Wonder Woman

116 37 2
                                    

Amira memberhentikan langkah kakinya saat mendengar ada seseorang yang meneriaki namanya, Ia menoleh ke belakang dan mendapati seorang gadis tengah berlari mendekatinya.

Gadis itu bertumpu memegangi lututnya, Ia berusaha untuk mengatur napasnya yang memburu akibat berlari.

"Nebeng, ya" pintanya dengan menampakkan deretan gigi putih nan rapi.

"Iya" jawab Amira sambil tersenyum dari balik nikap.

Dia adalah teman karib ku, namanya Kaila. Gadis., yang selalu mengenakan pasmina di kepalanya. Gadis cantik dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya.


***

Leha bergegas mengambil cuciannya yang Ia cuci di laundry. Mengingat jarak tempuh yang dekat, Ia memutuskan untuk berjalan kaki saja. Leha hannya menggunakan pakaian rumah, selendang yang Ia lilitkan di kepalanya, dan sebuah dompet yang Ia pegang begitu saja.

Setelah mengambil pakaiannya, terdapat dua bungkus kantong plastik besar di masing-masing genggamannya. Pencurian, perapok, begal, dan lain sebagainya. Mereka tidak akan melakukan aksinya jika tidak ada kesempatan yang bagus. Jika kita menaruh benda berharga kita di tempat yang aman, mereka tidak akan bisa mengambilnya.

Seorang pria yang menaiki kendaraan bermotor, tiba-tiba saja datang dari arah yang berlawanan dan langsung merampas domper leha. Leha yang berusaha mempertahankan hartanya, Ia lepaskan begitu saja plastik berisi baju yang sudah bersih.

Dua anak perempuan datang dan langsung menolong Leha, gadis yang mengenakan cadar dengan cetakan mengeluarkan semua jurus yang Ia pelajari saat belajar pencak silat. Siapa yang menyangka, bahwa gadis yang terlihat lemah lembut bisa ahli dalam urusan bela diri.

Tanpa menunggu lama, pria itu meminta ampun dan langsung tancap gas pergi meninggalkan mereka. Gadis yang mengenakan pasmina yang terlikit indah dikepalanya, segera mengambil pakaian yang sedikit berserakan.

"Duhh, trimakasi, Nak" ucap Leha dengan sedikit luka lebab di pergelangan tangannya.

"Sama-sama, buk" jawab mereka serentak

"Oiya, Ibu rumahnya dimana? Biar kita anter aja sekalian"  tanya gadis yang  mengenakan pasmina.

"Gak usah, Nak. Rumah Ibu deket kok"

"Gak pa-pa, buk"

Walau sedikit tidak enak, Leha mengizinkan mereka untuk mengantarkannya, jika pulang sendiri, Leha tak akan sanggup menganggkat dua plastik besar ini karena tangannya terkilir.

Sampailah mereka di rumah yang berdiri dengan sangat kokoh, rumah yang dominan berwarna putih itu terlihat lebih indah dan elegan. Pagarnya besi yang menjulang tinggi pun tak kalah indahnya.

Seorang satpam membukakan pintu dan mempersilahkan mereka semua masuk. Terdapat air pancur yang berada ditengah halaman yang luas ini, mobil berbaris dengan rapi, dan terdapat bermacam tanaman hias juga.

Mulut kedua gadis itu, tak henti-hentinya bergumam betama besarnya rumah ini.

"Duduk dulu, nak!" pinta Leha yang mengarahkan mereka segera duduk di sofa.

Mereka berdua menuruti perintah ibu itu, mereka duduk saling berdekatan satu sama lain.

"Namanya siapa?" tanya Leha

Halaqah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang