IGY : 3/4

148 14 0
                                    

Tanpa sadar, ia mengemudikan mobilnya menuju rumah Lesley.
Setelah sampai di depan rumah gadis itu, ia menelpon Lesley.

"Hmm ini siapa?" Jawab Lesley dengan suara serak seperti baru bangun tidur.

"Aku di depan rumahmu." Ujar Gusion.

"Hah?" Ulang Lesley. Sepertinya sekarang ia sedang melihat nama yang tertera di telpon dan lantas berteriak.

"Kenapa kau kemari?! Ini hujan deras, tahu?!" Hardik Lesley. Gusion terkekeh.

"Aku bawa mobil. Bukakan saja pintunya." Ujar Gusion.

"Sial! Kau merepotkan." Ujar Lesley kemudian gadis itu membawa payung dan membuka gerbangnya. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Gusion keluar dari mobilnya.

"Kenapa wajahmu memerah?" Tanya Lesley.

"Memangnya begitu?" Tanya Gusion. Lesley sedikit berjinjit dan menaruh punggung tangannya di dahi Gusion.

"Astaga. Kau demam? Dan kau mengendarai mobil ke sini di tengah hujan. Apa kau sudah gila?!" Ujar Lesley. Gusion memejamkan matanya. Ia pusing kalau harus mendengar teriakan orang sekarang.

"Aku..pusing." Ucap Gusion. Lesley menghela napas dan membawa Gusion masuk.

"Siapa, Lesley?" Tanya Kadita--ibu Lesley.

"Temanku. Ia sedang sakit dan sepertinya di rumahnya sedang ada masalah. Bolehkah ia singgah di sini sebentar, bu?" Tanya Lesley.

"Kalau sakit, beri dia obat. Baringkan ia di sofa. Ibu akan membawa selimut dan bantal." Ujar Kadita. Lesley tersenyum. Untunglah ibunya mau mengerti.

Setelah memberi Gusion obat dan membaringkannya, Lesley hendak bangkit untuk merapikan semuanya.

"Jangan pergi, di sini dulu." Ucap Gusion. Lesley menghela napas. Ia tak tega melihat manusia terbaring lemah seperti ini. Lesley kembali duduk di dekat kepala Gusion.

"Tidurlah, kak." Ujar Lesley. Ia sesekali mengusap rambut coklat Gusion. Gusion memejamkan matanya.

"Terima kasih, di balik sikap dinginmu ternyata kau adalah orang yang hangat ya." Ujar Gusion seraya terkekeh.

"Jangan bicara macam-macam. Aku bisa marah." Ujar Lesley. Gusion hanya tersenyum. Ia kemudian berusaha untuk tertidur.

Setelah memastikan Gusion tertidur pulas, Lesley membereskan semuanya dan menghampiri Kadita.

"Pacarmu?" Tanya Kadita.

"Bukan. Temanku." Sanggah Lesley.

"Baguslah, kalau kau punya pacar selain Bruno dan ayahmu tahu, bisa-bisa kau dimarahi." Ujar Kadita. Lesley hanya tersenyum dan mengangguk mengerti.

"Tapi apa kau dan Gusion sudah sangat dekat? Sampai-sampai ia kemari di saat terpuruknya." Ujar Kadita.

"Padahal tidak juga. Dia selalu menggangguku di sekolah, seringkali aku marahi." Ujar Lesley. Kadita tertawa.

"Galak juga ternyata anakku ini." Ucap Kadita.

"Bukan galak, tapi tegas." Tutur Lesley.

°°°
"Siang, Lesley! Wah, kau sangat suka siomay ya?" Seru Gusion. Ia duduk di samping Lesley yang tengah asik makan di kantin bersama Miya dan Layla.

"Ya" Jawab Lesley. Ia tetap asik dengan makanannya.

"By the way, kayaknya kamu udah bohongin aku deh?" Ujar Gusion.

"Bohong? Bohong apa?" Tanya Lesley.

"Kau bilang ada hantu yang lebih tampan daripada aku di rumahmu. Tapi saat ke rumahmu kemarin, tidak ada tuh." Ujar Gusion. Lesley menatapnya horror.

I Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang