CHAPTER 2

71 17 3
                                    

  Suara kokokan ayam membangunkan ku. Kulihat jam menunjukkan pukul 02:14, aku mengumpulkan nyawaku yang masih di alam bawah sadar dan aku bangun. Ku bereskan tempat tidurku, setelah itu aku mulai mencuci baju dan piring. Lalu aku menyapu halaman rumah.
 
  Setiap hari aku selalu bangun pagi sekali, karena harus mengerjakan pekerjaan rumah membantu ibuku, kalau tidak aku bisa dimarahi. Tapi semua yang aku lakukan tidak pernah dihargai, selalu saja beranggapan kalau aku pemalas dan tidak pernah mengerjakan apapun.

  Sudah jam 3:40, aku bersiap-siap untuk mandi dan sholat subuh. Setelah itu aku menyiapkan keperluan sekolah dan mulai bersiap-siap. Aku melihat diriku sendiri di cermin, kantung mata hitam seperti panda, pipi tembem, dan muka pucat. Sangat menyedihkan. Aku mulai memoles cream di wajahku dan memupuhkan sedikit bedak bayi, lalu kuoleskan sedikit lipbalm dibibirku agar tidak terlihat pucat.

  Aku memakai sepatuku. Setelah selesai aku mengetok pintu kamar ibuku untuk berpamitan.

Tok tok tok

"Mah, Lina mau berangkat. Assalamu'alaikum."

"Iya" Aku salim sama mamah dan berpamitan. Ayah masih tidur, jadi aku terpaksa tidak menyaliminya karena takut dimarahi jika dibangunkan.

***

Skip
  Di sekolah banyak yang masih belum datang. Aku duduk termenung sambil menunggu Fadhilah. Tapi bel masuk sekitar 10 menit lagi, padahal aku sangat lapar karena kemarin sore sepulang sekolah aku tidak makan. Akhirnya aku pergi ke kantin sendirian.

  Di Kantin aku melihat Ramohan, dia duduk bersama teman-temannya yang sedang makan. Mungkin dia habis sarapan. Batinku.

  Aku berjalan menuju ibu penjual nasi lengko.

"Bu, nasi lengkonya 1 ya"

"Iya neng."

Aku merasa ada yang memperhatikan, aku melihat kiri dan kanan. Aku merasa Ramohan lah yang memperhatikan ku di sebelah kanan penjual nasi baso. Kami bertemu pandang dan aku langsung membuang muka. Aku malu, aku menjadi salah tingkah. Dan Ya tuhan, jantungku sudah mulai bermaraton.

"Ini neng nasinya"

"Oh iya, makasih bu. Ini uangnya."

  Aku buru-buru pergi dari situ setelah mengambil nasi lengkonya. Mengapa aku menjadi salah tingkah begini, aku gugup bertemu Ramohan. Tapi aku senang:)

Selama di perjalanan menuju kelas, aku memasang tampang datar dan tidak peduli akan orang yang berlalu lalang. Berbagai tatapan menjadi sarapan pertamaku pagi ini. Sampai di kelas, aku duduk sambil membuka bungkusan nasi lengkonya dan mulai memakannya dengan tenang.

Penghuni lain sudah banyak yang datang, dan kelas pun ramai. Ada sekumpulan orang yang sedang bergosip ria, bermain game, mengerjakan PR, dan kelakuan lain sebagainya. Begitu lumrah untuk dipahami, tapi aku begitu risih akan keramaian. Membuat telingaku berdengung, serta hati gelisah.

Aku selesai dengan acara sarapanku dan berjalan untuk membuang sampah, setelah itu aku duduk kembali dan minum obat. Obat bagiku seperti makanan penutup atau cuci mulut, aku sudah ketergantungan obat. Seakan hidupku ditunjang oleh obat ini.

"Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Kepada siswa dan siswi yang masih berada di kantin, di luar kelas, dan yang masih berkeluyuran segera masuk ke dalam kelas, karena tadaruz bersama akan segera dimulai.
Buka surah An-Nisa:28. Sebelumnya kita membaca surah Al-Fatihah. A'udzubillahiminasyaitonnirozim....."

Terdengar suara dari speaker sekolah pertanda masuk dan tadaruz dimulai. Aku pun mengambil Al-Qur'an di meja depan begitupun dengan yang lainnya, dan memulai mengaji.

Cinta Tak BerujungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang