Mohon maaf karena baru sempat saya post! Hari ini, 1 Januari 2020, saya aktif kembali di dunia tulis-menulis. Selamat membaca!
Di dunia ini, setiap orang terlahir dengan permulaan yang berbeda-beda. Ada yang kehidupannya biasa saja, dalam artian tak terlahir dengan otak cemerlang, banyak uang, atau penampilan memikat. Segalanya standar. Sementara itu, ada yang patut berbangga hati sebab terlahir dengan sendok emas—istilah bagi orang yang memiliki kekayaan turun-temurun dari orang tuanya. Tidak hanya bicara soal harta, ada juga sebagian orang yang dapat bersyukur sebab diwarisi gen dominan orang tuanya yang elok dilihat. Rezeki nomplok dikatakan jika perpaduan tersebut dimiliki seseorang: kekayaan, penampilan, dan otak cerdas.
Salah satu makhluk yang patut mensyukurinya ialah gadis yang tengah berjalan keluar dari lift yang membawanya melambung ke lantai delapan. Ia punya otak encer sekaligus hidup berkecukupan—meski tak berlebihan. Setidaknya dia tak perlu merasakan hidup susah. Di usianya yang menginjak dua puluh lima tahun, bisa dibilang penampilannya sungguh menawan, seperti pelepah bunga yang bermekaran, memanjakan mata dengan warna-warni yang indah.
Tiap kaki jenjangnya melangkah dengan sepatu hak tinggi berwarna merah yang membuatnya terlihat semakin sensual, derapan langkah kakinya bahkan terasa seperti desahan di telinga para pria. Pakaian kantor berupa kemeja berkancing yang dipadu dengan rok pensil tak kuasa menyembunyikan lekuk tubuhnya yang indah. Sosoknya dilihat dari jarak puluhan meter pun masih terlihat menggoda.
Jangan lupakan fitur utamanya yang begitu memikat: mata cokelat muda yang mampu membuat setiap orang tak mampu memalingkan tatapan darinya, hidung mancung yang mempertegas fitur wajahnya, serta bibir penuh yang tampak sempurna dipoles dengan pewarna bibir apa pun. Bibirnya selalu mengulas senyum, membuat hati siapa pun meleleh seketika.
Kulitnya sehalus sutra, seputih salju yang berjatuhan di musim dingin. Berpadu manis dengan rambut tebal panjangnya yang bergelombang, warnanya secokelat batang pohon yang berdiri kokoh ratusan tahun di dalam hutan. Setiap kali ia berjalan, tubuhnya ikut bergoyang, rambutnya yang tergerai pun ikut menari ke sana kemari.
Satu hal yang para pria benci darinya adalah kenyataan bahwa gadis itu sudah memiliki kekasih. Meskipun begitu, bisa dipastikan, di dalam hati mereka, tentu mereka berharap setengah mati untuk bisa memiliki sang gadis. Setidaknya mendapat kesempatan bercinta satu malam. Pasti akan sangat mendebarkan, menjadi pengalaman tak terlupakan seumur hidup.
"Good morning!"
Sapaan gadis itu terdengar seperti kicauan burung yang merdu, bergaung hingga ke sudut-sudut ruangan. Menyejukkan hati.
"Selamat pagi juga, Alexa!" setiap orang yang berpapasan dengannya membalas sapaan gadis tersebut.
"Butuh bantuan, Marsha?" Alexa berjalan menuju seorang gadis berkacamata yang tampak kewalahan dengan tumpukan kertas di tangannya.
"No, thanks. I can handle it," jawab gadis bernama Marsha itu sambil membalas senyuman Alexa.
Alexa pun kembali berjalan menuju kubik tempat mejanya berada. Gedung itu tinggi menjulang, terdiri dari belasan lantai. Kantor tempat Alexa berada hanya secuil dari keseluruhan bangunan. Begitu pula dengan mejanya yang hanya sepersekian luas dari lantai tempat ia berpijak saat ini, namun ia merasa puas.
Sudah menjadi mimpi Alexa sejak lama untuk bekerja di Amazegazine—singkatan dari Amazing Magazine, suatu kantor penerbitan majalah yang memuat berita gemerlap para artis. Meski Alexa menjadi salah satu pengisi kolom berita di majalah tersebut, faktanya ia lebih cocok menjadi subjek utama berita yang ada. Alexa tak kalah memesonanya dengan artis papan atas, hanya bedanya ia hanyalah orang biasa yang bekerja di balik layar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rape Tape [NC21]
Romance[CATATAN: UPDATE SETIAP RABU] RATING CERITA: DEWASA [ADA BEBERAPA PART YANG AKAN DIPRIVAT] Hidup Alexa tak akan pernah sama lagi. Semenjak tubuhnya tak lagi suci di suatu malam, terlebih lagi sang pelaku mengancam akan menyebarkan video tak senonohn...