Mengentas Ujian Cinta

20 2 0
                                    

Mengentas Ujian Cinta

Jika kuberi pilihan, antara Khadijah dan Fatimah, kamu ingin menjadi siapa?

Khadijah yang dengan tegas menyatakan cintanya pada Rasulullah ﷺ, atau Fatimah yang justru memilih mencintai Ali dalam diamnya?

Tenang, tak perlu dijawab. Dua-duanya, sama-sama baik.

Kisah keduanya, sama-sama menyimpan ibrah yang agung; tentang kesabaran seorang wanita muslimah dalam mengentas ujian cintanya.

Kau tau?

Berbedanya mereka menangani cinta, ternyata adalah hikmah; menjadikanmu mudah untuk memilih, siapa sekiranya di antara mereka berdua yang paling mampu kau teladani.

Ada sebagian wanita yang dikaruniai Allah tingginya rasa malu. Mereka terbiasa bersabar dalam jeda. Menunggu momentum. Menghindari konfrontasi. Memilih menahan pedih di balik senyuman. Tubuh mereka sering terdiam, tetapi hatinya lebih sering meringis; berkelebat doa teruntai, “mudah-mudahan, aku bisa melewati ujian ini...”

Dan, bagi mereka, bersabar dalam mengentas ujian cinta adalah sepenuhnya tentang keimanan. Mereka tau resiko dari sebuah penantian. Namun, apalah daya jika diri terlampau malu untuk sekadar mengungkap cinta, selain percaya sepenuhnya atas janji-janji-Nya?

Maka, Fatimah Az-Zahra binti Rasulillah ﷺ menjadi idola mereka.

Tetapi, ada sebagian lain yang Allah lebihkan dengan karakter kuat. Cara mereka bersabar adalah dengan membuat langkah. Tangguh menangani konfrontasi. Menghadapi masalah dengan tangan mengepal dan langkah yang mantap, walau tak jarang air mata berderai. Mengukuhkan keyakinannya sambil berlari menuju jalan keluar.

Dan, bagi mereka, cara terbaik untuk bersabar dalam mengentas ujian cinta ini adalah dengan berjalan langsung menuju muaranya. Menuntaskan segera. Memperjelas yang samar-samar. Tangkas mematahkan opini yang berkembang, tentang tabunya seorang perempuan yang lebih dulu mendatangi laki-laki.

Maka, mereka mendamba Khadijah binti Khuwailid sebagai teladannya.

*****

Jadi, antara Fatimah dan Khadijah, kamu ingin menjadi siapa?

Lagi-lagi, tenang, tak perlu dijawab.

Dua-duanya, sama-sama baik. Dua-duanya, adalah solusi. Kamu bebas menentukan figur keteladanan yang sesuai yang sesuai dengan karaktermu. Yang memudahkanmu.

Allah itu Maha Mengerti. Dan, Islam amat memudahkan.

Mau ngegas, oke. Mau menunggu, juga oke.

Jadi, berhentilah untuk saling men-judge satu sama lain. Terlalu banyak hal yang tidak kita ketahui tentang isi hati manusia.

Oh ya, satu hal....

Teladani juga tekad keduanya, ya.

Cari tau, apa yang menyebabkan Fatimah dam Khadijah menangani ujian cinta dengan cara yang berbeda. Agar, tak cuma ikut-ikutan, tetapi, benar-benar meneladani.

Cari taunya di mana?

Banyak. Di buku sirah, di internet, ada :)

Atau, bila ada kesempatan, nanti, akan kukisahkan juga di sini, insyaAllah.

Kita Hanya Pura-pura Saling MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang