Setelah mendapat telfon, mereka berdua segera beranjak dari tempat makan mereka. Mereka lalu berjalan menuju mobil Doyoung yang terparkir di depan minimarket sebelumnya.
"Bentar ya, kamu tunggu di dalem mobil aja." Anny yang berada di depan mobil Doyoung menghentikan langkahnya, karena sadar Doyoung juga terlihat berhenti berjalan dan tidak langsung membuka pintu mobilnya.
"Kenapa, kak?"
"Mau beli sesuatu, soalnya gak enak juga kan udah asal parkir di sini. Masa gak beli apa-apa."
Anny diam sebentar, lalu mengangguk, "Oke, kak." Anny juga baru menyadari, seharusnya ini memang parkiran khusus untuk pelanggan minimarket, kan. Beruntung daritadi tidak ada yang memarahi mereka karena sembarangan memarkirkan kendaraannya.
Ya, memang mereka salah sih. Ternyata Doyoung jeli dan memikirkan hal ini, membuat Anny sedikit salut dengan kesadaran lelaki tersebut.
Tak lama, Doyoung telah menyelesaikan belanja singkatnya dan keluar dari minimarket.
"Anny, gak buru-buru kan?"
Doyoung sudah masuk dan duduk di dalam mobil, lalu meletakkan kantung beserta belanjaannya di kursi belakang. Sementara Anny menjawab pertanyaan Doyoung hanya dengan gelengan ringan."Ini, mau minum?" Doyoung menawarkan satu botol air mineral pada gadis di sebelahnya.
"gak usah kak." Ucap Anny, dia terlihat tidak tenang, seperti ada sesuatu yang dipikirkannya.
"Udah minum aja ya, biar gak kurang cairan, ini kakak beli dua." Sambil mengangkat satu botol mineral lainnya, Doyoung bukan hanya menawarkan ternyata. Doyoung akhirnya meraih tangan Anny dan menyerahkan botol berisi air tersebut.
"Dah, minum aja." Kata Doyoung singkat.
Tak perlu menunggu lama, Doyoung-pun menyalakan mesin mobilnya.
"Oke, ayo pulang." Kata Doyoung, sedangkan Anny terlihat membuka tutup botol air minum dan memutuskan untuk meminum saja air pemberian Doyoung itu.
Tidak lama waktu perjalanan yang ditempuh, mereka telah sampai rumah Johnny dan Anny. Terlihat Johnny duduk di teras rumahnya sambil bermain dengan ponselnya. Dia terlihat seperti menunggu kedatangan sang adik dan Doyoung juga tentunya.
"Doy, kemana aja gue telfonin nggak angkat?" Cecar Johnny saat Doyoung masih baru saja memberhentikan mobil dan belum membuka pintu mobilnya, bahkan mesin mobil-pun belum dimatikan
"Sorry bang, tadi hape gue silent."
"Hmmm, dasar lo."
"Bang, ngapain malem-malem duduk di depan gitu?" Doyoung bertanya saat dia sudah keluar dari mobilnya.
Mengabaikan pertanyaan Doyoung, Johnny malah menatap ke arah sang adik yang juga sudah berjalan dengan pelan tentunya. Mengingat kakinya yang belum sembuh betul.
"Kok gak bilang sih kalo makan di luar? Gue juga belom makan loh." Johnny terlihat mendramatisir.
"Ya gue pikir udah makan di kantor?" Anny lalu bersiap masuk ke dalam rumah dan menatap ke dalam ruang tamu yang lampunya padam.
"Kok gelap sih, kak?"
Doyoung yang tadinya berniat langsung pulang, mengurungkan niatnya. "Iya nih, kenapa gelap gini bang? Emang kalian belum bayar listrik?" Doyoung emang suka ngomong seenaknya.
"Enak aja. Itu tuh, kayaknya sih ada konslet, makanya gue di sini, abis manggil ahli reparasi dan ternyata baru besok pagi mereka bisa dateng."
Anny kemudian mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah. Johnny yang masih berdiri dan hanya mengangkat bahunya membalas tatapan aneh Doyoung.
Dan Doyoung, juga masih berdiri di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precognition | Doyoung
FanfictionBagaimana rasanya jika kau punya kemampuan dapat melihat kejadian di masa depan? *** Start Januari, 2020