Dua - Second Meet

1.7K 207 22
                                    

Author pov.

Johnny boleh saja merasa takut dan was-was setiap kali usai mendengarkan adiknya menceritakan apa yang baru saja dia lihat. Namun di sisi lain, dia harus bersyukur karena dengan begitu dia bisa menghindari musibah yang akhirnya tidak jadi menimpanya.

Mengenai kejadian yang baru saja terjadi. Mungkin karena Johnny terlalu terkejut dengan kecelakaan yang tiba-tiba Johnny lihat, membuatnya jadi berpikir sedikit lambat. Saat sekembalinya dia dari toilet, tahu-tahu kursi yang harusnya ada Anny duduk di atasnya malah kosong. Siapa yang tidak kalang kabut?

Johnny hanya menurut saja saat Anny mengajaknya untuk pulang. Sampai-sampai dia mengabaikan niat awalnya yang ingin menyapa Doyoung yang harusnya memandu acara live music, tapi akhirnya batal dilakukan. Jangankan menyapa, dia bahkan lupa jika ada Doyoung di café itu.

Anny baru saja keluar dari café tersebut dan berjalan dengan cepat karena menyusul Johnny yang sudah menghilang dari pandangannya saat masih berada di dalam café. Café itu sendiri masih ramai. Ya, ramai karena ada kejadian lampu panggung yang jatuh tadi. Karena terlalu tergesa-gesa dia sampai tidak menyadari jika jalan yang tadi dia lalui memang banyak bebatuannya. Di tengah situasi tegang, kakinya malah tersandung.

"ADUH!"

Johhny yang sudah berada dekat dengan mobilnya, sayup-sayup mendengar suara Anny. Dia menoleh dan mata yang membulat saat melihat sang adik sudah jatuh terjerembab dalam posisi tidak elit.

"Ya ampun, ngapain sih dek goleran di situ?" Johnny menghampiri Anny lalu menarik tangan adiknya untuk bangun.

"Goleran pala lu kak, orang kesandung ini!" Tukas Anny dengan kesal, sedangkan Johnny malah tertawa.

"Makanya kalo jalan itu hati-hati. Ceroboh banget, gini nih. Bisa lihat kesialan orang lain tapi kesialan sendiri gak bisa"

Anny mendengus sebal, "Ah udah ah kak." lalu dia berjalan mendahului Johnny menuju arah parkir mobil Johnny.

"Kamu itu ya, tau nggak aku itu khawatir banget. Aku cari di tempat tadi tapi kamu-nya nggak ada. Gimana nggak khawatir, keluar dari toilet suasana udah rame aja, tau-tau kamu muncul dari arah panggung." Kata Johnny saat sudah ada di dalam mobil dan dalam perjalanan pulang.

"Ya maaf, kakak kan tau sendiri. Aku tuh gak bisa diem-diem aja kalo tahu akan ada bahaya. Kalau aku gak kasih tau Doyoung, bisa-bisa dia udah tinggal nama sekarang."

Johnny menoleh dengan cepat, "W-what? Jadi tadi Doyoung yang hampir celaka?"

Anny menganggukkan kepalanya beberapa kali.

"Astaga, kenapa aku gak tau. Kamu ajak pulang, akunya langsung iya-iya aja. Sampe nggak kepikiran yang lain."
Johnny menepuk keningnya, bisa-bisanya dia baru menyadari itu.

"Tadi tuh hampir aja, kak, ya gitu deh." Anny sampai tidak berani melanjutkan kalimatnya.

Johnny menggelengkan kepalanya pelan, terkadang dia sendiri masih tidak percaya jika adiknya mempunyai kemampuan melihat kejadian di masa depan. Rasa-rasanya otaknya seperti menguap dan mengeluarkan asap melalui kedua telinganya. Walaupun begitu, kemampuan adiknya itu mempunyai pengaruh yang besar bagi orang lain yang akhirnya selamat dari bahaya yang hampir terjadi.

"Tapi dek, aku tuh bangga sama kamu. Kamu tuh ya, kan sering dibilang aneh sama orang lain. Ya, emang kadang aneh sih. Tapi, kamu tuh istimewa. Dengan kemampuanmu itu, kamu bisa nolong banyak orang di sekitar kamu. Aku jadi pengen nanya deh. Emang kamu nggak pernah gitu lihat gambaran yang baik-baik juga? Maksudnya, bukan kejadian buruk ataupun sial. Masa' setiap yang kamu kasih tau itu yang kejadian sial. Sekali-kali lah kasih tau kejadian baik, misalnya aku bakal dapet duit banyak gitu atau suatu saat dapet jodoh perempuan idaman." Johnny berbicara sambil menerawang jauh ke depan, bicaranya memang panjang tapi juga tetap menjaga agar dia fokus menyetir.

Precognition | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang