chapt. 4

1.8K 92 3
                                    

“Ada kakak?” tanya Heejin pada Jungkook dan temannya yang tidak Heejin kenal.

“Lagi tidur sama Somin.” jawab Jungkook. “Tadi Sinbi jatuh di tangga, makanya aku suruh tidur.”

Heejin terkejut. Kini ia mencemaskan sang kakak. Kak Sinbi bodoh! Pikirnya. Sinbi memang ceroboh!

“Terus kak Sinbi sekarang dimana?” tanya Heejin lagi.

Jungkook dan temannya mengajak Heejin masuk. Mereka bertiga ke kamar Jungkook untuk mengecek keadaan Sinbi.
























Benar saja. Sinbi dan Somin tengah tertidur pulas. Tubuh mungil mereka terlihat semakin mungil karena selimut tebal itu menyelimuti mereka.

“Ya udah kak, nanti kalau udah bangun suruh pulang ya. Kalau susah jalan hubungi aku aja ya kak.” ujar Heejin.

Jungkook mengangguk.

Setelah itu Heejin pun pulang. Kim Jseph —teman Jungkook membangunkan Somin, pacaranya.

“Bangun. Ayo kita ke kamarmu.” ajak Jseph manja.

Somin terbangun dari sandiwaranya. Yang benar-benar tertidur hanya Sinbi. Somin sengaja pura-pura tertidur agar Heejin tak curiga.

Setelah Somin dan Jseph pergi, Jungkook meminum air yang ada di meja belajarnya. Ia terkekeh mengingat Sinbi mengira air ini telah dicampur obat perangsang. Padahal Jungkook hanya ingin mengancamnya saja.

***

“Pelan-pelan. Ingat apa yang harus kita katakan.” ucap Jungkook.

Sinbi mengangguk. Dirinya membuka pintu dan memanggil Ibunya.

“Ada apa?” tanya nyonya Hwang.

Sinbi terdiam.

“Maaf Tante, Sinbi tadi terjatuh di tangga dan kakinya sedikit terkilir. Ini salah Jungkook karena tidak mengawasi Sinbi dan malah sibuk mengambil cemilan di dapur.” kata Jungkook berbohong.

Nyonya Hwang tersenyum canggung. “Kalau begitu ceritanya.. berarti bukan salahmu, Jungkook. Sinbi yang tidak berhati-hati. Kau tidak apa-apa kan nak?”

Gadis itu mencibir Jungkook dalam hati. Jungkook memang pintar mencari perhatian dan pencitraan. Sinbi menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya sakit sedikit.” jawabnya.

“Ya sudah Tante, aku pulang dulu. Jika Sinbi makin parah hubungi aku. Aku akan membawanya ke klinik nanti.” ucap Jungkook.

“Tidak usah repot-repot. Sinbi hanya sakit sedikit, tidak usah dibawa ke klinik, nanti juga sembuh sendiri.”

***

Dua hari kemudian, orangtua Jungkook pulang. Seperti biasa, setelah makan malam adalah waktunya berbincang. Seluruh anggota keluarga Jeon belum ada yang bangkit dari meja makan. Hal itu karena tuan Jeon ingin menyampaikan sesuatu pada kedua anaknya itu.

“Ayah dan Ibu telah memutuskan mencari seseorang untuk dijodohkan ke kalian nanti.” ujar tn. Jeon.

Somin hampir tersedak karena minumannya. “Untuk apa, Ayah? Zaman sekarang kan sudah berbeda. Memangnya perjodohan masih ada?” tanyanya menentang.

“Tutup mulutmu, nak. Kau harus belajar mendengarkan orang sampai akhir, jangan menyela!” kata tuan Jeon.

Somin menunduk, merasa bersalah.


“Karena nanti Jungkook yang akan memegang perusahaan Ayah, maka hanya Jungkook yang akan Ayah jodohkan.”

Dan di sana Somin merasa lega. Berbanding terbalik dengan Jungkook yang masih terdiam, mencerna apa yang barusan dikatakan Ayahnya.

“Tidak mau.” jawab Jungkook tegas.

Tuan dan Nyonya Jeon terkejut. Seingatnya Jungkook adalah anak yang patuh, berbeda dengan kakaknya Somin yang sering menentang kehendak orangtuanya.

“Mengapa, nak? Kami sudah menyiapkan beberapa nama. Kau bisa pilih sendiri jika mau!” ujar nyonya Jeon.

Jungkook tersenyum kecut, “Ck.” ia berdecak.

“Jungkook sudah punya kekasih, Ibu. Begitupun aku.” jawab Somin.

Orangtua mereka tidak begitu terkejut.

“Kalau begitu putuskan!”

“Tidak mau.” ucap Jungkook.

“Itu hanya pacar Jungkook. Kau mengalami cinta remaja biasanya. Setelah kau putus dengannya, seiring waktu kau akan melupakannya!”

Lagi-lagi Jungkook tersenyum kecut. “Tidak bisa. Aku akan bertemu dengannya setiap hari. Aku pun mencintainya!” Setelah itu Jungkook pergi ke kamarnya.

“Tidak sopan!” ucap nyonya Jeon.

Somin yang melihat perdebatan ini bingung. “Ayah, Ibu, aku ke kamar ya.” ujarnya.

***

Pagi ini Jungkook berangkat sangat pagi. Ia hanya pamit pada Somin. Tanpa sarapan, Jungkook pun langsung membawa motornya ke rumah Sinbi.

Heejin membukakan pintu.

“Kakak masih bersiap. Ayo kak Jungkook masuk.”

Jungkook disambut nyonya Hwang dan tuan Hwang. Jika bisa memilih, Jungkook ingin ditakdirkan lahir di keluarga Hwang dibanding keluarganya sendiri. Lihatlah betapa harmonisnya pagi ini di sini.

Jungkook menunggu Sinbi di meja makannya bersama Heejin dan tuan Hwang. Sementara Nyonya Hwang masih menyiapkan makanan.

“Jungkook, kau sudah sarapan, nak?” tanya tuan Hwang.

Jungkook menggeleng, “Di rumah makanannya ada yang membuatku alergi. Bibi Han lupa. Jadi aku akan sarapan nanti saja di sekolah.” jawabnya berbohong. Memangnya Jungkook alergi apa? Tidak ada.

“Kalau begitu ikutlah sarapan di sini. Kau tidak alergi pada daging ayam dan sayur kan? Atau kau mau roti?” tanya nyonya Hwang yang meletakkan nasi, lauk, piring, dsb di meja makan.

Jungkook tersenyum, “Apa tidak merepotkan?” tanyanya.

“Merepotkan sekali!” cibir orang yang baru datang. Siapa lagi kalau bukan Sinbi.

“Kau tidak boleh seperti itu, Sinbi. Seharusnya kau senang, Jungkook sampai detik ini mau mengantar-jemputmu ke sekolah.” kata tuan Jeon.

“Iya, terserah.” ujar Sinbi.








Dan kelimanya bersiap untuk sarapan.







Ponsel Jungkook bergetar. Ada pesan dari Somin.

Somin

|Ayah dan Ibu mencarimu

| Jung Chaeyeon, Jung Eunha, Kim Yerim, Lalisa Manoban, dan dua lagi aku lupa

| Itu nama-nama yang Ayah sebutkan. Mungkin kau tahu beberapa























Tbc.






➖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
euphoria / i am friendnantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang