Setelah kejadian semalam Hisyam sudah memutuskan untuk Zahra resaign dari tempat mengajarnya. Hisyam mengambil keputusan secara sepihak tanpa pengetahuan Zahra. Hisyam sudah menceritakan kejadian tadi malam kepada Abi Ali, sehingga Abi Ali menambah pengawal yang ada di depan rumah Hisyam. Mereka semua juga sedang menyelidiki dimana persembunyian Anton dan rekan-rekannya. Hisyam melihat Zahra yang sudah rapih sambil menata sarapan diatas meja makan.
"adek mau kemana?" tanya Hisyam menghampiri Zahra
"adek mau ngajar lah kak, emang adek kalau pagi mau kemana kalau nggak ngajar" ujar Zahra
"kakak sudah kirim surat resaign adek ke tempat mengajar Zahra" ujar Hisyam
"kakak nggak bisa gitu dong, adek masih punya kewajiban buat ngajar kak" ujar Zahra
"adek nurut sama kakak" bentakan Hisyam membuat Nasya keluar dari kamarnya. Zahra sudah berkaca-kaca karena baru ini Hisyam memebentaknya
"adek tidak perlu mengajar lagi, adek dirumah tidak boleh kemana-mana, PAHAM!" ujar Hisyam penuh penekanan. Tanpa disadari hidung Zahra mengeluarkan darah segar. Hisyampun panik dan membersihkan darah tersebut
"dek, ada yang sakit?" tanya Hisyam khawatir tetapi Zahra hanya diam karena rasa pusing yang menderanya. Irwan yang baru turun terkejut melihat keadaan istrinya.
"Ya Allah, sayang" ujar Irwan berlari menghampiri Zahra. Hisyam masih membersihkan hidung Zahra, Hisyam menyesal karena sudah membentak Zahra. Nasya memberikan minum kepada Zahra.
"ada yang sakit sayang?, kita kerumah sakit?" tawar Hisyam
"Zahra tidak apa-apa, kak" bohong Zahra
"kamu pucat sekali sayang" ujar Irwan
"Zahra tidak apa-apa, Abang" ujar Zahra
"maaf dek, kakak tidak bermaksud......"
"tidak apa-apa kak. Kalian sarapan dulu, Zahra mau ganti hijab dulu" ujar Zahra
"mbak temani dek" ujar Nasya dan diangguki oleh Zahra, tidak butuh waktu lama mereka kembali ke meja makan. Mereka makan dalam hening, setelah selesai Zahra membereskan meja makan. Hisyam dan Nasya sudah berangkat lebih dulu
"sayang" ujar Irwan sambil memeluk Zahra dari belakang
"Abang lepas, Zahra lagi nyuci piring. Ntar baju Abang basah kena air" ujar Zahra, bukan Irwan namanya kalau tidak bisa mengerjai istrinya. Bukannya melepaskan pelukannya malah mempererat pelukannya. Karena sebal Zahra buru-buru menyelesaikannya dan berbalik menghadap Irwan
"cantik" puji Irwan
"Abang kok belum berangkat?" tanya Zahra
"ikut Abang kekantor yah" pinta Irwan membuat Zahra bingung
"Abang mau, Zahra ikut kekantor" ujar Irwan
"tumben Abang manja" ledek Zahra
"karna Abang nggak bisa tahan rindu Abang buat Zahra" ujar Irwan tersenyum
"Zahra dirumah saja yah" ujar Zahra
"sayang, dirumah tidak ada siapa-siapa. Abang pasti nggak tenang sayang tinggalin Zahra sendirian dirumah" ujar Irwan
"tapi Abang....." Irwan berjongkong lalu menempelkan telinganya di perut buncit Zahra
"adek, bilang sama Bunda buat ikut Ayah kekantor yah. Ayah pasti kangen sama kalian berdua" ujar Irwan lalu mencium perut buncit Zahra
"iyah Abang" ujar Zahra tersenyum. Irwan pun berdiri lalu memeluk Zahra
"Ana Ukhibbuki Fillah, zaujati" bisik Irwan
KAMU SEDANG MEMBACA
Jujur Aku Tak Sanggup
RomansaSeorang wanita yang sederhana yang sangat mencintai Bunda nya dan Kakak laki-laki nya. Dia akan melakukan apa saja demi membahagiakan Bunda nya. Walaupun mengorbankan kebahagian nya sendiri...