61. Hari ke-1

3 2 0
                                    

Mataku terbuka. Tapi tidak seperti biasanya, kali ini mataku terasa buram untuk melihat.

Biasanya aku akan menggunakan tanganku untuk membersihkan mata, tapi kali ini, tanganku rasanya sulit untuk bergerak.

Ini bukan mimpi. Aku benar-benar terjatuh dari pesawat.

Aku tidak lagi merasakan air hujan yang mengguyur bumi. Entah sudah berapa lama hujan berhenti turun. Tanah masih terasa lembab, bahkan bajuku masih terasa basah.

Aku coba untuk bernapas dengan teratur. Sangat sulit, dadaku terasa sakit.

Mataku mulai bergerak menjelajah.

Jovan.. Dimana dia??

"Jovan.." Panggilku lirih. Aku bahkan tidak terlalu mendengar suaraku sendiri.

Aku mencoba untuk menggerakkan mataku. Aku mencoba untuk menatap ke atas untuk melihat keadaan saat ini. Tapi.. Pandanganku justru terhalang oleh daun-daun berduri yang penuh dan lebat.

Aku selamat karena jatuh di semak-semak ini. Tapi.. Bukan berarti keadaanku baik-baik saja. Aku merasakan wajahku terasa perih, mungkin terlalu banyak duri yang menancap disana.

Aku kembali mencoba menggerakkan tanganku. Setidaknya jika tanganku bergerak maka keadaan tubuhku bisa lebih baik.

Tanganku tetap tidak bisa bergerak. Posisiku masih sama.

Aku menggerakkan bola mataku lagi, hanya itu bagian tubuhku yang masih bisa bergerak dengan baik.

Aku menemukan tas yang sempat diberikan Jovan kepadaku, tas itu menjadi bantalan kepalaku. Mungkin karena itulah aku masih bisa bangun saat ini. Tapi.. Masalahnya aku tidak bisa bergerak sama sekali. Apa aku bisa bertahan??

"tolong.." Ucapku pelan.

Tidak ada jawaban.

Aku mulai mencoba menggerakkan kakiku. Kaki kiriku mulai bisa berpindah arah, tapi.. Kenapa rasanya aku seperti kehilangan kaki kanan?? Aku tidak bisa merasakan kehadirannya. Ohh Tuhan..

Aku mulai menangis. Rasa sakit ditubuhku juga semakin tidak tertahankan. Tapi aku mulai merasakan keadaan semakin buruk ketika aku menangis, paru-paruku seperti kehabisan udara. Jadi kutenangkan diriku untuk sejenak. Semuanya pasti baik. Aku hanya tinggal menunggu Jovan datang lalu kami akan menyelamatkan diri begitu bantuan sampai. Baik.. Aku hanya tinggal menunggu.

Aku mengatur napasku. Berusaha agar dedaunan tidak menutup hidungku. Perlahan, aku kembali mecoba menggerakkan tangan. Belum berhasil, tapi kini tanganku sudah lebih baik.

Aku coba untuk menggeser kepalaku, sakit. Luarbiasa sakit.

Aku kembali menangis ketika rasa sakit itu kembali datang menyerang leherku.

Sepertinya aku memhalami kesleo atau bahkan patah tulang di bagian leher. Kuharap tidak terlalu parah.

Rasa pusing mulai kembali menyerangku. Kubiarkan mataku menutup untuk menahan.

Lalu.. Aku kembali tidak sadarkan diri. Semuanya kembali gelap dan tubuhku terasa seperti melayang. Aku mencoba untuk bertahan. Tubuhku harus tetap baik-baik saja. Jovan pasti menemukanku. Aku harus menungunya.

***

Mataku kembali terbuka begitu aku mendengar suara ledakan yang memekakkan telinga.

Aku kembali mengerjapkan mataku untuk menyesuaikan cahaya terang yang tiba-tiba kuterima.

Suara ledakan tadi.. Apakah berasal dari pesawat??

Aku tidak pernah membaca satupun artikel mengenai kecelakaan pesawat jadi.. Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan dalam keadaan ini.

8 Hari Menuju kehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang