part 4

12.5K 494 5
                                    

3 bulan kemudian........

Setelah 3 bulan menikah Irwan masih saja memperlakukan Zahra dengan kasar, tetapi Zahra tetap bertahan demi menjaga ikatan suci yang telah dia jaga selama ini. Meskipun sikap Irwan setiap hari kasar kepadanya tetapi Zahra tetap saja bertahan dan melayani Irwan dengan baik.

"Abang Zahra minta izin nanti pulang terlambat, soalnya nanti ada rapat buat akhir ajaran" ujar Zahra

"hmmm" ujar Irwan, Zahra terus sabar menghadapi sikap dingin Irwan. Setelah selesai makan Irwan pun mengambil tas dan jas untuk pergi ke kantor. Zahra pun berdiri dan mencium tangan Irwan dengan takzim. Sebenarnya Irwan sangat senang ketika Zahra mencium tangan dan mempersiapkan segala kebutuhan nya, tetapi egonya sangat tinggi untuk bisa menerima Zahra setulusnya. Irwan pun berangkat dan disusul Zahra yang berangkat dengan naik angkot. Irwan bisa saja setiap hari mengantar Zahra mengajar karena jalan mereka satu arah, tetapi lagi-lagi ego Irwan sangat tinggi.

Setelah berkutat sehari penuh dengan berkas-berkasnya, Irwan mengambil kunci dan jasnya. Irwan berniat menjemput Zahra dan ingin membicarakan sesuatu hal yang penting. Irwan sampai di tempat Zahra mengajar dan mendapati Zahra sedang mengobrol dengan seseorang. "Robby" batin Irwan. Iya dia adalah Robby, melihat kedekatan mereka membuat Irwan sangat marah dan memukul stir mobilnya. Irwan bergegas turun dan menghampiri mereka

"Bunda.... Bunda diantar Ayah yah" pinta Haula. Iya Haula adalah putri kecil Robby, dan Irwan tidak tau kalau temannya itu memiliki putri dan belajar di tempat Zahra mengajar

"lain kali aja yah sayang, Bunda soalnya masih ada urusan" ujar Zahra dan seketika membuat Haula sedih

"Zahra biar aku yang antar pulang" ujar Robby

"bukan niat Zahra nolak niat baik mas Robby, tapi Zahra masih ada urusan, dan arah kita tidak searah nanti malah membuat mas bolak balik" ujar Zahra

"tidak apa-apa Zahra" ujar Robby

"tapi Zahra pulang sama gue" ujar Irwan dan memeluk pinggang Zahra posesif. Zahra yang mendapat perlakuan dari Irwan seperti itu sedikit takut dengan tatapan Irwan yang penuh amarah.

"loe apanya Zahra?" tanya Robby

"gue SUAMI Zahra" ujar Irwan dan menekankan kata SUAMI, biar Robby tau kalau Zahra hanya miliknya, Robby yang melihat perlakuan Irwan terhadap Zahra hanya tersenyum sinis.

"yakin sama ucapan loe?" ledek Robby, "bukannya loe nggak pernah ngganggep Zahra sebagai istri loe" ujar Robby

"mas udah jangan berantem di depan Haula, nggak baik buat dia Mas" ujar Zahra. Zahra pun berjongkok dan membelai dan mencium Haula dengan sayang

"Haula pulang sama Ayah yah, Haula kan sudah janji sama Bunda nggak akan nakal dan nyusahin Ayah lagi, sekarang Haula pulang sama Ayah yah sayang" ujar Zahra dengan lembut. Irwan dan Robby yang melihat itu pun tersentuh dan tanpa sadar Irwan tersenyum dan nyaman dengan apa yang ada di depannya

"yaudah Haula pulang sama Ayah, Bunda hati-hati yah, Haula sayang Bunda" ujar Haula mencium pipi Haula

"Bunda juga sayang Haula" ujar Zahra memeluk Haula

"yaudah Zahra aku pamit dan terima kasih udah didik Haula dengan baik" ujar Robby

"sama-sama Mas, itu sudah kewajiban Zahra buat didik Haula dan anak-anak yang lain" ujar Zahra

"aku mengharapkanmu menjadi Bunda buat Haula, Zahra" batin Robby

"assalamu'alaikum Bunda...." ujar Haula

"wa'alaikum salam sayang" ujar Zahra

Robby pun meninggalkan area sekolah Haula, Irwan pun bisa bernafas lega karena Robby sudah pergi, entah kenapa kehadiran Robby membuat perasaan Irwan tidak menentu terhadap Zahra

"Zahra ambil tas dulu Abang" pamit Zahra dan meninggalkan Irwan

"sudah?" tanya Irwan saat Zahra berada di depannya

"sudah Abang" ujar Zahra

Meraka pun masuk kedalan mobil dan Irwan melajukan mobilnya menuju restoran yang sudah dia pesan. Awalnya Zahra senang karena Irwan mengajaknya makan malam, tetapi seketika perasaan Zahra berubah ketika melihat Irwan dengan seorang wanita berpelukan mesra dan sekit membuat Zahra menitihkan air mata dan cepat-cepat menghapusnya sebelum Irwan mengetahinya.

