#1

116 11 3
                                    

          Manusia terlalu mudah bergantung. Bergantung terhadap segalanya. Benci dengan itu. Makhluk sosial katanya. Makhluk yang saling bekerja sama katanya. Tapi saling menjatuhkan. Budaya Timur yang sulit untuk dipahami. Berharapa saya bisa jadi seorang liberal. Tapi doktrin ini sudah terlalu lama tertanam pada otakku. Aku juga akan seperti itu. Akan mewujudkan mimpiku itu, menjadi Liberalis.
          Kehidupan liberal memang sudah ku lakukan. Liberal, sangat bebas. Itu yang aku sukai, karena dunia ini sudah sangat egois. Contoh saja pekerjaanku, sebagai bagian dari kehidupan liberal. Pekerjaan yang paling bebas dan berbahaya. Namaku Jafarudin Fajri. Umur 25 tahun. Anggota The Knight Side. Mungkin terdengar asing di telinga. Memang aku pekerja malam. Siang sebagai pegawai kantoran biasa, yang gajinya sudah di atas UMR tapi tak pernah sebanding dengan harga barang-barang ataupun jasa di pasaran. Jadi gaji itu seolah masih di bawah UMR. Malamnya aku sebagai seorang berandal yang mungkib ditakuti oleh kaum buaya pengusaha. Tapi si buaya pengusaha akrab dengan geng berandal ini. Berandal? bukan lagi, lebih ke kata "sadis". Geng pembunuh bayaran, The Knight Side. Misalnya saja waktu itu, aku berhasil membunuh seorang pimpinan perusahaan dan aku dikirim oleh pimpinan perusahaan saingan korban.
          Biasanya geng ini dipesan oleh tokoh-tokoh politik. Dalam geng ini akan di bagi menjadi tiga tim. Pertama Transporter, si pengendara, mereka adalah orang yang bisa berkendara mobil dengan lincah, bahkan menyusup dengan mudah. Tim ini juga yang akan memberikan informasi mengenai keamanan, jalan menyusup dan sebagainya. Kedua Brain, adalah tim yang tugasnya membuat strategi pembunuhan, dan membuat alibi agar pembunuhan tidak diketahui. Ketiga sekaligus yang terakhir, Eksekutor, sang pembunuh. Aku adalah seorang eksekutor.
          Awalnya bekerja disini aku sangat takut, karna sama halnya dengan mati. Kalau gak di penjara, paling di tembak mati oleh polisi. Gajinya? Jangan di tanya lagi. Gajinya sangat besar, bisa satu milyar sekali membunuh. Dan sekaligus juga kami bisa merampok.  Hanya satu hal yang menjadi pasal terkuat dalam The Knight Side, Kerahasiaan. Jika ada anggota The Knight Side membocorkan informasi mengenai geng terlarang ini, dia akan mati.
"Far... aku butuh uang untuk biaya skripsi." pinta seseorang melalui saluran telepon.
"Sebentar ya..."
"Jangan lama-lama!" paksanya
"iya tenang saja, nanti kan kukirimkan," jawabku dengan lembut kepada gadis di seberang telepon.
"baiklah kalau begitu. makasi banyak kak maaf ngerepotin,"
         Ya itulah adikku. Namanya Lia. Dia mahasiswi semester terakhir fakultas ekonomi. Jurusan akuntansi bisnis. Diriku tak secerdas dirinya. Karena aku seorang tamatan SMA, tapi bisa bekerja di kantoran. Mungkin dengan wajahku yang kata orang tampan(padahal menurutku biasa saja) dan tubuh yang lebih atletis, membuatku diterima oleh bos janda cantik.
          Selama ini hanya aku yang bisa membiayai adikku. Itu karena kami adalah anak yatim piatu. Aku akan berusaha sebisa mungkin untuk menghidupi adikku. Dengan cara membunuh orang sekalipun.
