★3★

2.2K 191 24
                                    

Previous Chapter

Aku menaiki tangga menuju pesawat besar di hadapanku. Aku menengok sebentar ke arah luar. Menatap bangunan di mana tadi aku keluar dari sana menuju pesawat yang akan kutumpangi ini.

Aku ucapkan maaf ya pada siapapun itu gadis yang memakai kemeja putih tadi. Ini mungkin sebuah kesalahan, tapi aku hanya ingin menyelesaikan misiku dengan cepat.

Semoga kau memaafkanku.

Bye.

***

Merenggangkan tubuhku pelan. Mengangkat kedua lenganku ke atas. Pegal juga duduk terus selama lebih dari sepuluh jam perjalanan dari Jakarta ke Incheon, Korea Selatan.

Mana parahnya aku ikut penerbangan jarak jauh ini tanpa persiapan pula. Leherku terasa sangat sakit seriusan.

Untung saja aku diberikan selimut yang cukup tebal jadi aku tidak masuk angin karena udara malam yang sangat dingin di dalam pesawat tadi.

Tahu kan kemeja biru bergaris vertikalku ini sangatlah tipis. Mana bisa menghalau udara dingin yang menyebalkan. Walaupun sebenarnya aku adalah tipe orang yang tahan atas cuaca dingin setinggi apapun itu.

Haah.

Aku menghela nafas lelah. Nasibku hari ini sungguh tidak beruntung. Aku menatap langit yang masih gelap. Ya jelas ini masih dini hari, kurasa.

Kulihat jam tangan sport hitamku. Ah sudah pukul dua rupanya. Pantas masih gelap.

Eh tunggu harusnya sih jam jakarta dan korea itu beda dua jam. Jadi mungkin sekitar jam empat dini hari saat ini.

Aku menggerakkan kepalaku ke kanan dan ke kiri guna menghilangkan rasa pegal yang masih terasa sangat jelas di pundakku.

Aku menatap rombongan di depanku yang masih berjalan dalam diam. Mungkin mereka merasakan kelelahan yang sama seperti milikku. Tapi kan mereka enak karena membawa bantal leher bahkan memakai pakaian yang cukup tebal.

Lihat diriku!

Bahkan sweater pun aku tidak ada. Huh. Sial sekali. Aku memeluk diriku sendiri. Di sini dingin sekali. Brrr...

"Kau baik-baik saja?"

Sebuah suara pelan mengagetkanku. Aku menoleh pada sosok seorang pria muda dengan wajah yang cukup ramah. Aku tidak kenal dia siapa sih. Tapi wajahnya tampak familiar.

Aku hanya menatapnya diam dengan masih menggosokkan sedikit sisi lenganku pelan. Semoga dengan gosokan pelan bisa menghasilkan hangat untuk kedua lengan telanjangku.

"Pakailah ini. Kau tampak kedinginan."

Pria muda itu tersenyum kecil dan menyampirkan sebuah jaket jeans tebal yang cukup hangat dipundakku yang agak bergetar. Ah lumayan. Terasa lebih baik.

"Terimakasih."

Aku mengusap hidungku yang terasa agak gatel karena udara dingin yang memasuki saluran pernafasanku. Mungkin sekarang hidungku sudah berwarna merah karena kedinginan.

Fan's AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang