Prolog

694 38 2
                                    

"Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati, bahkan lebih dalam dari isi hati. Allah mengetahui apa isi hati kita, bahkan lebih dari apa yang kita rahasiakan."

🕊Ustadzah Ummu Hasan Al Kaff🕊

KRING... KRING.... KRING...

Suara alarm begitu nyaring terdengar memekakkan telinga. Seorang gadis tengah tertidur pulas, mengerjap kemudian mematikan alarmnya dan memejamkan matanya lagi.

"Masya Allah, Fatin! bangun udah siang nanti telat sekolahnya" seru Ningsih-- Umi Fatin-- sambil menarik selimut yang menutupi sebagian tubuh Fatin.

Fatin hanya mengeliat dan menarik selimutnya kembali.

"Bentar lagi Umi, Fatin masih ngantuk." ujar Fatin dengan suara khas orang bangun tidur.

"Umi hitung sampai tiga kalo kamu nggak bangun Umi siram kamu!" ancam Ningsih.

Fatin langsung menyibakkan selimutnya karena Ia paham betul sifat Uminya jika sudah mengancam tidak pernah main-main.

Selang dua puluh menit kemudian, Fatin sudah bersiap untuk ke sekolah, tak lupa mengenakan hijab syar'i dan cadar talinya. Meskipun Fatin bercadar, Ia memiliki sifat manja namun sifat itu hanya Ia tunjukkan kepada Umi, Abi, Abang, dan para sahabatnya.

Terdengar suara derap kaki menuruni tangga.

"Umiiiii...." panggil Fatin seraya memeluk Uminya penuh cinta lalu mengambil posisi duduk bersama Abangnya.

"Anak Umi udah siap ke sekolah, jangan lupa bekalnya dibawa ya! " ucap Ningsih seraya menyiapkan bekal sarapan untuk Fatin dan Yazid —Abang Fatin.

"Ish Umi.... Fatin 'kan udah gede masa dibawain bekal terus sih. " rengeknya.

"Biar kamu gak jajan sembarangan lah dek," kali ini Yazid yang menjawab.

"Sudah sudah ayo sarapan, nanti kalian telat!" Hasan-Abinya melerai perdebatan.

Mereka pun menikmati sarapan dengan khidmat, tanpa suara.

"Yaudah Umi, Fatin sama Abang berangkat ya!"

"Iya sayang, hati-hati ya"

Yazid menyambar roti selai miliknya yang belum habis. "Abwi udwah didwepan kan Umi?" mulutnya penuh dengan makanan.

"Yazid! telan dulu makannya, kalau lagi makan jangan sambil berdiri!" tegur Ningsih pada anak lelakinya itu.

Yazid terkekeh. "Iya Umi, maaf ya, yasudah Yazid pamit ya Umi, takut ditinggal Fatin sama Abah." lanjutnya lantas mencium tangan Ningsih.

"Hati-hati bang, jagain adeknya ya," balasnya.

"Pasti Umi, Assalamu'alaikum,"

"Wa'alaikumussalam."

Yazid pun melambaikan tangannya dan berlari mengejar Fatin yang telah duduk manis didalam mobil.

"Lama banget sih bang!" gerutu Fatin saat Yazid sudah duduk di sebelah Abahnya.

"Biasa hehe," balas Yazid disertai cengiran kuda.

Bring Me To Jannah [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang