Bab 2

4.2K 25 0
                                    

Kenapa harus ke tempat seperti ini? Keluh Alexa dalam hati.

Ia menatap Audrey yang duduk berhadapan dengan Marco, sementara dirinya berhadapan dengan tembok. Mereka bertiga sedang makan di salah satu restoran yang terletak di pusat kota, penuh keramaian—terlebih lagi saat ini sedang jam makan siang. Meja-meja penuh, puluhan orang menunggu dengan perut kelaparan, pramusaji tak hentinya berjalan mondar-mandir mengantarkan hidangan. Aroma masakan menyeruak, beragam menu di satu ruangan bercampur-baur menjadi tak teridentifikasi—anehnya tetap harum bagi para pengunjung di sana.

Puluhan menit mereka menanti, akhirnya makanan pun terhidang di atas meja. Alexa buru-buru makan, mengingat waktu istirahat mereka tersisa sedikit lagi. Lain halnya dengan Marco yang makan selambat mungkin agar bisa semeja dengan Alexa lebih lama, sementara Audrey makan setenang mungkin untuk memastikan tak ada saus bermuncratan di wajahnya yang pastinya akan memalukan—terlebih lagi ada Marco di hadapannya.

"Apa kalian sudah menonton film La La Land? Kudengar-dengar ceritanya sangat menarik," ujar Marco memecah suasana.

"Belum, aku tak terlalu suka film musikal," jawab Alexa sambil melanjutkan makanannya.

"Aku juga belum. Namun yang kutahu, pemeran utamanya langsung ditawari main di film lain." Audrey menjawab, menyeka sudut bibirnya dengan tisu.

"Kau bertanggung jawab atas berita itu, bukan?" tanya Alexa memastikan. Berita gosip adalah tonggak utama Amazegazine. Mereka adalah budak-budak yang bekerja tanpa letih untuk menggali dan mengedit berita agar jadi lebih menarik, lantas menyajikannya kepada khalayak.

"Ya, lusa berita itu akan tampil indah di halaman agak depan."

"Agak depan?" tanya Alexa memastikan. Mereka semua tahu halaman di Amagazine disusun berdasarkan hierarki: berita paling menarik disajikan di depan, sisanya disusun sedemikian rupa dengan porsi yang lebih kecil. Sementara itu, rubrik lain di majalah seperti tip, gaya hidup, dan yang lainnya, juga punya hierarki tersendiri.

"Beritamu belum banyak yang selesai, bukan? Siapa tahu lebih menarik dari punyaku. Ya, siapa tahu," gumam Audrey.

Alexa hanya tertawa. Ia masih punya banyak berita yang harus diselesaikan, namun mengapa justru ia menghabiskan waktu cukup lama untuk makan siang tak penting ini? Ia harus pergi segera, namun tak mungkin. Meski meninggalkan Audrey dan Marco berdua bisa menjadi sejarah baru dan mendebarkan bagi Audrey, akan tetapi gadis itu pasti akan marah pada Alexa. Menurut Alexa, Audrey itu aneh. Menginginkan seseorang, tetapi tak bisa mengatakannya.

"Hei, bicara soal berita, aku rasa aku harus lembur kalau kalian selesai makan masih lama," sindir Alexa. Kesabarannya sudah habis.

"Oke, sorry."

Marco dan Audrey hanya tertawa kecil. Mereka lalu melanjutkan makan.

"Marco, kau punya waktu malam minggu ini?" Audrey bertanya hati-hati.

"Ada apa?"

"Aku punya tiket nonton lebih. Aku tak tahu harus mengajak siapa. Malam minggu teman-temanku semua sibuk menghabiskan waktu bersama kekasihnya," sindir Audrey sambil melirik Alexa.

"Film apa? Kalau action, aku ikut."

"Benarkah? Pasti kau akan suka!"

"Sayang sekali Alexa tidak bisa ikut," bisik Marco menggoda.

Alexa mendengus. Tega-teganya Marco menggodanya? Audrey pun tak peduli dengan ucapan Marco, menganggapnya angin lalu. Gadis itu terlalu memuja Marco.

"Maaf, malam mingguku sibuk. Jangankan malam minggu, malam ini saja aku juga sibuk."

"Lembur lagi?" tanya Audrey, mengetahui kebiasaan sobatnya itu.

Rape Tape [NC21]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang