Awal Baru

13.1K 351 12
                                    

Ayyas tidak habis pikir dengan jalan pikiran istrinya. Bagaimana mungkin dia mengizinkan dirinya menikah lagi? Apa Indah tidak sakit hati atau cemburu mungkin?

Mereka berumah tangga sudah hampir 2 tahun. Dan belum dikaruniai anak. Selain Indah yang memang masih kuliah, Ayyas juga tak mau terburu-buru. Meskipun hati kecilnya tak menampik jika dirinya memimpikan bibir mungil yang memanggilnya 'Ayah'.

Meskipun begitu, Indah tidak menahan kehamilannya dengan apapun. Hanya mungkin Yang Maha Kuasa belum memberikan mereka kepercayaan itu.

Dan sekarang, tiba-tiba saja Kinansya datang membawa kabar yang tidak pernah diduga. Gadis itu mengaku hamil anaknya.

Ya Tuhan, Ayyas benar-benar tidak ingat. Dia berusaha memutar ingatannya. Hari itu dia memang menemui Kinansya untuk membahas kerjasama bisnis mereka. Ayyas bahkan tidak memberi kabar pada Indah, sebab dia yakin pertemuan itu hanya sebentar dan dia akan pulang tepat waktu.

Saat itu, Ayyas bertemu Kinansya di sebuah restoran sebuah hotel. Gadis itu yang memilihkan tempat. Katanya makanan di restoran itu sangat unik dan lezat.

Semua berjalan lancar, sampai Ayyas melihat ada seseorang yang datang menghampiri mereka. Pria muda yang menatap Ayyas dengan tatapan tidak suka.

Pria itu berbincang sebentar dengan Kinansya, lalu dia memberikan sebotol air mineral pada Kinan. Entah apa yang mereka bicarakan. Sepertinya cukup alot, mereka sedikit bertengkar.

Karena merasa diabaikan, akhirnya Ayyas pamit ke kamar mandi. Baru setelah sepuluh menit dirinya kembali, Kinan sudah sendiri lagi menunggunya di meja makan.

Ayyas dan Kinan makan sebagai penutup dari pertemuan mereka. Lalu setelah itu, Ayyas merasakan pusing hebat di kepalanya, lalu dia tak ingat apa-apa lagi.

Berkali-kali Ayyas berusaha keras untuk mengingat, tetap saja rasanya dia tak ingat apapun. Selain...

Ya, malam itu dirinya masuk ke sebuah kamar, di sana dia merasakan hasrat yang luar biasa pada Indah yang entah kapan sudah menunggunya di kamar itu.

Hanya itu. Setelahnya dia tak ingat lagi.
Mata Ayyas kembali fokus pada istrinya yang bekerja dalam diam. Dia menatap Indah yang sedang sibuk menata piring di atas meja. Mereka makan malam juga tanpa suara. Sejujurnya, banyak hal yang ingin Ayyas tanyakan. Tapi dia bingung untuk memulai.

Apa dirinya harus meminta maaf? Tapi, atas dasar apa? Bukankah dirinya tidak bersalah?

Argh! Ini tidak nyaman. Terlebih, Indah sepertinya baik-baik saja. Sikapnya malah semakin membuat Ayyas merasa takut.

Bahkan jujur saja, tadi Ayyas sangat berharap Indah menahan Kinan, atau memakinya, atau marah pada dirimya tak peduli dengan alasan apapun itu.

Dan yang terjadi, istrinya begitu tenang. Meski pada awalnya Indah menampakkan rasa terkejut, tapi kemudian tenang kembali.

"Mau nambah, Mas?"

Suara Indah membuat Ayyas berhenti melamun, "ya? Ah, sudah. Mas sudah kenyang."

"Baiklah," jawab Indah. Lalu membereskan piring kotor dan hendak bergegas ke dapur. Namun, tangan Ayyas menahannya.

"Tunggu, biar Bi Mimin yang bereskan."

"Tak apa, Mas. Ini kewajibanku."

"Sayang, kita perlu bicara."

Indah diam, lalu berbalik dan tersenyum tenang, "tentu saja, setelah aku bersihkan ini."

"Indah taati perintah suamimu, duduklah."

Indah diam. Di matanya nampak rasa terkejut yang luar biasa. Ini kali pertama Ayyas bicara tegas padanya.

Sejak mereka menikah, Ayyas adalah suami yang lembut dan penyabar. Selalu membimbing Indah dengan penuh kasih sayang. Mungkin wajar jika kali ini Indah sedikit terkejut.

Ku ijinkan Kau MenduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang