Buku-buku berjatuhan tatkala seorang gadis berambut hitam panjang bergelombang tidak kuat membawanya. Mengakibatkan dia juga ikut ambruk bersama buku-buku yang berserakan di lantai. Dua temannya ternganga melihat kecerobohannya itu.
"Azumi, hati-hati dong!" ucap Amami Kimiko seraya menyusun buku ke lemari. Dia seorang gadis berambut hitam panjang yang menyerupai ekor kuda.
"Ya. Bawa buku itu sedikit saja. Jangan banyak begitu," sahut Naomi Scadalario. Dia membantu Kimiko menyusun buku.
"Maaf," tukas Kido Azumi sambil duduk di lantai, "aku ingin menyelesaikan hukuman ini secepatnya."
"Makanya jangan datang terlambat terus." Kimiko menggerutu.
"Iya. Tapi, terima kasih karena kalian sudah membantuku."
Azumi tersenyum, bersyukur sekali karena memiliki dua teman baik seperti Kimiko dan Naomi. Kemudian dia bergegas memungut buku-buku berserakan itu satu persatu. Membawa tumpukan buku berjumlah sedikit untuk dimasukkan ke lemari. Sisa buku yang berserakan, dipungut oleh Kimiko dan Naomi. Mereka bertiga bekerja cekatan agar cepat pulang sebelum malam tiba.
Ada satu buku yang menarik perhatian Azumi saat menyusun buku. Buku itu berukuran sebesar kepalan orang dewasa dan berwarna merah seperti darah dengan simbol dan tulisan yang aneh. Azumi ingin membukanya, tetapi bergembok. Hal itu membuat rasa penasaran menyelimuti pikirannya.
"Buku apa ini, ya? Kalau bergembok, berarti ini buku diari," gumam Azumi yang memperhatikan setiap sisi buku. Dia berpikir ingin membawa buku itu pulang bersamanya. Lalu keinginan itu diikutinya.
Beberapa menit kemudian, Azumi dan dua temannya selesai menyusun buku-buku di perpustakaan. Guru yang memberi Azumi hukuman, datang menghampiri mereka.
"Sudah selesai, ya?" tanya Matsumoto Hibiki yang memegang kacamatanya.
"Sudah, Pak Hibiki," jawab Azumi tersenyum, sementara Kimiko dan Naomi bersembunyi di balik lemari agar tidak ketahuan membantu Azumi oleh Hibiki.
"Bagus. Kalau begitu, kamu boleh pulang."
"Terima kasih, Pak."
Azumi membungkukkan badan untuk memberi hormat pada Hibiki. Dia segera mengambil tas yang tergeletak sejak tadi di meja. Tidak lupa buku misterius yang didapatkannya, sudah dimasukkan ke tas. Gadis itu menyandang tas di punggung dan buru-buru melangkah menuju luar perpustakaan.
Hibiki yang menyaksikan kepergian Azumi, hanya tersenyum simpul. Matanya bersinar misterius di balik kacamata yang dikenakannya.***
Azumi tiba di rumah tepat pada pukul tujuh malam. Dia sendirian di rumah sederhana bertingkat dua. Yatim piatu karena orang tuanya meninggal saat pesawat yang ditumpangi lenyap saat ditelan awan Cumulonimbus. Menyisakan duka yang mendalam di hatinya.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Azumi harus bekerja paruh waktu sebagai pelayan di sebuah restoran. Dia menjalani kehidupan mandiri ini selama setahun ini. Kesepian selalu mengisi kehidupannya saat sampai di rumah. Hanya bertemankan game yang selalu dimainkannya jika merasa bosan.
"Aku pulang!" seru Azumi seraya membuka pintu. Tidak akan ada yang menjawab salamnya itu.
Azumi melepaskan sepatu, lalu diletakkannya di pojok ruangan depan. Menemukan ruang tamu minimalis dan ada lorong sempit menuju ruang keluarga yang bersatu dengan dapur. Ada tangga di sisi ruang tamu, Azumi menaikinya untuk pergi ke kamar.
Begitu tiba di kamar, Azumi menghidupkan lampu dan meletakkan tas di atas meja belajar. Dia duduk di kursi beroda dan menyandarkan punggung di kepala kursi. Merenggang badan sejenak untuk melepaskan keletihan sehabis menjalani hukuman menyusun buku di perpustakaan. Napasnya terasa lega setelah dihembus berkali-kali.
"Wuaaah, capek sekali!" Azumi menengadah melihat langit-langit merah muda. "Untung sekali, aku tidak bekerja sekarang."
Azumi menurunkan pandangan. Mendadak dia teringat sesuatu, dan mengobrak-abrik isi tasnya. Mengambil buku misterius yang ditemukannya di perpustakaan. Kemudian buku itu dipegangnya dengan kedua tangan. Menatap sampul depan buku yang bergambarkan menyerupai jam berangka romawi.
"Ini buku apa, ya? Tidak ada buku berwarna merah seperti darah ini sebelumnya di perpustakaan," kata Azumi pada dirinya sendiri karena dia hafal semua buku yang ada di perpustakaan.
Sudah lama sekali Azumi meneliti buku itu. Tidak ada yang bisa dilakukannya untuk membuka buku bergembok itu. Rasa penasaran yang semakin tinggi dikesampingkannya. Dialihkannya untuk meletakkan buku itu ke atas meja. Dia bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri.***
Malam semakin larut. Angin bertiup sangat kencang hingga menerbangkan apa saja yang dilaluinya. Semua tanaman menari-nari bersama dersik. Sesekali percikan kilat hilang-timbul di kaki langit. Menerangi kegelapan sekilas untuk memberi tanda pada manusia. Hawa dingin menyeruak, masuk ke ventilasi sehingga menusuk kulit.
Azumi sudah terlelap dalam balutan selimut yang hangat. Terbuai ke alam mimpi. Di mimpi itu, dia mendapatkan sebuah kunci emas berkepala menyerupai jam berangka romawi. Seseorang terbungkuskan kegelapan memberikan kunci itu padanya.
"Tolong, gunakan kunci itu untuk membuka buku portal dimensi yang kamu temukan di perpustakaan. Seseorang terjebak di alam dimensi, sedang terluka parah. Kumohon, tolonglah dia," ucap orang misterius itu. Suaranya menggema nyaring di alam kegelapan. Tidak diketahui entah dia perempuan atau laki-laki.
Azumi ternganga saat memperhatikan kunci yang tergeletak di telapak tangan kanannya. "Seseorang? Siapa dia?"
"Kamu akan tahu siapa dia setelah kamu membuka kunci gembok buku portal waktu itu."
"Baiklah. Aku akan menolongnya."
"Terima kasih, Azumi."
Orang misterius segera menghilang sebelum Azumi bertanya padanya. Azumi seakan ditarik sesuatu sehingga menjauh dari dunia hitam tanpa cahaya. Membawanya kembali ke dunia nyata.
Tiba-tiba, Azumi tersentak bangun. Dia duduk di atas ranjang dengan napas yang tersengal-sengal. Rambut hitam berantakan. Teringat dengan orang misterius yang memberikan sebuah kunci.
"Mimpi yang aneh," gumam Azumi sembari memegang rambutnya. Sesuatu jatuh dari tangan kanannya. Karena tidak bisa melihat, Azumi menyalakan lampu tidur yang kebetulan terletak di meja di samping ranjang.
Azumi bisa melihat jelas sesuatu yang tergeletak lemas di samping tubuhnya. Dia memungut sesuatu berkilau itu. Matanya pun terbelalak saat tahu benda apa itu.
"Kunci ... emas?" Azumi tercengang. Mengerjapkan mata beberapa kali. Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Mencoba mencubit pipi sendiri, ternyata terasa sakit. Cukup membuktikan bahwa kejadian ini bukanlah mimpi.
Butuh waktu yang lama, Azumi pulih dari syok. Berpikir ingin mencoba apa yang diminta orang misterius di mimpi itu. Kemudian dia menyibak selimut, turun dari ranjang, dan berjalan mendekati meja khusus untuk belajar.
Buku bergembok itu tetap terletak di posisi yang sama. Azumi mengambilnya dan mencoba membuka gembok yang mengikatnya. Terdengar bunyi halus saat kunci berputar sebanyak dua kali. Gembok pun terbuka, terlepas dari buku tersebut.
Sesuatu yang tidak disangka terjadi. Tiba-tiba, buku terbuka sendiri. Portal dimensi muncul dari dalamnya yang disertai cahaya ungu menyilaukan dan angin kencang. Mengagetkan Azumi sehingga buku itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Bersamaan sesuatu juga keluar dari portal dimensi itu.
Cahaya ungu perlahan menghilang. Menampakkan sosok yang terbujur kaku di lantai. Seorang laki-laki berambut hitam yang dipenuhi luka bakar di sekujur tubuhnya.
Azumi membeliakkan mata. "Siapa dia?"***
![](https://img.wattpad.com/cover/210694529-288-k34668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reign of the Fallen Angel
FantasyDrake Stevenson, seorang vampire kuno berhasil keluar dari buku bergembok berkat dibantu Kido Azumi. Dia menyangka Azumi adalah Carla, istrinya yang telah lama meninggal. Karena itu, membuatnya berusaha mencintai Azumi dan melindungi Azumi dari berb...