          Membunuh adalah perbuatan keji, tapi lebih keji memfitnah. Ya, Sang Pemfitnah adalah bosku. Tokoh-tokoh yang berbusa mulutnya, menyampaikan janji janji dan penuh akan keserakahan. Mengambil uang milik bersama, saling menjatuhkan untuk mendapat sebuah jabatan. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seolah perbuatan biasa yang mereka lakukan. Bisa jadi kegiatan wajib. Termasuk memesan seseorang untuk membunuh rival nya masing-masing, maka saling berkirimlah geng pembunuh bayaran. Dikalangan yang mengenal ini ada dua geng besar, The Knight Side dan SPY(Snake Proyek). Dua geng yang bermusuhan, terkadang ada musuh dalam selimut. Kedua geng ini tak pernah tawuran, karna perbuatan itu sama aja dengan bunuh diri. Kalangan brandal ini sangat merepotkan bagiku, harus berhati-hati dalam mengambil tindakan. Berpikir untuk berhenti? Itu sudah pernah aku pikirkan, tapi apakah aku sudah siap juga menghadapi dunia yang sebnarnya telah membunuhku. Dunia bagiku adalah duri dalam daging.
          Tekesiap dalam lamunanku, telepon berdering.
"Far bisa tidak kau ke markas?" tanya seseorang via telepon.
"siap komandan" jawabku kepada seseorang, yang tetnyata bos gengku ini. Ya, Bos geng tidak pernah menyimpan satu nomor. Bos akan selalu berganti-ganti nomor untuk menghilangkan jejak. Ada pesanan diterima, uang dibayarkan, nomor dihapus.
         Bergegas aku pergi yang berada di ujung kota, di sebuah diskotik. Diskotik hanya alibi semata. Nyatanya di dalamnya terdapat transaksi segala hal haram. Narkoba, miras, PSK, organ manusia, termasuk Jiwa Manusia, pembunuh bayaran. Waktu menunjukkan pukul setengah sebelas malam. Keadaan biasa dalam diskotik, ruangan remang-remang. Banyak gadis yang berjoged joged ria, entah senang tidaknya mereka melakukan itu aku tak tau. Ada yang mabuk, berciuman. Ada yang termenung sendirian, tapi dihampiri seseorang, entah itu pacarnya bukan urusanku.
"Bos dimana? aku diminta kesini olehnya." tanyaku kepada seseorang yang berbadan lebih kekar dariku. Mungkin sebesar pegulat yang ada di tv-tv. Dia hanya menganggukkan kepala, seolah dia sudah tau aku akan datang. Masuk ke ruangan bos, paling belakang, dibalik bar diskotik itu. Ruangan besar, terdapat AC, Sofa, dan berbagai alat elektronik, sarana penghibur dan pembantu dia bekerja. Ruangannya seperti ruangan bos perusahaan bahkan lebih bagus. Lampunya memang sengaja di agak redupkan. Agar tak ada yang mencurigai tempat itu. Aku yang datang dengan bodyguard besar itu langsung duduk di sofa. Si bodyguard langsung keluar. Bos-ku menyambut, duduk di sebelahku, memberikan sesloki wine. "minum dulu" pintanya. Aku mengambil dan meminumnya. "langsung ke intinya saja," pintaku pada bos yang agak gemuk dan berkumis tipis ini.
"oke.., tanpa basa basi, korban selanjutnya seorang konglomerat. Harus malam ini."
"apa harus malam ini?" tanyaku
"iya... karena target kita ini adalah saksi kunci dalam kasus gratifikasi client kita, besok adalah sidang. Client kita meminta agar konglomerat ini mati, agar dia tidak bisa bersaksi dalam sidang besok. Jadi, malam ini. Bayarannya juga lumayan besar, 3 M."
"tapi kan?"
"tapi apanya? kau kan sudah biasa melakukan ini. Tenang tim sudah siap, hanya eksekutor saja belum, bagaimana?"
"baik, hanya ada satu kendala, aku butuh info, dimana target SEKARANG."

bersambung......
#Purbacaraka_Senja
Tunggu kelanjutannya.
   

JAFARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang