That's Oke 1

493 38 5
                                    

Bahwa tidak apa-apa kalau sejenak kau merasa kesepian, kau lelah, kau sedih...
.
.
.
Ruang latihan terasa begitu hening, tidak ada seorang pun selain dirinya saat itu. Padahal latihan vocal sudah usai sejak beberapa jam lalu tetapi Wendy masih tetap disana. Terlepas dari sifat cerianya, Wendy juga menyendiri.

Saat sendiri begini, kadang yang ia lakukan melatih vocal, kadang menghafal koreografi karena ia selalu butuh lebih banyak waktu untuk itu dibanding teman satu timnya yang lain, ia juga kadang menelfon orangtuanya yang ada di Canada, atau hanya duduk diam sambil merenung seperti ini. Merenungkan apa saja.

Walaupun seringnya sendiri, tapi di lain waktu kadang ada member berakhir di ruangan ini sampai menjelang pagi bersamanya, paling sering Seulgi. Padahal Seulgi sudah melakukan dengan baik, harusnya tidak perlu lembur sepertinya, tapi dasar pekerja keras. Tapi karena jadwal semakin hari semakin padat dan melelahkan, istirahat menjadi hal yang sangat sangat penting dibandingkan terus menerus latihan. Karena sebenarnya Wendy juga tidak jarang berakhir ketiduran di sofa yang ada di ruang latihan itu.

Entahlah, Wendy hanya merasa senang berlama-lama di ruang latihan.

Selain member ada satu orang lagi yang juga tidak jarang berakhir sampai menjelang pagi di ruang latihan vocal bersamanya, Senior yang sejak dua tahun lalu dilatih vocal coach yang sama dengannya. Seorang senior yang entah bagaimana dijadwalnya yang jauh sangat jauh lebih sibuk, tapi bisa punya waktu untuk latihan. Seniornya yang tidak jarang berlatih bersama hingga menjelang pagi. Seniornya yang siapa sangka akan berakhir mengobrolkan resep masakan atau restoran hits dengannya. Seniornya yang tidak keberatan menunggu sampai jemputan Wendy datang.

Seniornya yang beberapa bulan ini tidak bisa ia jumpai.

Di sudut ruangan, diatas sofa hitam itu Wendy tertunduk melihat ke layar handphonenya. Ia memutar lagu paling atas di playlist favoritnya. Dan begitu saja ia bersandar menjatuhkan dirinya, sejenak menarik nafasnya sambil terpejam menikmati alunan lagu itu.

Lagunya. Lagu yang di rilis sehari setelah dia resmi pergi.

Lagu yang entah bagaimana memberikan kekuatan untuk banyak orang, untuknya juga.

Mengingatkan padanya bahwa tidak apa-apa saat dia merasa kesepian seperti ini. Bahwa tidak apa-apa saat dia sesekali menangis, menangis karena betapa melelahkannya hidup, menangis karena merindukan orang-orang yang dicintainya. Lagu yang juga mengingatkan agar tertawa lagi, berharap lagi, dan bangkit lagi.

Sampai dibagian akhir lagu, Wendy kembali membuka matanya. Menatap jauh, entah kemana.

The memories that fill both hands
Our precious story
A sincere heart
If you can still remember the after the time passes
Will you be able to say,
That you were happy too?

Wendy ingat kenangan-kenangan kecil bersama seniornya itu. Yang entah bagaimana bisa ia ingat dengan baik, dan begitu membahagiakan.

"Apa kamu juga bahagia... Oppa?" Lirihnya.

Tergambar lagi bagaimana seniornya itu begitu baik memperlakukannya. Bahkan sejak Wendy pertama kali memutuskan untuk berjuang ditempat ini. Bagaimana laki-laki itu menghampiri dirinya yang masih bersikap canggung karena seorang foreigner. Bagaimana biasanya para trainee jaga jarak apalagi dengan lawan jenis, tapi dia yang dasarnya memang orang yang sebaik itu, datang hanya untuk menanyakan apa dia kebagian makan siang atau belum.

Sikapnya perhatian dan peduli pada orang-orang disekitarnya, bukan hanya rekan kerja, senior bahkan junior seperti dirinya, tapi bahkan staff. Sikap yang dilakukannya ke semua orang, tapi punya bekas sendiri untuk Wendy. Sikap yang membuatnya menyimpan perasaan itu bertahun-tahun. Sampai hari ini, sampai ia merindukan mata bulat itu, senyum manis, sikap tulus dan suara rendah yang lembutnya.

FF Untold Story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang