Math - Tiga

1.1K 193 7
                                    

Mereka sampai dirumah Yerin. Karena Taehyung benar-benar mengantarkan mereka, ke rumah Yewon lalu Yerin tanpa mengeluh.

"Makasih, ya. Pak Taehyung." ucap Yerin.

Yewon melirik keduanya, dan sadar diri sepertinya mereka ingin bicara. Oke aku akan menyingkir~

"Terimakasih, Pak! Oh iya, aku masuk duluan ya Kak Yerin."

Dan Yewon seakan menghilang begitu saja. Menyisakan rasa canggung antara mereka berdua. Padahal biasanya Yerin mudah mencairkan suasana. Mungkin karena efek lelah.

"Terimakasih, Bu Jung. Saya berhutang lagi sama kamu."

Yerin menggeleng tangannya cepat, "Gak perlu merasa berhutang."

Tiba-tiba Yerin kembali teringat dengan syarat Hayoung. Aish. Kenapa harus ingat sama permintaan bodoh itu? Yerin merutuk dalam hatinya. Dan kepalanya terus menggeleng untuk menghilangkan pikiran mengenai permintaan Hayoung.

"Ada apa, Bu Jung? Pusing?"

Yerin tertawa canggung. "Engga. Bukan. Cuman capek aja."

"Saya minta maaf, Bu."

"Oh bukan! Pak Kim gak salah." Dan Yerin menggaruk belakang lehernya, ragu untuk bilang. Gini aja, kalo dia diem, berarti engga, dah kabur aja!

"Bu Jung..?"

"Kim Taehyung. Boleh minta nomormu?!"

Yerin memejamkan matanya. ASLIII. MALU. BEGO. Kenapa harus teriak?

Selama kurang lebih tiga puluh detik, Taehyung dan Yerin terdiam. Bagi Yerin, sekarang saatnya kabur. Karena ia sudah sangat malu.

"Gapapa. Selamat malam, Assalamualaikum, Pak!" lalu Yerin membungkuk memberi salam kepada Taehyung. Dan ia lari kedalam rumahnya.

▶▶

Mereka sudah berkumpul di rumah Yerin. Acara berkumpul ini sudah sering mereka lakukan, apalagi sekarang 1 dari 6 mereka ada yang tengah mengandung. Mereka hampir seminggu sekali menginap seperti ini. Hanya untuk membantu memenuhi keinginan sahabat mereka.

Yerin berjalan masuk dan mendapati 5 kawannya sudah duduk diruang tamu. Mereka menatap selidik ke Yerin, sepertinya Yewon sudah buka suara tentang Taehyung. Yerin mendecak sebal. Memberi tatapan 'apa'.

"CIAAAAAAAA."

"CIE YANG AKHIRNYA PUNYA GEBETAN LAGI."

Entah kenapa yang Yerin rasakan sekarang bukannya kesal, namun senang. Capeknya tadi menghilang ketika ia bertemu sahabatnya.

"Bacot. Engga, dia bukan gebetan."

"Yakin gamau dijadiin gebetan?" sindir Sowon.

"Kalo itu maulah. Wkwkwk."

Yuna menarik lengan Yerin, sampai wanita itu duduk ditengah mereka. Semua langsung menepuk punggung Yerin. Kecuali yang tengah hamil ini. Maklum. Susah bergerak.

"ADUUUH! SAKIIT!" protes Yerin karena punggungnya dipukuli tiba-tiba. Mereka hanya tertawa gemas melihat Yerin.

Akhirnya Yerin duduk dan mereka mulai menceritakan Taehyung seadanya. Ya, karena ia juga bertemu Taehyung hari ini. Respon temannya pun menerima dengan baik dan mendukung Yerin.

"Udah. Udah. Sekarang ayo nonton film."

Yerin bangun dari duduknya dan mengarahkan agar kini mereka nonton film. Iya menyeting TV nya itu dan memutar film Joker yang keluar baru-baru ini.

"Ibu hamil silahkan duduk di sofa."

Yerin mengambil popcorn dan duduk dikarpet bersandar pundak pada Hwang Eunbi. Karena disini Eunbi ada dua, mereka sejak dulu sepakat memanggil Jung Eunbi dengan nama Eunha.

Sesuatu bergetar dan ia tebak itu adalah ponsel Eunbi. Yerin mengangkat kepalanya dan mengambil dengan santai ponsel dari saku Eunbi. Melihat siapa yang menelpon, Yerin segera memberikan ponsel ke Eunbi.

"Nih, suami lo."

"Matiin aja."

"Kenapa? Lagi berantem?"

"Ya gitu."

Yerin mengalihkan matanya dan tidak ingin ikut campur urusan rumah tangga orang. Ia lebih baik fokus pada film. Tadinya begitu, sampai ia melirik Ibu hamil di sofa miliknya.

"Sojung. Suami lo bakal kesini kan?"

"Iya nanti abis pulang kerja."

Yerin bernafas lega. Gimana pun Sojung sedang dalam posisi mengandung, dan harus ditemani suaminya. Yerin ga begitu mempermasalahkan itu.

Ibu dan Ayahnya tinggal di rumah besar. Dalam artian, seluruh keluarga Yerin tinggal disana. Dan karena Yerin harus bekerja, mereka membangun satu rumah buat Yerin. Bisa dibilang keluarga Yerin berkecukupan karena orang tua Yerin sendiri punya perusahaan yang menunjang keuangan keluarga.

▶▶

"Nah, besok ada ulangan harian, tau kan?"

Yerin membuka tutup spidol sementara anak-anak dikelas hanya mengeluh mengenai ulangan besok dan ada yang amnesia sampai menawar-nawar agar ulangan di undur. Yerin tertawa tidak habis pikir dengan pikiran muridnya, wanita itu mengabaikannya dan segera menuliskan sesuatu dipapan untuk persiapan ulangan harian besok.

Bakal ada 2 sesi ujian, sesi pertama u/ absen genap, sesi kedua u/ absen ganjil
Dimohon untuk bendara mempersiapkan kertas ulangan bisa beli di koperasi.
Materi untuk besok dari bab 2 sampai yang dipelajari hari ini.
Setiap sesi 45 menit, dan soal ada 25

Sekertaris dikelas segera meminta izin untuk memoto informasi untuk ulangan besok kepada Bu Jung. Tangannya tergetak cepat mengambil foto, lalu kembali duduk ke bangku.

Yerin keluar kelas dan kembali ke ruang guru. Di lorong seseorang menyenggol lengannya, tidak lain itu Hayoung. Ia terkekeh dan mengingat-ingat apa yang kelupaan.

"Oh iya. Udah hari ketiga. Mana nomor calon gebetan lo?"

Yerin mengernyit padahal Hayoung seakan tidak ingat permintaan bodoh itu. Bibirnya tergigit mencoba mencari pengalihan topik pembicaraan. Ia mengangkat alisnya cepat saat menemukan topik lain.

"Ha-"

"Jangan alihin pembicaraan."

Yerin menghela nafas. "Udahlah. Lupain aja nomor Pak Kim. Gua traktir sebagai gantinya."

Tiba-tiba Hayoung menarik Yerin ke kamar mandi. Dan tiba-tiba ia menjadi sensitif, iya Hayoung mengomel tiba-tiba. Yerin heran lalu mengangkat ponselnya dan melihat tanggal hari ini. Lalu mengerti kenapa Hayoung tiba-tiba menjadi sangat sensitif.

Dia lagi kedatengan tamu.

"Okay. Okay. Gua tinggal coba lagi nanti. Tenang, tenang. Ya?"

Yerin tau betul kalo Hayoung udah sensitif gini, ngomelnya gabakal berhenti sampe kapan-kapan. Akhirnya Yerin yang nyerah dan menuruti permintaan bodoh Hayoung.

Mereka kembali ke ruang guru setelahnya. Dan duduk dimeja masing-masing. Ia baru teringat kalo jadwal datang bulannya itu gajauh beda dari Hayoung. Ia bergegas mengambil note kecilnya dan menuliskan kebutuhan haidnya, agar tidak kelupaan. Ia akan membelinya sepulang sekolah nanti.

Lalu ia kembali terdiam. Ia kini memikirkan cara untuk mendapat nomor ponsel Taehyung. Ia menghela nafasnya berulang kali, tidak dapat mendapatkan satu ide bagus.

Taehyung itu posisinya rada spesial, jadi Yerin mudah merasa canggung atau gengsi. Padahal Yerin pada dasarnya easy buat bergaul, dan berinteraksi.

Ya lebih gampangnya. Yerin suka sama Taehyung pas pertama kali ketemu.

######
AN.
hiya hiya. Sojung jadi bumil, dan sinb ceritanya udah punya suami.

chapter  hari ini, gimana nih? semoga suka ~

math. (jung yerin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang