Ruangan bernuansa putih bersih khas rumah sakit langsung menyambutnya begitu ia masuk ke dalam ruang praktik dokter kandungan ini.
Seorang perempuan dengan jas putih tampak tersenyum lembut menyapa dan mengarahkannya untuk berbaring pada kasur yang tersedia.
Bagi Yuri satu langkah mendekat bagaikan memikul jutaan dosa karena niatnya ini, namun dia tidak punya pilihan lain, untuknya inilah solusi terbaik untuk mereka bertiga.
Wanita itu mulai membaringkan tubuh pada kasur dan mengikuti instruksi dokter itu untuk menaikkan
dress -nya setelah sebelumnya menarik selimut yang tersedia.Perempuan setengah baya itu mengoleskan krim pada permukaan perutnya, tempat dimana janinnya berada. Yuri tidak menunjukkan reaksi apapun selain diam.
“Dia berusia kurang lebih empat minggu,” ucap dokter itu sembari menggerakkan benda tumpul yang menjadi bagian dari alat ultrasonografi menyusuri kulit perut Yuri.
“Kau tidak mau melihatnya?” pertanyaan itu membuatnya menoleh.
Dokter itu mengendikkan dagu pada layar di dekat ranjangnya.
Gadis itu mendongak melihat layar yang menampilkan gambar hitam putih yang tidak ia mengerti namun dia tidak mengelak perasaannya menghangat seketika melihat gambaran itu.Tubuhnya bergetar dan rasa bersalah kembali terangkat ke permukaan menamparnya keras. Janin itu, calon anaknya, sesuatu yang ia coba singkirkan, sosok kecil yang lemah dan sama sekali tidak berdosa terpaksa menjadi korban keegoisan dirinya.
Shin Yuri merasakan matanya mulai memanas dan tanpa sanggup dibendung setetes air mata meleleh di sudut matanya. Berulang kali ia merapal maaf dalam hati pada calon bayinya, berharap sosok itu akan mengerti dengan ketidakmampuannya menjaga dia.
“Kau bisa memikirkannya lagi,” ucap perempuan berstatus dokter itu dengan senyuman lembut.
BRAKK!!
Suara pintu yang didobrak itu sontak mengagetkan keduanya, terlebih Yuri. Di sana, pria itu berdiri dengan kepalan tangan dan tatapan murka yang mengarah tajam padanya.
Sehun melangkah lebar- lebar lalu menarik wanita itu turun dari ranjang, dan menyambar tas perempuan itu.
“Tunggu!” Yuri berusaha mengurai tautan tangannya yang digenggam Sehun dengan begitu kuat. Pria itu seolah tuli dan justru mengencangkan genggamannya.
“Sehun-ssi kumohon,” pinta Yuri bersikeras menghentikan langkah mereka keluar.
“DIAM!” bentakan keras itu membuatnya bungkam seketika.Gadis itu bingung bagaimana pria itu bisa menemukannya disini dan untuk apa niatnya yang menyeret Yuri keluar paksa seperti sekarang.
“Bawa mobilnya,” suara rendah Sehun mengudara disertai dengan terlemparnya tas tangan Yuri pada seorang pria yang sudah menunggu mereka di pintu luar.
Sehun mendorong Yuri kasar masuk ke dalam kursi penumpang dan dirinya dengan cepat berputar menuju kemudi.
Sepanjang perjalanan wanita itu tidak berani membuka suara ataupun membuat gerakan yang mampu menarik perhatian Sehun.
Aura murka Sehun benar – benar mencekam suasana. Sesekali bahkan Sehun memukul setir dengan tangannya lalu memijat pelipis dan mengumpat kasar.
Dengan kecepatan semaksimal mungkin, Sehun mengemudikan mobil pribadinya hingga mereka tiba di apartemen pria itu dengan cepat.
Sehun langsung menarik paksa tangan Yuri hingga mereka berhadapan di ruang tengah tempat tinggal mewahnya.
PLAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
Alcoholic
FanfictionAlkohol dalam sebuah pesta bukankah hal yang wajar? Namun apa jadinya jika seorang wanita yang hilang kendali karena minuman itu dan mengakibatkan dirinya bercinta dengan bosnya hingga hamil. Di satu sisi,dirinya akan menikah dengan kekasihnya. A...