Happy Reading!🤗
*
Kanaya menenggelamkan wajahnya tepat diatas meja. Matanya terpejam, alunan musik dari earphone nya membuat rasa kantuk melanda.
Baru beberapa saat rasanya ia terlelap, tapi suara seseorang berhasil mengusiknya. Kali ini bukan suara Ayla, melainkan suara orang lain.
"ISTRI SAH KIM TAEHYUNG KAMBEK GUYS!!" ucapnya berteriak.
"Berisik bego, gue gak konsen nontonnya," kesal Ayla karena merasa terganggu saat sedang menonton Gintingnya.
Naya mengangkat kepala, menghela nafas malas dan kembali ke posisinya tadi. Dia Alfy, sahabat Kanaya dan Ayla.
Memang, kemarin Alfy tidak berangkat karena harus ke Bogor menjenguk neneknya.
"Nay! Pindah gih, ini giliran gue duduk disini," ujar Alfy. Sebenarnya Ayla bukan satu-satunya teman sebangku Naya dikelas 11, karena mereka bertiga berpindah tempat duduk ketika sudah 3 hari. Alasannya karena Alfy tidak mau duduk sendirian, padahal saat itu ia satu-satunya yang tidak memiliki pasangan.
Kanaya berdecak, namun tetap memindahkan diri ke kursi di belakangnya.
"Gue denger ada murid baru. Cowok, ganteng, dan dia bakal masuk kelas ini," jelas Alfy tanpa diminta.
Ayla hendak mengatakan sesuatu, namun ia urungkan ketika melihat Bu Widya-wali kelasnya- masuk diikuti seorang laki-laki dibelakangnya.
"Selamat pagi anak-anak."
"Selamat pagi bu," sahut anak kelasnya kompak.
"Hari ini kalian kedatangan murid baru. Nak, silahkan perkenalkan diri."
"Hai gue Devano, pindahan dari Bandung. Salam kenal."
Devano, anak baru itu sukses menyita semua mata untuk menatap kearahnya. Mata kecoklatan, rahangnya yang tegas, serta badan yang atletis mampu menghipnotis kaum hawa dikelasnya. Ralat, bahkan kaum adam pun ikut terpana meski beberapa langsung mengalihkan pandang.
Melihat raut terpana anak muridnya, Bu Widya dengan cepat mengeluarkan suara sebelum mereka semua gaduh.
"Untuk yang ingin bertanya, silahkan tanyakan nanti. Devano, kamu bisa duduk disamping Kanaya."
***
Kanaya menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Hari ini begitu melelahkan, tetapi hatinya justru merasa senang.
Matanya kini menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. Fyi, kamarnya didominasi oleh warna putih dan biru. Bukan karena ia pecinta Doraemon atau Stitch, tapi menurutnya kombinasi antara biru dan putih terlihat begitu damai juga menenangkan.
Bibirnya tak henti-hentinya membuat lengkungan, dia sangat bahagia hari ini. Mengingat kejadian tadi pagi mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
Flashback on.
"Hai gue Devano, pindahan dari Bandung. Salam kenal."
Deg..
Kanaya refleks mengangkat kepalanya, kantuknya tiba-tiba hilang entah kemana. Nama yang tadi disebutkan, nama itu adalah nama sahabat lamanya.
Sahabat yang juga merupakan cinta pertamanya. Ia tidak yakin jika itu adalah Devano nya, karena tatapan mata sahabatnya terlihat hangat tidak seperti Devano yang sedang berdiri di depan sana. Tatapannya, sangat dingin.
"Untuk yang ingin bertanya, silahkan tanyakan nanti. Devano, kamu bisa duduk disamping Kanaya."
Lagi, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Devano duduk disampingnya, karena hanya kursinya yang tersisa. Mata itu, sangat mirip jika dilihat lebih dekat. Membuat ia yakin dan berkata dalam hati, "Devano nya telah kembali."
***
Jangan lupa tinggalkan jejak🐾
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Teen FictionKanaya Shesa Taufania, gadis cantik yang enggan membuka hati karena masih terjerat dengan kisah di masa lalunya. Kanaya masih mendambakan sosok yang pernah mengisi hari-harinya dulu. Namun, ketika dia yang didambakan ternyata tengah mendambakan oran...