Pic by: jlin_nilj
"Ayah, boleh aku bicara?" Tanya Gusion. Walaupun ragu, namun ia tetap harus bicara pada ayahnya.
"Ya, masuk." Ujar Valir dari dalam ruangan kerjanya.
Gusion duduk di hadapan sang ayah.
"Ada apa, nak?" Tanya Valir.
"Aku ingin meminta bantuanmu, Ayah." Ujar Gusion.
"Bantuan?" Tanya Valir.
"Iya, kalau ayah bisa membantuku, aku janji akan belajar lebih giat lagi. Aku janji akan jadi anak penurut." Ujar Gusion. Valir terkekeh.
"Menurutku, selama ini kamu sudah menjadi anak yang giat dan penurut. Mungkin ibumu memang belum puas. Tapi prestasimu di mata ayah sudah terlampau baik." Ujar Valir. Mata Gusion berkaca-kaca. Ia tak menyangka akan mendengar penuturan indah dari ayahnya. Selama ini ia menyangka Valir adalah sosok yang lemah terhadap ibunya. Tapi ternyata tidak. Hati Valir begitu baik.
"Aku tidak suka melihat laki-laki menangis." Ujar Valir. Gusion tersenyum dan menghapus air matanya.
"Terima kasih, ayah. Jadi aku ingin.." Gusion pun menjelaskan rencananya. Valir hanya diam mendengarkan.
"Sebelum kita melakukan itu semua, ayah perlu bertemu dengan pemimpin perusahaan Vance. Kapan kita akan menemuinya?" Tanya Valir. Gusion tampak berpikir. Ia hanya tinggal meminta nomor ayah Lesley dan menghubunginya.
°°°
"Perusahaan Paxley?" Tanya Lemord. Pria yang akrab disapa Leo itu menampilkan ekspresi bingung."Iya, perusahaan kami menawarkan kerja sama. Kami akan memperkenalkan perusahaan Vance ke jenjang internasional dan tentunya akan membantu merintis sampai berhasil berjaya di negara tujuan." Ujar Valir menjelaskan.
"Maaf, tapi kenapa tiba-tiba perusahaanmu mengajak kami untuk bekerja sama?" Tanya Leo. Bagaimana pun ia tetap harus waspada.
"Karena kami juga sedang membutuhkan rekan untuk bekerja sama." Ujar Valir menjelaskan. Leo mengangguk paham.
"Baiklah, kita akan bicarakan ini lebih detail. Datanglah ke gedung kami besok pagi." Ujar Valir.
"Baiklah. Terima kasih, Tuan Valir." Ujar Leo seraya menjabat tangan Valir.
Setelah kepulangan Valir, Leo menghampiri Kadita di dapur.
"Apa rekanmu sudah pulang?" Tanya Kadita.
"Bukan. Dia bukan rekanku. Dia dari perusahaan Paxley dan mau menawarkan kita untuk bekerja sama. Intinya hubungan timbal balik yang sangat menguntungkan." Ujar Leo. Kadita memberikan secangkir teh hangat pada suaminya.
"Bukankah itu bagus? Kita jadi tidak perlu mengadakan acara perjodohan hanya untuk menyelamatkan perusahaan. Lagipula, Lesley tidak pernah menyetujui perjodohan itu." Ucap Kadita. Leo mengangguk.
"Tapi, aku masih bingung. Kenapa tiba-tiba sekali? Apa ini ide Lesley?" Tanya Leo. Kadita tersenyum. Ia lalu menggenggam tangan suaminya dengan lembut.
"Lesley tidak mungkin bertindak seberani ini, Leo. Dia anak yang sangat penurut. Ini adalah nasib baik perusahaan kita. Kita harus bersyukur, bukan malah menaruh curiga pada anak kita." Ujar Kadita. Leo menghela napas dan mengangguk.
°°°
"Kau mau es krimku? Kenapa kau menatap begitu ke arah es krimku?" Tanya Gusion."Iya. Aku ingin es krim itu." Ujar Lesley. Ia ingin menguji apakah Gusion akan merelakan es krim favoritnya atau tidak.
Gusion cemberut dan menyerahkan es krim itu pada Lesley.
"Walaupun aku masih ingin, tapi yasudahlah. Ini untukmu." Ucap Gusion. Lesley menerimanya dengan senang hati. Ia lalu menyendok es krim itu dan memakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Got You
FanfictionMlbb fanfiction. ☆ |Gusion × Lesley| "Aku serius, kak." Ujar Lesley. "Aku juga serius, Lesley. Aku harus bagaimana agar kamu percaya pada perasaanku?" Ucap Gusion. Lesley menahan napasnya mendengar penuturan Gusion. "Maaf. Lagi-lagi aku begini." U...