***
Song: Wish You Were Here
Singer: Avril Lavigne***
Ting..
Suara lonceng cafe terdengar bersamaan dengan masuknya seorang perempuan dewasa sambil menggandengan anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun.
Begitu masuk anak laki-laki itu langsung menatapku. Tidak. Lebih tepatnya dia menatap sayatan bekas luka yang berada di pipi kananku. Sudahlah. Memang sejak kejadian 10 tahun lalu, setiap orang yang melihatku pasti akan menengok dua kali hanya untuk memastikan kebenaran penglihatan mereka. Benar. Ini memang bekas luka.
Aku mencoba mengalihkan tatapanku dari mata anak kecil itu. Tanganku terulur untuk mencoba frappuccino kesukaanku. Huh.. Ini sedikit menenangkan diriku.
Aku rindu suasana seperti ini. Menenangkan. Membuat aku nyaman untuk mengenang masa lalu yang sampai sekarang masih teringat jelas di pikiranku.
Mataku segera beralih begitu aku mendengar suara teriakan seorang wanita. Itu wanita yang datang bersama anak laki-lakinya tadi. Beberapa orang segera menghampiri meja perempuan itu karena mendengar dia menangis dengan suara keras. Anaknya juga ikut menangis.
Aku sebenarnya juga ingin ikut mendekat dan mencari tahu apa yang terjadi, tapi.. Dengan keadaanku yang sekarang, kurasa bukannya menyelesaikan masalah, aku hanya akan memperumit semuanya.
Jadi aku tetap diam disini sambil memperhatikan gerak-gerik semua orang yang disana.
Beberapa menit berlalu tapi wanita itu tetap dalam keadaan sama. Dia menangis sambil terus meraung-raung. Baiklah, aku terlalu berlebihan. Dia hanya menangis sambil menjerit kuat.
Kulihat beberapa pelayan cafe mulai berdatangan ke mejanya. Huh.. Keributan ini benar-benar merusak suasana hatiku yang awalnya baik-baik saja.
Aku membuka tas ranselku. Mengeluarkan laptop dengan logo terkenal yang diketahui hampir seluruh populasi manusia. Bukannya mau sombong, tapi memang begitu adanya. Aku terlahir di keluarga yang berkecukupan. Semuanya baik-baik saja pada awalnya.. Yaa, pada awalnya. Kenyataanya sekarang aku sedang tidak baik-baik saja.
"keluarganya salah satu korbannya. Makanya dia menangis seperti itu.."
"kasihan sekali.. Kurasa aku juga akan melakukan hal yang sama jika kejadian itu menimpa keluargaku"
"jangan sampai kejadian seperti itu menimpa kita. Jangan bicara hal yang buruk!"
Aku mendengar pembicaraan orang yang duduk di meja sebelahku. Korban apa maksudnya?? Apa mereka membicarakan perempuan yang menangis di meja pojok itu??
Aku penasaran. Huh, kuharap aku bisa menghilangkan kebiasaan ini. Aku benci harus terus menerus bersikap ingin tahu pada segala hal yang ada disekitarku.
"maaf.. Apa kalian tahu penyebab wanita itu menangis??" Tanyaku sambil menatap kedua pemuda yang ada di meja sebelah.
Mereka terdiam sambil menatap wajahku. Ohh, baiklah. Mereka menatap pipiku.
"ehh.. Ohh.. Iyaa. Dia menangis karena keluarganya adalah salah satu korban kecelakaan pesawat yang terjadi tadi pagi. Kau tentu sudah mengetahui beritanya, kan??"
Aku mengangguk. Setelah itu aku mengucapkan terima kasih karena mereka sudah mau berbagi informasi dengan diriku.
Dan.. Iyaa.. Aku membaca berita itu. Kecelakaan pesawat yang terjadi akibat badai petir. Aku tidak terlalu mengikuti berita seperti itu. Terlalu menyesakkan setiap melihat bagaimana semesta dengan kejam memberikan berita duka pada setiap keluarga yang ditinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
8 Hari Menuju kehidupan
Mystery / ThrillerDari aku, Almeera, di tahun 2020 Tidak pernah terbayang jika aku bisa berjalan sejauh ini. Aku pernah terjatuh, tertatih, lalu kembali terjatuh. Hari ini, ditempat aku duduk, kutatap langit yang berawan putih. Tidak pernah kusangka jika awan yang...