★1★

3.8K 270 59
                                    

"Ayolah, ka Newwieeee~"

Suara rengekan itu terus saja terdengar. Rasanya kuingin sekali menutup kedua telingaku rapat dengan buku yang sedang kubaca.

Sudah lebih dari lima belas menit dari waktu kedatanganku ke dalam kamar bernuansa girly ini. Selama lima belas menit kuhabiskan dengan mendengarkan suara rengekan dari adik sepupuku sendiri.

Suara rengekan manja yang terus saja menuntut dengan memanggil namaku, Newwie atau biasa di panggil New. Oh iya, nama asliku adalah Thitipoom Techaapaikhun by the way.

"Please please pleaseeeee~"

Kedua tangan kecil lentik itu menangkup di depan wajah putih mulus yang terlihat agak pucat. Sudah tahu lagi sakit tapi tetap saja memaksakan diri untuk bangun dan merengek tidak jelas.

Aku memutar manik cokelatku bosan. Bibir ranumku mengerucut pelan. Kesal juga kalau mendengar suara rengekan itu terus menerus.

"Mau ya ka Newwieku yang maniiis pleaseeee~ Pleaseeee~"

Lengan kecil yang terasa hangat memeluk leherku dari belakang dengan erat. Karena posisiku saat ini sedang duduk bersandar dekat dengan kasur queen size miliknya.

"Engga! Gue gak mau pokoknya!"

Aku menutup buku yang sedang kubaca dengan kesal. Percuma juga membaca buku kalau sedari tadi digangguin dengan suara rengekan tidak jelas.

Aku melepas kedua lengan putih itu pelan. Kemudian berbalik menghadap sosok seorang gadis yang sedang duduk di atas ranjang miliknya dengan lesu. Selimut bermotif bunga sakura merah muda masih menutupi kedua kakinya.

"Ka Newwie kok tega sih sama akuuuu~"

Gadis itu memasang wajah memelas. Dengan alis menekuk turun, mata kecokelatan yang berbinar sendu, dan bibir merah mudah pucat yang melengkung ke bawah.

Mulai lagi deh dramanya. Aku memutar mataku kembali. Lelah.

"Sekali aja kok, please, mau yaaa~"

Kedua tangan itu mulai menarik kaos hitam bergambar yang sedang kukenakan. Tarikan itu membuat badanku agak tercondong ke arah depan.

"Engga!"

Aku menarik kembali tubuhku yang sempat tertarik ke depan. Punggungku terasa agak sakit karena tarikan paksa tadi yang mengharuskan aku agak condong ke bawah.

"Ka Newwieeeee~"

Ah Sial!

Wajah memelas itu mulai mendekatiku. Kedua tangannya menggenggam erat pundakku. Kurasakan sedikit tekanan di bahuku. Masih ada tenaga juga rupanya gadis mungil satu ini. Aku mengerutkan dahi kesal.

"Dengar ya, Puim."

Aku menghela nafas pelan. Melepas kedua tangan mungil itu. Aku menatap gadis bernama Puimek, atau lengkapnya Napasorn Weerayuttvilai ini dengan lembut. Walaupun sedang kesal tapi aku tidak bisa langsung marah kepadanya ternyata.

 Walaupun sedang kesal tapi aku tidak bisa langsung marah kepadanya ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fan's AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang