Lima

20 6 0
                                    

Setelah kejadian di taman belakang sekolah beberapa hari lalu Caca dan Bram terlihat semakin dekat, dan hari ini di sebuah Café, Caca dan juga Bram tengah duduk untuk menghabiskan waktu bersama setelah sepulang sekolah, dan jangan lupakan Shalya yang kini duduk di tengah-tengah mereka, jangan di tanya kenapa ia duduk di tengah Caca dan Bram, jawabannya cukup simple, belum muhrim katanya.

Mereka bertiga hanya terdiam sambil menikmati minum mereka masing-masing dan Shalya memecahkan keheningan itu.

"Kalian berdua kok diem aja? Pada sariawan? Atau sakit gigi?" tanya Shalya polos.

"Gak liat orang lagi minum?" jawab Caca dan Bram bersamaan dan setelah itu mereka terdiam dengan pikirannya masing-masing.

"Loh kok kalian kompak banget? Janjian ya jawabnya pake telepati?" tanya Shalya lagi dan tidak disahuti oleh Caca dan Bram, "Emang ya, susah kalo ngomong sama batu nisan, ada nama doang tapi diajak ngomong enggak nyaut." sindir Shalya.

Wajah Shalya memerah kesal karena keberadaannya yang tidak dihiraukan ini.

"Tau ah, gue balik aja, kayak nyamuk disini di diemin doang" kesal Shalya sambil berdiri dan membawa tasnya, "Oh iya, terima kasih Milkshake-nya, Buram," ucap Shalya lagi.

"Nama gua Bram, buka Buram, bantet." balas Bram ketika Shalya salah menyebut namanya.

"Eh, siapa yang lo bilang bantet?!" ucap Shalya sok galak.

"Ya, lu lah, siapa lagi, masa Caca yang gua bilang bantet." balas Bram lagi.

"Eh, denger ya Buram, gueitu gak bantet ya, Cuma orang-orang aja yang pada ketinggian, makanya gue keliatan kecil." balas Shalya tak mau kalah.

"Halah, dasar bant---"

"Lo berdua bisa diem gak sih? Ini tempat umum, bukan playgroup." Ucap Caca kesal.

Shalya hanya menatap Bram kesal. "Ya, Buram duluan yang mulai, Ca." ucap Shalya sambil cemberut.

"Nama gua Bram, buka Buram, bantet." Balas Bram lagi.

"Ya apalah itu, Bram kek! Buram kek! gue gak peduli." Balas Shalya lagi.

"Ngeselin juga ya nih anak," kesal Bram.

Caca-pun mencoba melerai adu mulut keduanya. "Bram udah, lo ngeladenin Shalya sampe Dora nikah sama bapaknya juga kagak bakal kelar." ucap Caca.

Shalya hanya menatap Caca sambil membuka mulutnya. "Jadi lo belain si Buram, Ca?" tanya Shalya. "Wah, Daebak, mentang-mentang di jajanin Milkshake Caca jadi belain dia?" tanya Shalya lagi sambil melipat tangannya di dada.

"Engga gitu maksud gue, Al, astaga" Caca mencoba menjelaskan kepada Shalya.

Shalya hanya menatap Caca sebal. "Udahlah ya, pokoknya gue balik, gue marah ya sama lo, Ca, baikkan-nya besok aja, bye". setelah mengucapkan kalimat itu Shalya langsung pergi dari Café tersebut.

Bram langsung bernafas lega dan duduk kembali. "Dari tadi kek perginya." gumam Bram.

Caca-pun ikut duduk kembali. "Ribut mulu lo sama Alya, tiba-tiba jodoh aja lo berdua, gue ketawa paling kenceng haha." ledek Caca pada Bram.

Bram langsung bergidik ngeri. "Dih, ogah gua, Ca, jangan sampe kejadian dah." ucap Bram.

Tak lama kemudian Shalya kembali lagi kehadapan mereka.

"Kenapa balik lagi, Al?" tanya Caca lembut.

"Uang Seribu koin gue ketinggalan." ucap Shalya sembari mencari uang koin seribu di meja. "Nah, ketemu." ucap Shalya dan langsung pergi begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Salah Siapa? [Lee Hangyul x Jung Chaeyeon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang