Tatsuya

99 3 0
                                    

Aku anak baik.
Tiga kata yang sudah dipatenkan di otakku sedari kecil. Aku tumbuh dikeluarga yang begitu harmonis. Ayah dan ibu ku selalu menyayangiku dan mendidikku menjadi anak pintar. Bisa dibilang aku ini calon penerus bangsa. Aku suka hidup teratur dan rapi. Tidak menyukai hal-hal negatif yang sering ibu beritahu padaku.
Jangan membolos, jangan merokok, jangan melawan yang lebih tua pokoknya jangan, jangan dan jangan.

Ayah juga mendidikku untuk menjadi anak yang pintar. Dari kecil aku selalu ikut les ini dan les itu. Ayah ingin aku punya banyak bakat. Ayah juga tak ingin aku kalah dari yang lain. Maka dari itu ia selalu mendorong dan mendukungku untuk menjadi yang lebih baik dan selalu menjadi nomor satu. Ngomong-ngomong nomor satu, aku sedari SD hingga SMA tingkat dua ini selalu ada di tiga besar. Lebih tepatnya selalu di ranking satu. Oh iya aku pernah ranking dua saat SMP tingkat 2 dan itu membuat ayahku marah. Aku mulai belajar mati-matian lagi agar bisa merebut kembali di posisi pertama. Aku tipe yang sangat tidak ingin mengecewakan orang tuaku.

~

Dari kecil aku bertetangga dengan seorang ibu yang memiliki anak perempuan seumuranku. Yang kutahu ia tak punya ayah. Aku tak tahu dimana ayahnya. Anak itu cantik, sangat cantik bahkan. Tetapi sayang ia tak pernah tersenyum. Mungkin aku akan mimisan jika melihat senyumnya. Entah dorongan darimana aku memberanikan diriku untuk mendekatinya. Lebih tepatnya ingin menjadi temannya.
Aku sadar dan aku paham ia sangat terganggu akan kehadiranku. Tetapi itu tak membuatku menyerah untuk menjadi temannya. Hingga satu hari ia pun luluh dan membiarkanku berada didekatnya seharian.

Suatu hari ia mengajakku untuk bertemu di taman dekat area rumah kami. Aku melihatnya duduk diayunan sambil menunduk. Terlihat lesu sekali. Seperti tak ada semangat. Saat aku berdiri didepannya, ia menatapku dengan mata sedihnya. Aku bingung harus apa. Sedari kecil kita berteman, baru kali ini aku melihatnya menangis. Dan yang membuatku semakin terkejut adalah saat ia memelukku tiba-tiba. Ini pengalaman pertama aku dipeluk oleh wanita selain ibuku.

Kuberanikan tanganku untuk mengelus punggungnya. Mencoba menenangkannya dengan kata-kataku. Hingga ia menceritakan apa yang terjadi pada dirinya.
Aku marah, sangat marah detik itu hingga ingin sekali membunuh pria yang menyebut dirinya sebagai ayah tiri temanku ini.
Ayah tirinya lebih pantas disebut iblis. Mana ada ayah yang memperkosa anaknya sendiri. Sayangnya ia menahanku untuk melakukan itu. Dan mulai detik itu, aku bersumpah akan selalu melindungi dan menjaga temanku ini.

~

Kami tumbuh menjadi anak remaja bersama. Ia sama sekali tak keberatan aku selalu disampingnya. Walaupun aku tahu ada beberapa orang yang selalu membicarakan kedekatan kami. Ya aku si anak culun dan dia si wanita cantik. Kira-kira seperti itu pendapat orang-orang tentang kami. Aku selalu kepikiran kata-kata mereka. Tetapi kucoba untuk menepisnya karena aku ingat sumpahku untuk selalu menjaga dan melindunginya.

Hari itu disekolah kami ada kedatangan murid baru. Kebetulan ia menjadi murid pindahan dan satu kelas denganku. Huh anak ini seperti tak terurus sekali. Rambut gondrong, baju seragam yang tidak dimasukkan, dasinya yang tak rapi dan aku melihat ada banyak sekali tindikan di telinganya. Ya tuhan, bagaimana bisa ada wujud sepertinya disekolah ini. Sekolah ini memiliki peraturan yang sangat ketat mengenai penampilan muridnya. Tapi kenapa murid ini lolos masuk kesini?.

Saat jam istirahat, aku mengeluarkan kotak bekalku. Ibu selalu menyiapkan bekal karena ia tak ingin aku makan makanan kantin. Tak higenis menurutnya. Dan aku selalu meminta ibu untuk membuat dua porsi. Untukku dan untuk temanku ini. Kami makan dalam diam, lalu setelah selesai aku mengajaknya keluar kelas dan mengobrol banyak hal.

Hingga kami menangkap tatapan seseorang dari pintu kelas. Ya anak pindahan itu sedang menatap kami dengan senyum kecil diwajahnya. Tapi aku bisa melihat ia tersenyum seperti itu ketemanku. Senyum nakal bisa dibilang. Aku tak suka. Aku merasa anak ini akan berbuat hal yang tidak-tidak pada temanku. Dan ini saatnya aku harus melindungi temanku dari manusia semacam dirinya.

~

Saat jam terakhir, aku sempat dipanggil ke ruang guru. Ternyata ada salah satu mata pelajaran yang nilaiku turun. Aku merasa sangat sedih akan hal ini, bagaimana jika ayah mengetahuinya. Aku tak berhenti menyalahkan diriku sendiri.
Hingga waktu jam pulang sekolah aku langsung mengajak temanku pulang. Awalnya dia menolak, tetapi aku memaksanya karena aku butuh dia sekarang. Aku butuh sandaran jika sedang sedih seperti ini.

Aku membawanya ke taman tempat biasa ku kunjungi jika sedang sedih. Aku memeluknya dan menangis di pundaknya. Bisa kurasakan ia menepuk-nepuk pelan punggungku guna menenangkanku. Setelah puas menangis, aku melonggarkan pelukanku dan melepas kacamataku sejenak untuk menghapus bekas airmataku. Saat ingin kupakai lagi, ia menahannya dan menatapku dalam. Aku bingung kenapa ia seperti ini. Bahkan tak berapa lama, bibir kami menyatu. Astaga ini ciuman pertamaku. Perempuan yang menjadi teman kecilku ini sekarang menciumku. Walaupun bibir kami hanya menempel.

Setelah ia melepasnya ia berucap agar wajahku tanpa kacamata hanya boleh dia yang melihatnya. Aku dilarang melakukan itu didepan siapapun kecuali dirinya.
Ada apa sebenarnya dengan perempuan ini? Apa wajahku terlihat aneh tanpa kacamata?

~

Kami sudah sampai rumah, aku mengantarnya dengan selamat. Waktu di jalan tadi, aku sempat melihat ada pesan dari ibuku jika ia sedang ingin bulan madu kedua dengan ayahku. Aku tak mengerti apa maksud mereka. Aku hanya mengiyakan saja. Karena mungkin mereka membutuhkan waktu untuk berdua saja. Ah ya aku harus memberitahu temanku jika besok aku tak akan membawa bekal ke sekolah.

Anehnya, saat aku memberitahu, dia malah tersenyum kearahku dan menanyakan apa aku sendirian dirumah atau tidak. Tentu saja iya, kan orangtuaku sedang pergi. Dan dengan enaknya temanku itu bilang jika ia akan menginap dan langsung masuk begitu saja ke rumahku. Saat kutanya ia akan tidur dimana karena dirumahku hanya ada dua kamar, jawaban darinya membuat ku kembali terkejut.

Dia ingin tidur satu kamar denganku. Aku sangat sangat terkejut. Sebenarnya apa yang terjadi dan apa yang sedang dipikirkan oleh temanku ini. Seorang perempuan dan laki-laki jika belum menikah kan tidak boleh tidur satu kamar bahkan satu ranjang. Itu sangat tidak diperbolehkan. Ibuku selalu memberitahuku tentang itu. Tapi entah kenapa aku tak melarang temanku ini saat ia masuk ke kamarku dan merebahkan dirinya di atas ranjang yang biasa kupakai.

by.dikook0901
30.06.2020

The Nerd, The BadWhere stories live. Discover now