Menurutku, tak ada yang lebih akurat untuk menyederhanakan konsep dunia daripada kartu hologram bergambar yang biasanya menjadi hadiah dalam snack anak-anak seharga seribu rupiah.Sebuah kartu dengan satu sisi berhologram, yang apabila fokusnya diubah akan menampilkan gambar tertentu, dan memperlihatkan gambar yang lain jika kau melihatnya dari sudut pandang yang lain.
Begitulah kiranya, jika kau ingin memahami tentang dimensi.
Sebuah pohon misalnya, pada dimensi manusia atau katakanlah dimensi A, mungkin bisa jadi adalah sebuah pusat perbelanjaan pada dimensi B, sebuah rumah seseorang pada dimensi C, dan merupakan suatu hamparan kosong pada dimensi D. Semuanya adalah hal yang berbeda pada satu titik yang sama, tergantung darimana kau melihatnya, terhubung oleh satu koneksi khusus yang melintasi ruang dan waktu: yaitu kartu hologram itu sendiri. Ibaratnya sebuah radio dengan jenis gelombang yang berbeda, dengan frekuensi yang berbeda-beda, namun masih tetap dalam pesawat yang sama, yaitu Bumi.
Dan tak ada yang tahu pasti berapa banyak jumlah dimensi di dunia ini. Bahkan bagi orang-orang Yang Lain seperti kami.
Para Malaikat, di sisi lain, mungkin lebih mengetahuinya daripada kami. Aku tidak akan terkejut jika mereka memang tahu. Mereka, bagaimanapun juga, adalah para birokrat dan polisi semesta.
Ini mungkin akan sedikit membingungkan untuk dimengerti, tapi karena kami adalah Bayangan, dunia kami terlihat persis seperti dunia manusia. Dalam segala keterbatasan kami maupun fenomena magis yang terjadi begitu saja, sebagian besar dunia kami mirip dengan apa yang para manusia lihat sehari-hari. Mirip, namun tentu saja, tidak benar-benar sama.
Misalnya mengenai Jendela.
Kami bisa sewaktu-waktu melihat apa yang sedang manusia lain—bukan manusia kami—lakukan dalam dunia mereka dengan menyibakkan 'tirai' antar dimensi. Kami biasanya menyebutnya sebagai Jendela. Dan dalam hal ini—ya, kami adalah mata-mata yang efektif. Tapi jangan khawatir: sebagian besar dari kami sama sekali tidak tertarik dengan apa yang kalian para manusia lakukan. Kehampaan atau keapatisan adalah rasa yang dominan pada hampir semua kaum kami. Bayangan, pada dasarnya, adalah sebuah replika tanpa esensi. Hal ini menyebabkan emosi atau kesadaran merupakan kemewahan atau sesuatu yang luar biasa bagi kaum kami.
Pada sebagian besar waktu, kami, para Bayangan, hanyalah orang-orang yang baik terprogram secara alami maupun sangat terlatih untuk menghiraukan. Kami tinggal pada tempat yang merupakan cerminan dunia yang lain, bertindak, ada, dan berubah menurut laku manusia kami, namun kami juga memiliki kehidupan kami sendiri.
Kami juga dapat sewaktu-waktu muncul ke dunia mereka—manusia, dengan raga yang hampir solid—bak manusia asli, untuk rentan waktu yang sangat singkat namun tak dapat diprediksi. Dan kami selalu, selalu tahu, apa yang manusia kami lihat dan dengar. Mereka dan kami terhubung lebih erat daripada yang mereka kira.
Ah, segala sesuatu tentang kami akan menimbulkan sakit kepala jika kujelaskan duniaku secara rinci padamu.
Dengan merenungkan semua itu, kusadari bahwa aku tidak akan bisa tinggal diam melihat bagaimana kehidupan Arin akan berujung. Jadi ketika aku mulai memikirkan rencanaku, beberapa hari kemudian kukatakan pada Ina bahwa aku butuh berlibur. Ina menanggapi itu dengan cukup ringan. Hal ini dikarenakan individualisme melekat otomatis seolah-olah hal itu adalah pelengkap apatisme kami, sehingga mempunyai ikatan seperti aku dan Ina merupakan suatu hal yang tidak banyak ada di sini. Tetapi selain itu, menyendiri juga merupakan suatu hal yang biasa di kalangan para Bayangan.
Terutama menjelang Pengadilan.
Manusia sering bertanya-tanya tentang Hari Akhir, hari dimana kebaikan dan keburukan mereka ditimbang untuk ditentukan apakah mereka akan pergi ke surga atau neraka. Pendapat religius ini berbeda-beda menurut kepercayaan mereka. Pada kami, Pengadilan akan kami dapatkan ketika eksistensi kami di dunia ini akan berakhir. Apa yang terjadi selanjutnya, kami tak pernah tahu dan tak pernah sekalipun mempertanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPECTRAL
FantasiaKami terlihat persis seperti manusia. Kami hidup dekat dengan manusia, berlaku seperti manusia. Tapi kami bukan. Kami adalah apa yang sering kau anggap tiada. Eksistensi kami adalah misteri, fantasi, dan ilusi. Namun kami bukan fiksi. Kami, adalah k...