Hari ini, hari dimana Jeffreyan berencana mendatangi rumah Arina untuk melamar Arina. Ia hanya akan datang berdua dengan Kala, lagi pula dengan siapa lagi? Ayah dan ibunya jauh dari dia sekarang.
"Pa? Jadi ke rumah mama gak nanti?"
"Mama mama, siapa mama"
"Mama Arina, yakan? Yakan?"
Jeffrey hanya menghela nafasnya, dia tidak paham dengan anaknya. Kenapa Kala sangat senang akan datang ke rumah Arin, bahkan belum juga di terima tapi ia sudah memanggil Arin dengan sebutan mama.
"Kamu, nanti di rumah dia jangan manggil mama mama dulu ya Kal? Papa gak enak sama mama papanya Arin"
Kala mengangguk, ia benar benar tidak sabar. Bahkan yang memilihkan desain cincin untuk Arin juga Kala, lebih lagi saat tadi mereka pergi bertiga dan Arin memperlakukan Kala seperti anak bayi. Benar benar tidak pernah Jeffrey duga anak semata wayangnya bisa dekat dengan Arina, ia pernah mengira jika Kala akan menolak kehadiran Arina karena usia Jeffrey dan Arina terpaut cukup jauh.
"Pa, nanti aku pake baju formal juga?"
"Boleh, kalo mau. Kalo enggak juga gak aap apa, asal sopan"
"Siap!!"
Jam sudah menunjukan pukul 17:37, Jeffrey dan Kala sudah bersiap untuk sholat maghrib. Rencananya Jeffreyan dan Kala akan berangkat menuju rumah Arina setelah sholat Maghrib.
"Pa? Beneran papa mau lamar mama malem ini?"
"Iya, kenapa?"
"Kan papa belum kenal sama kakek sama nenek, berani ngelamar?"
Mata Jeffreyan menyipit begitu mendengar pertanyaan Kala, seolah berkata 'maksudnya?'
"Ya kan belum pernah ketemu sama kakek sama nenek kan?"
"Siapa kakek sama nenek?"
"Orang tuanya mama Arin, iyakan?"
"Kok kamu udah manggil begitu? Padahal belum kenal"
Kala hanya tertawa kikuk.
"Oh iya, papa nanti manggil orang tua mama apa dong? Kak? Om tante? Pakde bude? Apa mama papa?"
Pertanyaan Kala kali ini membuat Jeffrey ikut bingung, dia dan orang tua Arina jaraknya tidak begitu jauh. Jadi bagaimana cara Jeff memanggil orang tua Arina nanti, ia lebih cocok menjadi adik orang tua Arina dan menjadi paman Arina.
"Kita pikirin nanti ya nak, jangan bikin papa pusing"
Setelah selesai bersiap siap, Jeffreyan sudah siap dengan baju batik berwarna putih miliknya yany membuat Kala tertawa. Papanya ini lebih seperti akan menghadiri kondangan dibanding akan melamar pacarnya.
"Pa? Mau kondangan?"
"Kenapa? Emang salah? Kalo pake stelan jas ntar dikira mau tanda tangan MOU"
"Udah, ayo berangkat. Kamu telfon Arin, bilang kalo udah mau berangkat"
Lanjut Jeffreyan.
Setelah menempuh perjalanan 30 menit akhirnya Jeffreyan dan Kala sudah sampai di depan rumah Arina, dengan pintu pagar yang terbuka lebar menandakan jika mereka siap menerima tamu.
"Pa? Ini kan tamunya cuma kita ya? Masa di dalem rame si?"
Tanya Kala terheran, rumah Arina begitu terang dan sepertinya banyak tamu di dalam.
"Papa gak tau, ayo turun"
Kala mengangguk, menyusul Jeffrey yang sudah terlebih dulu turun.
"Ma! Pacarnya kakak dateng!"