Dewasa

11.3K 378 28
                                    

Mendengar Ayyas yang berkali-kali memanggil namanya, Indah masih diam. Mati-matian ia menahan diri agar tidak menangis. Dia sudah berjanji kan, bahwa tidak boleh ada lagi air mata.

Indah bangkit dan berjalan untuk  membuka pintu. Wajahnya dibuat selelah mungkin.

Saat pintu terbuka, Ayyas berdiri di depan pintu dan menatapnya cemas.

"Akhirnya kamu buka juga, kamu ngapain di dalam sayang?"

Ayyas meraih pinggang Indah dan memeluknya erat. Indah tak munafik, ia juga rindu Ayyas. Rindu semua tentang Ayyas. Dan pelukan hangat ini adalah pelukan pertama setelah Ayyas menikah dengan Kinan.

Indah pura-pura menguap, "aku ngantuk, Mas. Jadi aku tidur lebih dulu tadi. Maaf, gak pamit sama kamu dan Kinan."

"Kenapa tidur di sini? Kamar kita bukan yang ini. Ayo kita pindah!"

Tangan Indah menahan Ayyas yang merangkulnya, hendak membawanya keluar dari kamar.

"Kenapa?"

"Mas! Kamu di--" teriakan Kinan terpotong saat dia melihat Ayyas yang sedang memeluk pinggang Indah dengan posesif.

Indah melepaskan tangan Ayyas dari pinggangnya. Pria itu menatap Indah dengan tatapan kehilangan.

"Kinan butuh kamu. Kita tidak mungkin tidur bertiga kan? Pergilah! Aku gak apa-apa. Lagian aku sangat lelah hari ini. Kegiatan di kampus sangat banyak."

Kinan meraih lengan kekar Ayyas dan menariknya keluar dari kamar.

"Ayo, Mas! Kita tidur! Aku ngantuk. Indah juga kayaknya mau istirahat. Ya kan?"

Ayyas tersenyum ke arah Kinan. Entahlah, Kinan sangat manja. Ayyas bahkan baru tahu jika Kinan senang sekali merajuk. Apa ini bawaan bayinya? Atau memang sifat asli Kinan seperti itu?

"Kamu duluan ya? Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan istriku dulu."

Mata Kinan langsung berkaca-kaca.

"Mas, kenapa kamu bilang kayak gitu? Aku juga istri kamu! Ingat itu!"

Ayyas menghela nafas, "Kinan, maksudku, aku harus bicara dengan Indah. Kamu masuk kamar duluan. Nanti aku nyusul. Oke?"

"Tapi, Mas..."

"Kinan, dengar! Aku menyuruhmu tidur karena aku menyayangi kamu dan bayi kita. Kamu harus istirahat yang banyak, agar kamu tidak kelelahan. Ya?"

Setelah mendengar penjelasan Ayyas, senyum Kinan melebar, dengan manja dia mengecup pipi Ayyas tanpa permisi.

"Aku tunggu ya, Mas. Selamat malam, Indah!"

Indah hanya membeku. Pemandangan ini sungguh sedikit.... apa ya, menyakitkan mungkin? Entahlah, Indah memang sudah memperkirakan semua yang akan terjadi setelah mengijinkan Ayyas mendua. Sebutlah dia korban sinetron, sebab ia membayangkan semua yang akan ia alami persis seperti di sinetron. Hanya endingnya yang ia tak mau. Misalnya suaminya kecelakaan, mati, struk, atau... tobat. Sayangnya ia tak mengharap satu pun terjadi pada suaminya.

Toh, Ayyas menikah atas persetujuannya bukan?

"Sayang, malam ini kita tidur di sini," ucapan Ayyas membuyarkan lamunan Indah.

"Apa? Tapi Kinan..."

"Dia pasti sudah tidur, ayo!"

Ayyas merangkul Indah dan membawanya ke atas kasur.

"Mas, bagaimana kalau Kinan butuh sesuatu atau..."

"Ssh, sudah. Cukup, jangan terlalu memanjakan dia. Aku tidak suka. Sekarang ayo obati rinduku malam ini juga."

Ku ijinkan Kau MenduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang