Laki-laki misterius tak sadarkan diri di kamar Azumi. Kemeja putih berompi coklat, celana panjang hitam, dan sepatu hitam membalut tubuhnya. Luka-luka bakar tercetak di seluruh tubuhnya. Tertelengkup di lantai yang dingin.
Azumi bingung, tidak tahu harus melakukan apa. Ketika panik menguasai dirinya, dia hanya bisa terpaku seperti orang bodoh. Tidak bisa berpikir panjang hingga teringat perkataan seseorang yang muncul di mimpinya.
"Tolong, gunakan kunci itu untuk membuka buku portal dimensi yang kamu temukan di perpustakaan. Seseorang terjebak di alam dimensi, sedang terluka parah. Kumohon, tolonglah dia," ucap orang misterius itu.
Atas permintaan orang itu, Azumi berusaha melenyapkan kepanikan. Seakan mendapatkan dorongan kekuatan besar, dia mengangkat pria itu untuk dibaringkan ke tempat tidur. Kemudian mencari tas perlengkapan kesehatan yang terletak di lemari pakaian. Mengobati pria itu dengan cara yang dipelajarinya selama kuliah di jurusan kedokteran.
Pria itu selesai diobati. Sekujur tubuhnya dililit dengan perban putih, hampir menyerupai mumi. Azumi tersenyum karena berhasil menolong pria itu. Bergegas keluar kamar dan membiarkan pria malang itu beristirahat total.
Azumi masih mengantuk, memutuskan kembali melanjutkan tidur. Dia merebahkan diri di sofa panjang dengan berbungkus selimut tebal untuk menghalau dingin yang ditimbulkan dari hujan. Angin mengamuk bersama petir yang marah menggelegar. Siapa pun takut dengan mereka, menyembunyikan diri di tempat yang aman.***
"Hei, bangun!"
Sayup-sayup terdengar suara yang memanggil. Azumi merasakan badannya digoyang-goyang oleh seseorang. Spontan, dia membuka mata perlahan dan mendapati wajah asing putih pucat yang berada di atasnya. Seketika teriakan Azumi memecahkan keheningan di pagi buta.
"Aaah! Hantu!" Azumi mendorong kasar orang yang membangunkannya. Sehingga orang itu terjerembab dengan punggung yang membentur pinggir meja kaca.
"Aduh, sakit!" Laki-laki berambut hitam itu meringis. Gigi-gigi putihnya menggeretak tajam dengan kedua mata emas yang melotot. "Hei, aku bukan hantu! Tapi, aku ini vampire!" lanjutnya lagi.
"Apa? Vampire?"
Azumi membulatkan mata dan langsung melompat dari sofa. Dia menutupi dirinya dengan selimut, takut digigit. Berlari menjauhi pemuda yang mengaku sebagai vampire.
"Hei, tunggu! Jangan lari!" Laki-laki itu berusaha bangkit, tetapi tidak bisa karena tubuhnya masih terasa lemah. Dia hanya bisa merangkak lambat di lantai.
Azumi sangat ketakutan. Dia mencoba keluar rumah, tetapi pintu terkunci. Baru teringat kunci rumah ada di kamarnya, lantas segera berlari menuju tangga. Tiba-tiba, kakinya ditangkap oleh tangan yang sangat dingin, membuat dirinya kembali menjerit.
"Aaah! Jangan pegang kakiku!" Azumi meronta dan melayangkan tendangan pada orang yang menangkap kakinya. Kepala orang itu sukses terkena hantaman kaki Azumi.
"Hei, jangan injak kepalaku seperti itu!" Laki-laki itu semakin kesal dan langsung menggigit kaki Azumi. Teriakan Azumi kembali memekakkan telinga. Kaki Azumi memberontak ingin melepaskan diri, namun gigitan laki-laki itu melemahkannya. Gadis itu roboh bersama rasa sakit karena darahnya dihisap sedikit demi sedikit oleh lelaki yang tidak dikenalnya.
Setelah kenyang, pria itu melepaskan gigitannya dari kaki Azumi. Mendadak dia sehat dan kuat. Bisa berdiri tegap seraya meregangkan badan.
"Sudah lama sekali, akhirnya aku bisa menghirup udara kebebasan," ucap laki-laki itu menghembuskan napas berkali-kali, "terima kasih atas darahmu yang terasa nikmat sekali."
Azumi menggigit bibirnya untuk menahan sakit pada betisnya yang berdarah. Tidak mampu berkata-kata, hanya bisa menangis tanpa suara karena menganggap dirinya akan berubah menjadi vampire yang sama dengan laki-laki itu. Menunduk ketakutan dengan tubuh yang berguncang hebat.
"Hei, kamu kenapa?" tanya pria itu sambil berlutut di hadapan Azumi.
Azumi tidak berani menatap pria itu. Tetesan air matanya terus berlinang hingga jatuh ke lantai. Menyentuh hati laki-laki vampire itu.
"Kamu menangis?" Suara laki-laki itu terdengar lirih, "maaf, jika aku menakutimu dengan cara seperti ini. Sungguh, aku sangat lapar karena sudah lama tidak meminum darah. Jadinya, kamu menjadi mangsaku."
Azumi menengadah untuk menatap wajah yang ada di depannya ini. Senyuman hangat seperti mentari terbit di wajah putih pucat laki-laki itu. Tangan yang berwarna sama, bergerak untuk menyeka air mata Azumi.
"Namaku Drake Stevenson," ungkap Drake yang menatap wajah Azumi lekat-lekat, "wajahmu sangat mirip dengan istriku, tetapi rambut dan penampilanmu berbeda dengannya."
"Kamu ... sudah menikah?" Suara Azumi yang semula tercekat, akhirnya lolos keluar dari tenggorokannya.Dia menjauhkan tangan Drake dari pipinya.
"Ya. Tapi, istriku sudah meninggal karena dibakar oleh seseorang. Padahal kami baru saja menikah di hari itu."
Wajah Drake yang semula cerah berubah drastis menjadi kusam. Sorot mata emasnya meredup. Menunduk karena membayangkan kejadian masa lalu yang tragis. Potongan adegan itu berputar bagaikan film di otaknya. Membekas dalam memori yang tidak akan pernah bisa dilupakannya.
Lama sekali Drake terdiam. Azumi menunggu perkataannya, namun tak kunjung bersuara. Akhirnya suara Azumi yang memecahkan kesunyian di tempat itu.
"Begitu, ya. Aku mengerti dengan apa yang kamu alami. Tapi, kamu sudah menghisap darahku. Apa itu berarti aku akan menjadi vampire sepertimu?" Azumi berwajah kusut.
"Aku tidak menghisap darahmu sampai habis, Nona. Kamu tetaplah manusia." Drake mengangkat wajahnya dan menunjukkan senyum yang menawan.
"Syukurlah."
"Tapi, kamu tidak akan kubiarkan bebas karena kamu sudah menjadi sumber makananku."
Drake menyeringai. Gigi-gigi taringnya menyembul dari sudut mulutnya. Kedua matanya berubah merah menyala dengan wajah yang menyeramkan. Sungguh membuat nyali Azumi menciut.
"Ja ... jangan gigit aku lagi! Menyingkir dariku, vampire!" Azumi perlahan mundur.
"Tenang saja. Aku tidak berniat menggigitmu lagi karena aku sudah kenyang, Nona." Drake berwajah datar tanpa ekspresi.
"Ta ... tapi, kamu menakutiku begitu."
"Aku hanya bercanda."
Gigi-gigi taring Drake menghilang. Matanya berubah menjadi emas lagi. Wajahnya berseri-seri dengan senyuman yang mampu mempesona setiap perempuan. Azumi terpaku, rona merah tipis terukir di parasnya.
Drake mendekati dan berlutut di depan Azumi. Dia menatap kedua mata coklat gadis itu lekat-lekat.
"Lalu, namamu siapa, Nona?" tanya Drake penasaran.
"Kido Azumi," jawab Azumi cepat.
"Seperti nama orang Jepang."
"Aku memang orang Jepang."
"Benar juga."
"Tapi, namamu seperti orang barat, tetapi kamu fasih berbahasa Jepang."
"Aku bisa berbahasa apa pun."
Drake menampilkan senyum yang menawan lagi. Mencoba memegang dagu Azumi, namun ditepis kasar oleh Azumi.
"Apa yang ingin kamu lakukan?" bentak Azumi dengan suara yang keras.
"Kamu memang mirip dengan istriku," sahut Drake tersenyum lagi, "bagaimana kalau kita menikah saja sekarang?"
"Apa?"
Azumi membelalakkan matanya. Mulutnya ternganga lebar. Drake serius dengan perkataannya, lalu memegang tangan Azumi erat. Azumi menepis tangan Drake lagi dan melayangkan tinju ke arah Drake. Tinjunya ditahan oleh Drake.
"Jangan bermimpi! Kita baru saja bertemu, lalu seenaknya saja kamu mengajakku menikah! Kamu tidak waras, ya?" sanggah Azumi melototi Drake.
"Aku waras!" timpal Drake dengan nada tenang, "aku ingin menikahimu karena kamu sudah menolongku terbebas dari buku portal waktu yang telah mengurungku selama bertahun-tahun. Apa lagi kamu sudah menjadi bank darah-ku. Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja, Azumi."
"Jangan harap! Aku tidak sudi menikah dengan vampire sepertimu! Kamu tidak bisa memaksaku seperti itu!"
"Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku mulai hari ini!"
Drake bersikap serius. Matanya menajam hingga menusuk hati Azumi. Azumi terdiam dengan kedua pipi yang merona merah.
Hening. Tidak ada yang saling berbicara lagi. Azumi menggeram kesal, dan langsung mendorong Drake lagi. Drake terjungkal jatuh ke belakang.
"Aduh!" Kepala bagian belakang Drake terbentur lantai. Dia melihat Azumi lari menaiki tangga. Azumi mengabaikan rasa sakit di betisnya, yang penting bisa selamat dari gangguan vampire itu.***
![](https://img.wattpad.com/cover/210694529-288-k34668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reign of the Fallen Angel
FantasyDrake Stevenson, seorang vampire kuno berhasil keluar dari buku bergembok berkat dibantu Kido Azumi. Dia menyangka Azumi adalah Carla, istrinya yang telah lama meninggal. Karena itu, membuatnya berusaha mencintai Azumi dan melindungi Azumi dari berb...