2. Mata Hitam Itu

18 4 2
                                    

Have fun! and enjoy the story!

****

Malam ini Dian akan pergi ke salah satu toko buku di Jakarta. Dia ingin mencari novel yang sudah di incarnya sejak lama. Pakaiannya sudah rapi ditambah polesan make up tipis di wajahnya semakin memperindah penampilannya malam ini. Setelah siap, Dian keluar dari kamarnya kemudian menuruni tangga menuju lantai 1 rumahnya. Sebelum berangkat, Dian akan berpamitan terlebih dahulu kepada orang tuanya.

"Pah, aku udah siap. Aku berangkat dulu ya," Pamit Dian kepada papanya yang sedang membaca koran di ruang keluarga.

"Kamu benar gak pelu papa antar?" tanya pak Henri –papa Dian, memastikan.

Dianpun tersenyum sembari mengangguk, pertanda menyetujui ucapan papanya.

"Gak usah pah, aku bisa naik ojek online kok. Lagian papa pasti capek habis kerja," Balas Dian meyakinkan papanya.

"Yaudah ya pah aku berangkat sekarang. Assalamualaikum." Lanjut Dian sembari mencium tangan papanya.

****

Toko buku malam ini tampak sangat ramai. Banyak orang yang berlalu lalang di sana. Ada yang membeli buku, alat tulis, tas, dan berbagai barang – barang yang lainnya. Dian berjalan diantara kerumunan orang – orang itu. Melewati rak – rak yang menjajakan berbagai novel dengan berbagai macam genre. Mata Dian tak henti – hentinya menelusuri setiap rak mencari novel yang di incarnya. Saat melewati rak novel bergenre teenfiction, dia mengambil salah satu novel itu, membalikkan novel itu dan melihat halaman belakangnnya. Membaca sinopsis yang terulis di sana. Saat dia ingin mengembalikkan novel tersebut ke raknya, matanya menatap tepat ke mata hitam pekat itu. Tepat sepersekian detik kemudian dia mengalihkan pandangan matanya. Berjalan meninggalkan rak novel itu.

"Dian!" Panggil seseorang cepat.

Dianpun menghentikkan langkah kakinya. Memutar tubuhnya. Menoleh ke arah sumber suara. Untuk kesekian kalinya lagi, dia menatap tepat mata berwarna hitam pekat itu. Menatap mata itu, membuat ingatannya seakan di bawa ke beberapa tahun lalu.

"Mahesa?!" ucap Dian pada akhirnya setelah tersadar akan keterpanaannya.

Dian POV

"Tunggu, terpana?! Apa apaan ini, kenapa gue bisa terpana sama cowok itu. Ish apa sih Dian. Gak bisa begini nih. Lo harus cepat – cepat pergi dari sini."

****

"Dian, lo kenapa? Lo sakit? Gue antar lo pulang ya," Ucap Mahesa lagi sembari menawarkan diri untuk mengantar Dian pulang.

Dian masih diam seribu bahasa.

"Eh, gak gak gue gapapa. Gue baik – baik aja kok," Ucap Dian lagi. setelah mendapatkan balasan yang tepat.

"Benar lo gapapa? Tapi kenapa lo diam aja? Dan cuma lihatin gue aja dari tadi," Balas Mahesa lagi, masih bingung.

"Ish beneran gue gapapa. Tapi lo geer banget, siapa coba yang lihatin lo," Balas Dian, tidak terima dengan ucapan Mahesa tadi.

Mahesapun terkekeh pelan. Merasa lucu dengan ucapan Dian barusan.

"iya deh iya. Gue Cuma bercanda kok," Ucap Mahesa lagi.

"Eh tapi, gue kan udah bilang sama lo, lo harus panggil gue Diaz," Lanjut Mahesa lagi.

Dianpun mengernyitkan dahinya. Kemudian dia terdiam sebentar, berpikir. Ah! Dianpun ingat.

"Panggil lo Diaz? Oh iya gue ingat. Eh tunggu, gue gak akan panggil lo Diaz. Semua orang panggil lo Mahesa. Tapi kenapa gue harus panggil lo Diaz?" Tanya Dian dengan nada pensarannya.

Membicarakan tentang panggilan itu, mambuat Dian kembali teringat akan rasa penasarannya.

"Dan kalau lo gak kasih tau juga. Itu artinya gue gak akan panggil lo Diaz," Lanjut Dian lagi.

Dian terpaksa mengatakan itu karena dia benar – benar penasaran. Mahesapun hanya kembali tersenyum.

"Gue akan kasih tau lo. Tapi nanti. Kalau udah waktunya," Balas Mahesa, pada akhirnya.

"Dan ya, gak semua orang panggil gue Mahesa. Kalau lo ingat, lo dulu juga pernah panggil gue Diaz. Gue cuma berharap lo bisa panggil gue Diaz." Lanjut Mahesa. Kemudian berlalu pergi dari hadapan Dian.

Setelah kepergiannya Mahesa. Dianpun hanya terdiam. Memikirikan ucapan Mahesa tadi.

"Gak semua orang panggil gue Mahesa. Kalau lo ingat, lo dulu juga pernah panggil gue Diaz."

Gak semua orang memanggil Mahesa dengan panggilan Mahesa, dan dirinya juga pernah memanggil Mahesa dengan panggilan Diaz.

****

Hai! Thank you ya buat yang udah baca! Ceritanya aku lanjut lagi nanti! So, stay tune aja! And don't forget to vote and comment!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 06, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang