Last Time: Fiancè

2.7K 205 16
                                        

Lumrah orang berkata "sakit banget ditinggal pas lagi sayang - sayangnya"

Ya itulah yang terjadi padaku, orang yang paling berarti dihidupku meninggalkanku ketika kami masih saling mencintai, masih sangat menyayangi satu sama lain.

Aku mengenalnya sejak dari bangku kuliah. Namanya Namjoon tapi aku biasa memanggilnya Joonie. Dia adalah pemuda yang tampan ,gagah dan pemberani. Sangat pemberani bahkan ia berani mengajakku berkencan dimana aku adalah seniornya di kampus. Kampus kami sangat kental dengan senioritas dan ia menerobos itu semua.

Singkatnya kami akhirnya menjadi sepasang kekasih. Dari masih menjadi mahasiswa hingga kami berkarir, aku menjadi seorang dokter dan dia programmer.

Di tengah kesibukkan, kami selalu menemukan waktu itu bertemu,saling bercerita ataupun berkeluh kesah.
Orang - orang menyebut kami couple goals.

Aku dan Joonie sangat bahagia bisa bersama. Kami tak pernah berpikir akan adanya perpisahan. Kami bahkan telah merancang pernikahan impian kami.

Namun ternyata semesta memiliki rencananya sendiri.

Saat itu sedang ada shift malam di UGD rumah sakit. Shift seperti biasa tak ada yang berbeda. Hingga pukul 9 malam, terdapat telepon yang mengatakan bahwa telah terjadi kecelakaan beruntun. Aku pun ditugaskan untuk ikut ke lokasi kejadian untuk menangani korban kecelakaan itu.

Saat itu aku duduk di depan bersama bapak pengemudi ambulance Perasaanku mulai tak enak ketika aku melihat sebuah mobil berwarna hitam yang tak asing bagiku diantara beberapa mobil yang terlibat kecelakaan.

"Joooniiiieee...."
Aku berteriak ketika melihat kekasihku menjadi salah satu korban dalam kecelakaan itu. Ia terpental dari mobilnya. Kini ia tergeletak di jalanan.

Saat aku menghampirinya dia masih sadar. Dia tersenyum melihatku.

"Tak usah, aku sampai disini saja"
Kata Joonie ketika aku ingin memberikannya pertolongan

"Jinseok aku mencintaimu"

Itulah hal terakhir yang dia ucapkan sebelum ia memejamkan matanya.

Aku dan yang lain lantas melakukan CPR untuk mengembalikan detak jantungnya. Namun sia-sia, Joonie sudah pergi.

Saat itu hatiku hancur,jiwaku seketika kosong melihat tubuh orang yang paling aku cintai mulai mendingin. Tapi aku tak menangis, aku melihat senyum di wajahnya, senyum yang kuyakini memberitahuku bahwa ia pergi dengan tenang.

Aku sempat membersihkan darah yang mengalir dari telinga dan hidungnya.

"Joonie sayang, aku tinggal sebentar ya aku harus menolong korban yang lain" kataku pada Jonnie dan memberikan kecupan pada keningnya.

Lalu aku bergegas meninggalkan Joonie yang kini sudah ditangani oleh dr. Hoseok, dan aku kembali melaksanakan tugasku sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan nyawa lainnya yang masih bisa ditolong.

.
.
.
.
.
.

"Hyung, aku ingin memberikan ini padamu. Ini cincin pesanan Joonie untuk melamarmu. Ia sudah memesan ini sejak minggu lalu."
Park Jimin, teman dekat Joonie yang berprofesi sebagai desainer perhiasan itu kemudian memberikan kotak berisi sebuah cincin.

Cincin berwarna putih bertahtakan Swarovski yang begitu indah. Bisa kubayangkan wajah tampannya ketika ia memasangkan cincin ini di tanganku

"dr. Kim, Tuan Joonie sudah selesai kami visum dan kau bisa menemuinya"
Suara dr. Hoseok membuyarkan lamunanku. Aku dan Jimin yang ditemani dr. Hoseok segera menemui Jonnie.

Kamar Jenazah

Sungguh aku tak pernah mengira, akan tiba masanya aku menemui kekasihku di ruang ini

"Hey Joonie, aku sudah melihat cincin yang kau pesan untuk melamarku, sungguh indah. Tapi ternyata takdir belum mengizinkanmu memasangkan cincin ini dijariku. Tak apa, aku akan memasangnya sendiri."

Aku pun memasang cincin itu di salah satu jariku. Ukurannya sangat pas di jariku.

"Sekarang aku resmi menjadi tunanganmu Joonie, aku bahagia sekali, terimakasih Joonie"

Aku mengusap wajah tampannya yang terasa dingin. Kuberikan kecupan terakhir di pipi Joonie sebelum kain putih itu kembali menutupi wajahnya.

Begitulah pertemuan terakhirku dengan Joonie. Aku tak datang ke pemakamannya. Jujur aku tak sanggup jika harus melihat tubuhnya diturunkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Aku memilih berdiam di rumah Joonie, tepatnya di kamarnya. Sejak hari terjadinya kecelakaan itu, aku tidur di kamar Joonie. Orang tua Joonie yang menyarankanku untuk pindah sementara. Mereka tak tega membiarkanku tinggal sendirian apartemenku. Aku juga merasa nyaman tidur di kamar Joonie. Aku seperti merasakan bahwa ia masih bersamaku

Sore hari usai pemakaman Jonnie, aku mendapat kiriman buket bunga mawar pink yang begitu banyak. Kata pemilik dari toko bunga itu, buket bunga ini rencananya akan menjadi dekorasi di lokasi tempat Joonie akan melamarku. Namun karena Joonie lebih dahulu pergi sebelum sempat melaksanakan rencananya, maka pemilik toko bunga mengirimkan seluruh buket bunga ke padaku

Tuan Yoongi si pemilik toko bunga dibantu oleh dua anaknya yang bernama Jungkook dan Taehyung mendekorasi kamar Joonie dengan buket buket bunga itu.

Kamar bercat putih itu kini memiliki aksen pink dimana mana. Aku tertawa melihatnya,karena aku tau Jonnie tidak suka warna pink namun kini kamarnya berubah menjadi lautan mawar pink.

Walaupun Joonie tak suka warna pink, ia rela mengenakan baju bernuasa pink ketika aku memintanya. Bucin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan sikap Joonie padaku.

"Mama, bolehkan malam ini aku mengenakan jaket biru yang biasa Joonie kenakan?"

Mama Joonie mengizinkanku mengenakan jaket biru kesayangan Jonnie.

"Sayang,mama tinggal dulu ya,kalau kau perlu sesuatu kau bisa cari mama di bawah ya"

Mama Joonie mengusak suraiku dan pergi menuju lantai bawah untuk menemui para tamu yang masih berdatangan untuk mengucapkan rasa duka cita mereka.

Sepeninggal Mama Joonie, aku memutuskan untuk tidur sambil mengenakan jaket biru ini.

Baru beberapa saat aku terlelap,aku merasakan adanya hal lain yang hadir di kamar itu.

"Joonie.."

Entah aku bermimpi atau itu nyata, aku melihat sosok Joonie. Ia menghampiriku dan merebahkan badannya tepat disampingku. Kemudian ia memelukku. Begitu hangat seperti pelukan Joonie yang sering aku rasakan. Joonie mengusap wajahku sambil menunjukkan senyum manisnya .

"Joonie jangan pergi lagi"

"Jinseok aku takkan pergi, aku tetap disini. Sekarang tidurlah aku akan menjagamu, aku berjanji akan selalu bersamamu"

Aku mengeratkan pelukanku padanya , membenamkan wajahku ke dada bidangnya dan aku mulai terlelap untuk kedua kalinya.

.
.
.

Sudah beberapa minggu setelah Joonie pergi. Aku masih tinggal di rumah orang tua Joonie dan aku masih tidur di kamar Joonie. Aku belum ingin kembali ke apartemenku karena setiap malam, Joonie selalu datang ke kamarnya dan menemaniku tidur.

-End-

Nb:
Seokjin beneran didatengin hantunya joon apa dia cuma halusinasi karena ia belum mengikhlaskan semuanya? Entahlah akupun tidak tau🙃

Last Time (Kumpulan One Shot Namjin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang