang mendengar lelucon itu merasa bahwa rasa takutnya jadi lumayan berkurang karena ada teman untuk mengobrol.

"Aku kan abis kerja kelompok disekolah."

"Ya kali kerja kelompok sampe jam segini di sekolah? Gerbang sekolah juga udah ditutup dari jam 5 sore. Sekarang aja kan udah jam 6 lewat." ucap Arthur panjang.

"Yaa, nanti aku kasih tau dehh..."

"Hmm iyaiya. Oh lo dimana sekarang? Gue jemput aja ya."

"Eh eh? Ga usah. Aku udah deket kok. Udah di jalan Benda."

"Lo jalan kaki kan? Udah tunggu situ aja. Ada minimarket kan disitu? Nah tunggu situ aja. Ini gue mau otw. Okeyy?"

Mendengar itu, Rachel merasa lumayan senang. Perasaannya menghangat. Pipinya pun ikut memerah. Arthur ialah tipikal cowok yang agak pendiam namun humoris, juga tergolong sweet. Jarang sekali ada tipikal cowok seperti itu. Sambil menunggu pun, Rachel berjajan-jajan ria sedikit di minimarket tersebut lalu duduk di bangku dan menaruh semua jajanannya diatas meja lalu mulai menyantapnya.

***

"Eh, jaket gue yang satu lagi mana ya?"

"Dicuci kali."

Arthur daritadi sibuk mencari jaketnya. Padahal sebuah jaket sudah menempel rapi di tubuhnya yang proposional.

"Lo kan udah pake jaket, ngapain nyariin jaket lagi?" tanya Josia heran. Untuk apa ia membawa 1 jaket lainnya lagi? Sungguh kurang kerjaan.

Spring Day [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang