★4★

2.3K 192 67
                                    

Previous Chapter

Setelah menerima kartu itu dariku. Tay Tawan menempelkannya ke sebuah mesin kecil di depan pintu kamar.

PING!

Suara mesin itu terdengar setelah lampu LED berbentuk bulat kecil berubah warna menjadi hijau. Tampaknya benar ini kamar milikku.

Dan Tay Tawan.

CLACK.

Aku melihat Tay Tawan mendorong pintu itu pelan. Sudah berhasil terbuka rupanya. Dia memandangku sebentar.

"Masuklah."

***

Tanpa menunggu lama aku langsung saja masuk ke dalam kamar itu. Melepas kedua sepatuku pelan. Dan menaruh sepasang sepatu sport putih polos milikku di atas rak yang telah disediakan di balik pintu masuk.

Suasana kamar yang gelap adalah hal pertama yang kulihat. Secara otomatis suara Air Conditioner mulai terdengar ketika aku sudah memasuki ruangan ini.

Aku melangkah masuk ke dalam kamar yang didominansi warna cokelat mocca lembut itu. Aku melihat keselilingku dengan seksama. Rapi dan tercium aroma wangi yang menenangkan.

Kulihat ada sebuah kasur single berukuran besar di dekat sebuah jendela dengan gorden berwarna mocca dan putih sebagai pelapis tipisnya.

Di depan kasur itu terdapat televisi berukuran cukup besar yang kini sedang dalam keadaan mati. Ruangan ini lumayan luas dan terasa nyaman. Jadi ngantuk jika melihat kasur di sana.

Aku menguap pelan. Kurasa aku masih merasa lelah semenjak mendarat di Korea ini. Aku melepaskan jaket jeans milik pria bernama Singto tadi dan meletakkan di atas sebuah meja berwarna hitam.

 Aku melepaskan jaket jeans milik pria bernama Singto tadi dan meletakkan di atas sebuah meja berwarna hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CLACK.

Seketika lampu dalam ruangan menyala. Kumenoleh ke arah Tay Tawan yang sudah masuk ke dalam ruangan dan sedang berdiri dekat saklar lampu. Dia rupanya yang sudah menyalakan lampu di dalam ruangan ini.

"Di mana barang-barangmu?"

Tay Tawan menggeret koper berukuran sedang berwarna silver miliknya hingga melewati diriku. Meletakkan benda itu bersandar pada sebuah dinding berwarna putih susu pelan.

"Tidak ada. Aku tidak membawa barang apapun."

Aku mengangkat bahuku pelan. Yap, memang benar kenyataannya bahwa aku tidak membawa barang sedikitpun ke sini. Karena bagaimanapun aku tidak pernah berencana untuk berada di tempat ini dengan sengaja.

Ini adalah kesialan yang dikarenakan pria muda yang sedang mengangkat alisnya dihadapanku ini.

"Kau sungguh tidak membawa barang apapun?"

Fan's AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang