Uang Kertas

25 3 0
                                    

"Habis ini kamu mau ngapain?" Mereka sudah sampai di depan Rumah Santi.

"Entahlah. Paling tidur lagi, nanti jam 2 harus ke warnet. Bagian jaga."

"Emang kamu gak bisa berhenti jaga warnet yah?"

"Kalau aku berhenti berarti gak makan dong yah?"

"Hmmm Tapi kamu mesti atur waktu juga, kalau sering terlambat ke sekolah nanti kamu bisa gak lulus semester sekarang."

"Iya nanti aku usahain yaah. Ya udah aku langsung yah."

"Gak mampir dulu?"

"Gak lah. Nanti aja."

"Ya udah kalau gitu."

"Ya udah. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Roni pun meninggalkan Santi yang masih memperhatikan langkahnya menjauh dari rumahnya. Santi masih merasa tak enak hati sama Roni. Tapi karena nasi sudah menjadi lontong, tugasnya tinggal mendukung dan memeberi semangat pada Roni.

Tiba di rumah, dibuka pintu rumahnya, terlihat bapak sedang tidur di depan televise sambil masih memegang minuman bercap orang tua berukuran kecil. Kesal sekali perasaan Roni. Namun tak ada maksud untuk rebut kembali bersama bapak. Dia pun hendak membereskan dapur, dilihatnya dapur sudah dalam keadaan bersih dan rapih. Sampah kacang dan botol minuman sudah masuk ke dalam tong sampah. Terlihat juga lampu tempat menanak nasi menyala pada bagian Warm. Sepertinya bapak yang sudah menanak nasi. Namun lauknya belum ada. Roni menuju kamarnya, mencari sedikit uang di saku celananya, hendak membeli bahan masakan ke warung. Terdapat uang pecahan bergambar Pak Oto Iskandar Di Nata satu lembar, bergambar Pak Frans Kaisiepo satu lembar dan bergambar Pak Dr. K. H. Idham Chalid dua lembar. Takut uangnya kurang, di bawanya semua uang tersebut. Dibelinya mie instan sejuta umat 2 bungkus, telur ayam ¼ kg dan cabe rawit dua ons. Karena perutnya sudah terisi pisang goreng dari Bu Ningsih, belanjaannya pun di simpan dulu di lemari berkaca tempat biasa menyimpan bahan makanan.

Setelah melewati pagi hari yang cukup membuat energinya terkuras banyak, Roni pun kembali berbaring di tempat tidur tercintanya. Sebelum tidur, dia mengirimi pesan kepada Dimas untuk memberi tahunya jika ada tugas yang diberikan guru hari ini. Dia pun beristirahat, bersiap untuk menyimpan tenaganya yang akan dia pakai untuk menjaga Warnet milik Bang Yana. Warnetnya memang beroperasi dari jam delapan pagi sampai jam sebelas malam. Kalau ada yang ambil paket bergadang, terpaksa Roni menjaga sampai jam dua atau jam tiga subuh. Menjaga warnet bergantian bersama Bang Yana. Selama Roni pergi ke sekolah, Bang Yana yang menjaga Warnet, pulang dari sekolah, giliran Roni yang jaga.

Belum juga nyenyak dirasakan Roni, ponselnya tiba-tiba bergetar. Dibukanya ponsel tersebut, ternyata Bang Yana yang mengirim pesan.

"Ron, Lu dimana? bisa ke net gak? Gua mau ngomong!!!"

Bersambung....

TRASH BAGWhere stories live. Discover now