"Zahra, ada yang ingin aku bicarakan" ujar Irwan

"Abang mau bicara apa?" tanya Zahra

"aku minta izin untuk menikah lagi" ujar Irwan, perkataan Irwan bagai petir yang menyambar hati Zahra. pedih, sakit, kecewa itu yang dirasakannya. Zahrapun meremas ujung hijabnya untuk menahan rasa yang berkecambuk dalam hatinya

"kenapa Abang minta izin sama Zahra, Zahra bukan siapa-siapa Abang kan?" ujar Zahra, pernyataan yang keluar dari mulut Zahra bagai bom atom yang memporak porandakan hati Irwan. Entah kenapa pernyataan Zahra membuat Irwan tidak bis menerimanya

"Abang tidak perlu minta izin sama Zahra, Zahra paham posisi Zahra disini seperti apa, kalau Abang mau menikah lagi silahkan!" ujar Zahra dengan berkaca-kaca

"selamat mbak Helen, semoga mbak bisa membahagiakan bang Irwan" ujar Zahra mengulurkan tangannya tetapi tidak ditanggapi oleh Helen

"tenang saja Irwan pasti bahagia sama gue" ujar Helen dengan sinis

"Zahra pamit dulu yah bang" ujar Zahra dan bangkit dari duduknya, dengan cepat Irwan menggapai tangan Zahra

"kita pulang sama-sama" ujar Irwan tetapi Zahra melepaskan tangan Irwan dari tangannya. Melihat perlakuan Zahra seketika membuat hati Irwan sakit

"tidak perlu Abang, Zahra pulang sendiri" ujar Zahra

"Abang, Zahra minta izin menginap dirumah Bunda yah?" izin Zahra, seketika Irwan tidak suka dengan ucapan Zahra

"NGGAK!" ujar Irwan dengan penekanan

"tapi..." ujar Zahra

"aku bilang NGGAK ya ENGGAK" ujar Irwan dengan nada tinggi dan membuat Zahra hanya memejamkan matanya

"yaudah kalau gitu Zahra pulang, assalamu'alaikum" pamit Zahra. Zahra langsung meninggalkan mereka berdua dan berlari keluar dan menaiki taksi. Disepanjang jalan Zahra hanya bisa menangis dan beristighfar, Zahra pun masuk kedalam kamarnya dan Zahra langsung luruh ke lantai karena apa yang didengar bagai petir yang menyambar didalam hatinya. Setelah kepergian Zahra, Irwan tidak bisa mengendalikan dirinya, ingin rasanya dia memeluk Zahra dan menenangkannya. Irwan pun berdiri dan hendak beranjak dari tempat makan sebuah tangan menahannya terlebih dahulu

"sayang mau kemana?" tanya Helen

"aku balik dulu ke kantor yah, ada meeting yang harus aku tangani" bohong Irwan

"tapi ini sudah malam sayang, masak ketemu client jam segini" ujar Helen

"iyah sayang, aku harus pergi sekarang" ujar Irwan

"tapi...." ucapan Helen menggantung karena Irwan sudah pergi begitu saja.

Irwan pun melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena yang ada difikirannya hanya Zahra, Zahra dan Zahra. Sesampainya dipelataran Irwan langsung berlari menuju kamar Zahra, Irwan pun membuka pintu kamar Zahra dan melihat Zahra yang tertidur di atas sajadah dan masih memakai mukenah. Irwan pun mendekati Zahra dan menggendong Zahra dengan hati-hati. Irwan takut membangunkan Zahra dan membaringkannya di atas tempat tidur Zahra dan melihat mata Zahra yang bengkak, entah keberanian dari mana Irwan mencium kening Zahra lama dan tanpa sadar Irwan meneteskan air mata, ciuman itu turun ke kedua mata Zahra, kedua pipi Zahra, hidung Zahra dan berakhir di bibir tipis Zahra.

"jangan pernah tinggalkan aku, Zahra" ujar Irwan dan mencium kembali kening Zahra. Irwan pun tidur disebelah Zahra dan memeluk erat tubuh Zahra.







selamat membaca.....

Jujur Aku Tak SanggupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang