***
Semalam Sasya sama sekali tidak berbicara dengan Iqbal. Sasya masih kesal. Bahkan Sasya tidur membelakangi Iqbal.
"Sasya, bangun ... sudah pagi."
Iqbal menggoyang goyangkan badan Sasya.
"Bangun, mandi dulu," ujar Iqbal menepuk pelan lengan Sasya.
"Engh ... nanti dulu ... gue masih ngantuk," kata Sasya sambil meregangkan tubuhnya dan kembali terlelap.
"Mau jalan-jalan?" tanya Iqbal.
Sasya berbalik badan menghadap suaminya yang sedang duduk di ranjang dengan pakaian yang rapi tapi santai.
"Mau jalan-jalan kemana?" tanya Sasya mengerjapkan mata.
"Ke gunung. Kita berpetualang," jawab Iqbal.
Sasya kemudian beranjak duduk. "Kemah?" tanya Sasya.
Iqbal menggeleng.
"Cuma pagi sampai sore. Setelah itu kita pulang," jawab Iqbal.
Sasya menghela napas. Melirik jam ternyata sudah pukul 8 pagi. Ia lalu menuju ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Setelah siap Sasya keluar kamar untuk mencari Iqbal. Sasya menemukan Iqbal di ruang makan.
"Sarapan dulu," ucap Iqbal setelah mengunyah habis nasi goreng di mulutnya.
Sasya menarik salah satu kursi di samping Iqbal. Mengambil sedikit nasi goreng dan telur goreng.
Kedua insan itu makan dengan tenang. Senyap dan damai.
Dering telepon Iqbal membuat keduanya berhenti makan.
"Kamu makan dulu. Aku mau angkat telepon," ujar Iqbal kemudian berdiri.
Sasya mencekal tangan Iqbal.
"Abisin dulu makannya baru angkat telepon, Bal," kata Sasya tenang.
"Aku sudah selesai makan."
Sasya melirik piring Iqbal, dan benar ternyata nasi goreng di piring Iqbal sudah bersih. Sasya lalu melepas cekalannya, membiarkan Iqbal mengangkat telepon.
Sasya menyelesaikan aktivitas makannya.
Sekitar 10 menit Iqbal kembali. Dan tepat Sasya sudah membereskan meja makan.
Sasya melirik Iqbal.
"Siapa?" tanya Sasya.
"Bukan siapa-siapa."
Sasya bingung, mengapa nada bicara Iqbal berubah menjadi dingin. Padahal tadi Iqbal begitu hangat.
"Oh iya, kita jadi jalan-jalan?"
Iqbal mengangguk. Lalu meninggalkan Sasya sendiri.
Setelah pamit dengan Lisa dan Asep, pasangan itu kemudian melesat menuju tempat tujuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Four Years
Teen FictionSabrina Natasya Putri, seorang gadis berambisi melanjutkan studinya di kota orang. Namun apadaya dia tidak diberikan izin orangtuanya. Hal tak terduga pun terjadi. Sasya diizinkan kuliah di Malang dengan satu syarat. Sasya membeo, "Dijodohin?" "Ming...
