IV •• Chatty

149 17 11
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

"Kenapa kau jadi seperti ini? Kenapa kau bisa tersandung?" Jungkook membantu Ryuka bangkit berdiri. Menepuk-nepuk bagian seragam yang penuh dengan pasir.

"Kau ini sudah besar. Masa bisa tersandung seperti ini sih?" Marah. Ah bukan, dia tidak marah seperti itu, ini lebih pada mengkhawatirkan kondisi si gadis.

Bukannya menjawab, Ryuka malah mengerucutkan bibirnya, mati-matian menahan tangis, justru semakin pecah dan menangis seperti anak sekolah dasar pada umumnya ketika terjatuh. Mengadu dan melampiaskan semua kesakitannya.

"Kau bukan siswi sekolah dasar yang menangis ketika terjatuh." Pria itu berupaya menyapu likuid bening yang merebak dari mata Ryuka. "Berhentilah menangis."

Tidak serta merta terdiam, justru semakin merengek. Masa bodoh. Dia memang ingin menangis. Dan mungkin sedikit bermanja pada Jungkook.

Jungkook jadi teringat jika bukan hanya dia dan Ryuka di sini, maka ia segera menoleh ke samping, menemukan eksistensi wanita yang bergeming. "Dahye, aku tidak bisa mengantarmu pulang. Nanti aku panggilkan taxi saja."

"Tidak apa-apa, Ryuka sepertinya lebih butuh bantuan. Dia sangat kesakitan dan aku tidak menyangka dia akan jatuh dengan posisi seperti tadi. Pasti benar-benar sakit."

Meski terlontar sangat lembut dan penuh perhatian, Ryuka malah melihat Dahye sedang meledeknya habis-habisan. Dia seperti iblis yang pandai menyembunyikan kelicikannya di wajah menyenangkan itu. Lihat saja senyum palsunya, tidak manis namun sungguh mengerikan. Jika posisinya tidak seperti sekarang, mungkin dia akan memotong lehernya, mencincang-cincang dagingnya, lalu dijadikan santapan buaya. Setelah itu dia akan tertawa sepuasnya.

"Tidak apa-apa, kan?" Sebetulnya Jungkook tidak enak hati pada Dahye yang sudah jauh-jauh datang namun disajikan peristiwa tidak mengenakkan.

Dahye mengusap bahu kekasihnya. "Tidak apa-apa, sayang. Aku pergi dulu." Dia memberi kecupan di pipi dan bergerak lambat menuju taxi yang telah datang. Menatap Ryuka dan tersenyum. "Semoga cepat sembuh."

Ryuka ingin muntah melihat Dahye. Ya, dia mengucap syukur, setidaknya taxi datang dengan cepat dan iblis itu cepat pergi dari sini.

"Hati-hati, sayang." Jungkook melambaikan tangan. "Telpon aku jika sudah sampai nanti."

Ryuka sudah mengepalkan tangan hingga jarinya sanggup merobek telapak tangannya. Kesal? Sudah pasti, apalagi kekasih sahabatnya itu bukan perempuan yang memenuhi kriteria.

Dahye tersenyum manis sekali dan mengangguk anggun. Hilangnya taxi itu dari batas pandang, membuat Ryuka cukup senang.

Jungkook berbalik, memandang miris keadaan Ryuka. "Kau bodoh, payah pula." Menghela napas, lalu menyapu sudut mata Ryuka dengan bekas-bekas air mata.

" Kau kejam sekali mengataiku disaat seperti ini."

Jungkook menepuk lengan Ryuka dengan keras. "Iya aku tahu sakit, jadi mau sampai kapan menangis? Sampai bentuk bumi menjadi datar? Atau sampai mantan presiden Obama kulitnya menjadi putih sepertiku? Atau sampai aku menjadi solois dengan lagu yang meledak dan masuk Billboard HOT 100?"

IndecisiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang