MOIRA - Start

8.2K 533 25
                                    

BTS © Big Hit Entertainment. Story © Rexa Anne.

Ditulis untuk meramaikan #KookVEvent (sekaligus merayakan hari ulang tahun Jeon Jeongguk dan Kim Taehyung) yang diadakan oleh akun BananaJJKTH, beserta para kakak-kakak panitia event yang kece dan luar biasa, nutaeto, hyyeye, whitaee, dan ohsehan97. Terima kasih atas kesempatan yang diberikan dan dukungan selama menulis fanfiksi ini. Borahae💜.

Sebuah universe di mana kaum werewolf berbaur dengan manusia. Perlu diketahui bahwa usia para karakter yang merupakan werewolf di dalam fanfiksi ini jauh lebih tua daripada manusia biasa, tapi tampilan fisiknya masih tetap dan sesuai dengan umur karakter yang sesunggguhnya di dunia nyata. Real Person Fanfiction (RPF). A/B/O verse. Soulmate Tattoo. MotoGP!AU. Warn: mature content (R18+) untuk adegan dewasa yang terdapat di dalam fiksi. Mohon perhatian dan pertimbangannya untuk berhati-hati saat membaca. Jika memang belum cukup umur disarankan untuk MENGABAIKAN/TIDAK membaca fanfiksi ini. Selamat menikmati, happy reading!

.
.
.

MOIRA
[noun: the destiny or predestination of a person]

.
.
.

Dua bola mata besar beriris cokelat muda itu berbinar saat menemukan apa yang ia cari. Sosoknya yang masih mungil berjongkok di halaman, di depan teras yang menghadap kolong rumah, sibuk menekuri seekor semut merah yang dengan perkasa membawa remah roti menuju sarang. Bibirnya menyungging senyum mana kala mendapati si semut merah mendapat pesaing yang muncul dari balik tiang yang menopang teras, seekor semut hitam, yang tampaknya tertarik dengan remah roti yang digotong si merah.

Keduanya memperebutkan remah roti itu dengan sengit. Adegan tarik-menarik itu membuat si bocah takjub. Hingga sebuah panggilan memutuskan atensinya dan memaksanya mendongak ke arah suara dengan segera tanpa awas sehingga membuat kepala belakangnya membentur sisi lantai teras yang berada di atasnya. Sontak membuatnya mengaduh heboh.

"ADU-DU-DUUUUHHH!"

Derap langkah yang cepat menyambangi indra pendengarnya. Kala ia menoleh sosok jangkung sang kakak yang menyapa dengan wajah cemas.

"Taetae?! Astaga, kau kenapa?!"

Bibir bocah berusia lima tahun yang dipanggil Taetae itu mengerucut maju. Sebelah tangannya masih setia mengusap bagian belakang kepala yang masih berdenyut sakit. Ia masih berjongkok di depan kolong teras.

"Hyeong yang apaan?!" semburnya serta merta. "Taetae jadi terantuk ini karena kaget! Hyeong kenapa panggil-panggil?"

Sang kakak menyungging senyum lalu mendekati sang adik dan berjongkok di hadapannya. Tangannya menjawil pipi tembam si adik dengan gemas.

"Jangan sewot begitu dong, Taehyung-ie. Aku panik tadi karena kamu nggak kelihatan di mana-mana. Ternyata di sini. Memang Taetae sedang apa?"

Taehyung segera melupakan rasa kesalnya, lalu dengan semangat menunjuk kolong rumah tradisional kebanggaan keluarga mereka. Sang kakak yang penasaran akhirnya ikut melongok ke kolong, mencoba memerhatikan ke arah mana telunjuk sang adik menuju.

"Tadi ada semut merah yang bawa remah rotinya Taetae yang jatuh, Jin-hyeong. Dia bawanya susah-susah ke sarangnya, Taetae nggak tahu sarangnya di mana makanya Taetae ikutin, Hyeong. Terus dari sebelah sana, tiang yang itu, keluar semut hitam, terus mereka rebutan kayak Taetae sama Chimchim rebutan permen dari Paman Kim. Terus tahu-tahu Seokjin-hyeong malah panggil-panggil Taetae, kan Taetae jadi kaget. Terus kena pinggirnya teras deh."

MOIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang