Aku kini tengah menatap tidak suka pada sebuah meja yang letaknya berada di sudut ruangan. Ada satu monitor komputer di atas meja itu dan juga terdapat satu sosok yang rasanya akan membuatku terkena hipertensi. Melihat meja itu membuatku merasa aneh. Entahlah, untuk pertama kalinya aku harus berbagi ruangan dengan seseorang. Aku merasa sangat tidak nyaman dan parahnya lagi aku harus membagi ruanganku dengan pria iblis itu!
"Elina!"panggil seseorang. Pria itu kini tengah asik dengan komputer barunya itu.
"Ada apa cintaku negeriku?"tanyaku dengan manja sambil menatapnya dengan sinis.
"Buatkan gue kopi!"perintahnya.
"Punya kaki?"tanyaku. Dia pun mengangguk-anggukan kepalanya sebagai tanda jawaban.
"Punya tangan?"tanyaku lagi. Dia pun menganggukkan kepalanya lagi.
"Punya mulut?"tanyaku. Lagi dan lagi dia hanya menjawab pertanyaanku dengan anggukan.
"Kalau begitu, harusnya bersyukur karena masih punya kondisi tubuh yang lengkap. Nah, selagi masih lengkap tuh anggota badan! Silahkan, bikin kopi sendiri kalau emang gak bisa ngebuat kopi! Lu kan punya mulut buat minta tolong OB!"ucapku.
"Ingat! Lu harus nurutin apa kata gue!"ucapnya lagi.
"Cih!"decakku kesal. Aku pun langsung bangkit dari kursi, lalu berjalan meninggalkan ruangan itu.
"Mau kemana?"tanyanya datar.
"Ke hatinya! Daripada ke hatimu! Gak waras gue entar."balasku.
Bruk...
Aku pun menutup pintu itu dengan cukup keras. Aku pun mulai melangkahkan kakiku.
"Ke café aja deh! Minum yang dingin-dingin!"ucapku.
Aku kini sudah berada di cafeteria rumah sakit ini. Tetapi, ketika aku ingin baru saja memesan tiba-tiba saja aku merasakan ada sesuatu yang bergetar di saku jasku.
"Dokter!"teriak Vina dari balik telfon membuatku pun langsung menjauhkan ponsel itu dari telingaku.
"Ada pasien!"teriaknya lagi.
"Iya, saya akan segera kesana!"balasku. Aku pun menutup telfon itu, lalu memasukkan ponsel itu kembali ke dalam saku jasku.
"Bude Ina! Pesannya nanti aja! Elina ada pasien!"teriakku.
"Oke nak!"balas Bude Ina.
Aku pun berlari menuju luar rumah sakit. Terdapat banyak Ambulans dan juga terdapat banyak orang yang penuh akan luka dan juga darah. Satu-persatu pun korban diturunkan dari ambulans. Aku pun langsung memeriksa mereka dengan cepat.
"Mereka baru saja mengalami kecelakaan bis!"ucap Vina padaku. Aku pun menganggukkan kepalaku.
"Dokter, dia sudah pingsan selama beberapa detik yang lalu."ucap Dokter Nisa.
"Periksa dia! Dia mengalami cidera ringan di kepalanya!"balasku.
"Dok, dia kehilangan kesadaran sekitar 3 menit yang lalu."ucap roni yang juga merupakan salah satu dokter IGD.
"Pak, anda dengar saya?"tanyaku
Ia tidak merespon. Aku pun menepuk pundak korban dengan perlahan. Aku mencubit telinga korban untuk memberi rangsangan agar dia merespon. Tetapi, tetap saja hasilnya nihil.
"Ron, lakukan CPR (Cardio Pulmonary Resutation yaitu memberikan tekanan pada dada)!"suruhku membuatnya pun langsung menganggukkan kepalanya.
Aku beralih lagi ke pasien yang baru diturunkan dari ambulans.
"Dok, nafasnya tidak teratur."ucap vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital On Romance (COMPLETED)
Romansa(Part lengkap di Dreame) Elina Enzi tidak pernah menyangka pertemuannya dengan seorang salah satu pewaris muda di tempat ia bekerja akan menjadi sangat kacau. Di tambah lagi pria itu juga memiliki profesi yang sama dengan dirinya. Elina tidak tau ha...