Emergency

19.1K 378 35
                                    

Drrrtttt....Drrrtttt...

"Bising!"teriakku. Aku pun langsung menjatuhkan ponselku yang kini masih asik dengan nada-nada getarnya yang memekakkan telinga itu. Aku pun bangkit dari tidurku dan langsung mengambil ponsel itu dan mematikan alarm yang sejak dua jam lalu sudah memulai pekerjaannya.

"Hoam!"uapku.

Aku pun berdiri dan mulai melangkahkan kakiku untuk berjalan ke kamar mandi. Setelah, selesai membenahi diriku, aku pun langsung bergerak untuk mengambil tasku dan juga ponselku. Kini aku sudah berada di dalam mobilku yang berwarna hitam metallic. Setelah, memastikan tidak ada yang tertinggal aku pun mulai menekan pedal gas mobilku dan setelah itu mobilku pun langsung meluncur ke tempat yang dimana aku menghabiskan hari-hariku.

Elina Enzi, nama yang tidak asing bukan? Kebanyakan orang-orang memanggilku dokter Elina. Aku merupakan seorang dokter di salah satu rumah sakit ternama dan juga terbesar di Ibu Kota. Aku merupakan seorang dokter ahli bedah dan juga penyakit dalam. Aku tau kalian akan menganggap itu semua sebagai hal yang aneh. Kenapa aku memilih untuk menjadi dokter ahli beda dan juga penyakit dalam? Jawabannya adalah karena aku cinta akan hal-hal yang berbau akan kesehatan. Terutama kesehatan organ dalam tubuh. Aku juga merupakan kepala IGD (Instalansi Gawat darurat) RS. Velencia di Jakarta.

Aku pun memberhentikan mobilku tepat di sebuah gedung besar berwarna putih yang memiliki banyak lantai yang menjulang ke atas. Aku pun turun dari mobil, lalu aku pun mulai berjalan masuk ke dalam gedung berwarna putih tersebut. Aku pun tersenyum ketika melihat ada beberapa orang yang menyapaku.

"Selamat pagi dok.."sapa seseorang. Kini ia sudah berada di sampingku. Vina namanya, ia adalah salah satu perawat di rumah sakit ini dan dia adalah asistenku.

"Apa saya ada jadwal operasi hari ini?"tanyaku pada Vina.

"Tidak ada dok, hanya ada beberapa observasi pasien saja."balas Vina. Aku pun mengangguk-anggukan kepalaku sebagai tanda bahwa aku mengerti.

...

Detik demi detik berganti. Aku pun menatap arloji berwarna silverku. Tenryata jam sudah menunjukkan tengah malam. Malam ini aku yang menjadi salah satu dokter yang bertugas berjaga malam di IGD. Terdapat beberapa perawat yang kini juga tengah berusaha menahan kantuk dengan cara memainkan ponsel mereka. Aku pun kembali memfokuskan perhatianku pada sebuah buku. Buku itu berjudul Anatomi Fisiologi (Cabang ilmu kesehatan / medis yang mempelajari bagian tubuh beserta fungsinya) setidaknya buku ini dapat menghilangkan sedikit rasa kantukku.

Sudah sekitar tiga puluh menit aku membaca buku itu. Rasanya kantuk ini semakin berat saja. AKu pun menutup buku itu, lalu aku pun menyederkan badanku ke kursi dan mengadahkan kepalaku ke atas. Setelah itu, aku pun menutup kedua mataku.

"Nikmatnya!"gumamku sambil tersenyum. Tetapi, senyumanku harus memudar ketika aku mendengar ada suara nyaring yang menggema dan aku sangat mengenali suara itu.

"Dokter Elina! Satu ambulans datang!"teriak Vina. Aku pun langsung bangkit dari kursiku, lalu aku pun langsung bergegas.

"Dokter, pasien ini sempat ditangani oleh rumah sakit ini."ucap salah satu perawat.

"Berikan saya rekap medisnya!"perintahku.

"Maaf pak, dimananya yang terasa sakit?"tanyaku kepada pasien.

"Dada saya terasa nyeri ketika saya menarik nafas dan membuangnya lalu saya kesulitan bernafas."jawabnya. Aku pun mengambil steteskop milikku, lalu menaruhnya di dada bapak itu.

"Maaf pak, saya ketuk dadanya. Kalau sakit bapak bilang ya."ucapku. Aku pun mengetuk dadanya beberapa kali.

"Dokter, ini catatan medisnya."ucap perawat itu sambil menyodorkan sebuah map, lalu aku pun mengambilnya dan membacanya. Ternyata ia sudah banyak mengalami komplikasi pada paru-parunya. Pneumonia dan Emboli paru.

Hospital On Romance (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang