7. Pertarungan di tengah kota

15 1 0
                                    

"Musuh?" Mizuto mengerutkan kening.
"Ya." Drake mengangguk, tetap memandang Mizuto tajam. 
"Tapi, lebih baik berteman daripada bermusuhan, bukan?"
Mizuto mengulurkan tangan ke wajah Drake sekali lagi. Drake menepis tangan Mizuto. Tiba-tiba, terdengar suara yang memekakkan telinga.
"Drake!" teriak Azumi yang berdiri di ambang pintu belakang, sehingga Drake dan Mizuto melihat ke arahnya, "sudah kubilang 'kan, kamu itu harus jaga rumah! Kamu malah mengikutiku lagi!"
Sekali berjalan, Drake sampai di depan Azumi. "Aku tidak mau jaga rumah. Hanya kamu yang harus kujaga agar tidak ada pria lain yang merebutmu dariku."
Azumi memahami perkataan Drake barusan karena ada Mizuto yang berdiri tak jauh dari mereka. Mizuto hanya tersenyum, berjalan pelan menghampiri mereka.
"Oh. Kalian berdua tinggal serumah, ya?" tanya Mizuto penasaran.
"Ya/tidak," jawab Azumi dan Drake kompak.
"Mana yang benar?"
"Drake itu tinggal di sembarangan tempat, Pak," celetuk Azumi asal-asalan.
"Memangnya aku ini gelandangan apa?" protes Drake sedikit kesal.
"Kamu memang gelandangan, Drake."
"Azumi, jangan ledek aku seperti itu. Aku ini keturunan bangsawan, kamu harus tahu itu!"
"Oh, ya. Aku tidak percaya!"
Drake dan Azumi berperang adu mulut lagi. Mizuto ternganga, tidak tahu bagaimana caranya menengahi mereka. Daripada pusing melihat mereka yang berceloteh, lebih baik dia pergi dari sana. Mengurus pekerjaan, itu yang lebih utama.

***

Azumi naik bus saat pulang dari kerja. Dia duduk di dekat jendela, sementara Drake duduk di sampingnya. Sejak tadi, gadis itu melihat pemandangan lewat jendela yang terbuka lebar, tanpa sedikit pun menoleh ke arah Drake. Membiarkan angin masuk untuk mendinginkan hatinya yang masih kesal terhadap Drake.
Suasana sepi. Hanya beberapa orang yang mengisi bangku-bangku. Selebihnya kosong. Lampu bus menyala terang, tidak mengganggu Drake. Lelaki vampire itu menyilangkan kaki seraya bersiul untuk mengisi kebosanan selama perjalanan.
"Hei, Azumi," panggil Drake yang sudah bosan bersiul, "besok kamu masuk magang, 'kan?"
"Hm. Masuk pagi," balas Azumi tanpa menatap Drake.
"Aku ikut denganmu, ya?"
"Jangan."
"Kenapa?"
"Kamu akan menggangguku."
"Tidak akan."
"Dasar, vampi...."
Ucapan Azumi terputus tatkala Drake membekap mulutnya dengan tangan. Tangan Drake yang satu lagi memeluknya erat dari samping seraya berbisik sesuatu.
"Ssst, diam. Aku merasakan ada beberapa orang yang mengawasi kita dari tadi." Drake menyipitkan kedua matanya.
"Siapa?" Azumi panik setengah mati.
"Vampire Hunter."
"Apa?"
Azumi membelalakkan mata. Drake bersikap tenang ketika orang-orang yang ada di bus, berdiri tanpa terjatuh sedikit pun. Padahal bus masih berjalan dengan kecepatan tinggi. Orang-orang itu berpakaian biasa, tetapi tiba-tiba menyabet senjata berupa salib dan pistol dari balik pakaian. Salah satu dari mereka maju, seorang gadis bertubuh pendek berambut coklat melewati bahu menodongkan pistol ke arah Drake.
"Kamu tertangkap, vampire," ucap gadis berpakaian lolita hitam-putih, "serahkan dirimu pada kami secara baik-baik."
Drake menjauh dari Azumi. Dia berdiri. Tinggi gadis itu hanya sebatas dadanya. 
"Kamu siapa gadis kecil yang manis?" tanya Drake mencoba bersikap ramah. Tersenyum dengan wajah berseri-seri sehingga mampu membuat beberapa gadis di sana, terpesona kecuali gadis berpakaian lolita.
"Tidak usah basa-basi," jawab gadis itu sembari perlahan menekan pelatuk pistolnya, "atas perintahnya, aku harus melenyapkanmu!"
Terdengar letusan pistol yang sangat nyaris. Peluru perak mineral nyaris mengenai Azumi. Untung, Drake membawa Azumi bersamanya. Kaca jendela pun pecah saat peluru perak mineral menembusnya. Pecahan kaca jatuh dan berserakan di jalan raya. Kesempatan itu, dimanfaatkan Drake dan Azumi untuk kabur. Mereka nekad melompat dari jendela bus yang terbuka lebar.
Drake mendarat mulus di jalanan raya, seraya menggendong Azumi di bahu seperti menggendong karung beras. Azumi berteriak histeris saat Drake berlari secepat kilat. 
"Aaah, Drake! Berhenti!" Suara Azumi yang sangat keras sungguh membuat sakit telinga Drake.
"Hei, jangan berteriak begitu!" Drake menurunkan Azumi dengan cepat. "Kamu tahu kita sedang dalam bahaya sekarang."
"Aku tahu."
"Makanya diam."
"Itu mereka! Cepat!"
Tiba-tiba, seorang pria muda berteriak sambil menunjuk Drake dan Azumi. Dia memiliki sepasang sayap besi di punggung sehingga bisa terbang layaknya burung. Kecepatan terbangnya hampir menyamai Drake.
"Gawat! Kita benar-benar dikejar!" Giliran Drake yang panik. Dia menggendong Azumi di bahu lagi. Azumi berteriak keras seiring Drake bergerak cepat. Mereka menghindari serangan peluru-peluru air suci yang ditembakkan oleh pria bersayap besi.
"Wuaaah, sampai kapan semua ini berhenti!" pekik Azumi frustasi. Dia hampir menangis sampai Drake menurunkannya lagi. Menyadari dirinya yang terduduk di sebuah gang sempit buntu.
"Kamu tunggu di sini, ya," sahut Drake berlutut di depan Azumi, "aku harus membereskan mereka dulu."
"Tapi, aku takut. Di sini ... gelap."
"Jangan takut. Aku tidak akan lama."
"Cepatlah kembali."
"Ya."
Drake mengangguk. Wajahnya dan wajah Azumi terselimuti kegelapan, hanya tubuh mereka yang tertimpa cahaya lampu jalanan. Kesunyian yang menemani Azumi saat Drake berlari meninggalkannya. Azumi bergeming, ketakutan luar biasa menguasai tubuhnya.
Drake maju menyerang sekelompok Vampire Hunter yang mengejarnya. Dia berubah wujud menjadi dirinya yang asli. Matanya berwarna merah menyala, gigi-gigi taringnya menyembul dari dua sudut mulutnya, kulit putihnya lebih pucat dari mayat, kuku-kukunya juga tajam dan panjang. Kecepatannya jauh lebih dahsyat dalam wujud vampire sempurna ini.
Gadis berpakaian lolita dan para anak buahnya menunggu kedatangan Drake. Mereka sudah berpakaian khusus yang terbuat dari perak untuk melindungi diri dari serangan vampire. Bahkan supir bus tadi, juga ikut dalam kelompok mereka.
"Hei, kalian!" Drake bersuara sangat keras. "Ayo, maju! Hadapi aku!"
Gadis berpakaian lolita memasukkan peluru-peluru perak ke magazine, dan menarik pistolnya sekali. "Kalian maju dulu, biar aku yang terakhir menembaknya."
"Baiklah, Kimberly!" Semua anggota mengangguk patuh kepada sang ketua. Kimberly Tate -- nama gadis berpakaian lolita -- memandang siaga ke arah Drake yang bertarung dengan para anak buahnya.
Beberapa orang menembak dan melemparkan salib ke arah Drake. Namun, serangan mereka tidak mengenai Drake karena Drake berlari zig-zag dengan kecepatan luar biasa. Satu persatu dari mereka, mendapatkan pukulan dan tinju dari Drake. Mereka pun jatuh terkapar dengan sakit tidak tertahankan di bagian tubuh yang terkena pukulan dan tinju Drake. Meski pun, mereka memakai pakaian pelindung yang terbuat dari perak, Drake tidak takut sedikit pun. Tanpa patah arang, Drake mencurahkan segala tenaganya untuk menghabisi mereka.
Terakhir yang dihadapi adalah Kimberly. Drake menatap gadis berpakaian lolita itu tajam. Jarak mereka sekitar beberapa meter.
"Hentikan! Aku tidak ingin menyakitimu," ujar Drake memperingati karena sosok Kimberly mengingatkannya dengan adik perempuannya.
"Aku tidak akan berhenti sebelum memusnahkanmu,"sahut Kimberly dengan sikap tegas. 
"Siapa yang menyuruhmu untuk memusnahkanku?"
"Kamu tidak perlu tahu."
Kimberly mengeraskan wajah sembari melepaskan tembakan ke arah Drake. Drake berhasil menghindari setiap peluru perak panas itu dengan cepat hingga tiba di belakang Kimberly. Kimberly tidak memakai pakaian pelindung perak, menyadari Drake yang berdiri di belakang, tetapi mendadak dia tumbang karena Drake memukul tengkuknya dengan kuat. Mengakibatkan Kimberly pingsan bersama pistol yang terkapar di jalan beraspal.
Semua orang yang tergabung dalam sebuah organisasi itu, tidak sadarkan diri. Mereka tergeletak dengan jantung yang masih berdetak. Drake tidak membunuh mau pun menghisap darah mereka, justru menyaksikan musuh-musuhnya sudah kalah. Kemudian perlahan dia kembali berwujud manusia dan bergegas pergi ke tempat Azumi yang menunggunya.

***

Reign of the Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang