07.

25.4K 3K 77
                                    

"Kamu ragu ya sekarang sama hubungan kita?"

Jeffreyan panik bukan main ketika mendengar Arina mengatakan hal itu.

"Enggak rin, aku gak ragu sama sekali"

"Kamu bicarain dulu sama keluarga kamu, sama keluarga mamanya Kala juga. Seengaknya kamu sama mamanya Kala pisah karena maut, bukan karena palu hakim"

"Arina, dengerin aku. Yang nikah aku sama kamu, orang tua aku juga udah setuju rin. Gak ada masalah lagi"

Arina menundukan kepalanya, ia hanya takut jika langkahnya yang di ambil dengan Jeffreyan justru akan memisahkan Jeffreyan dengan anaknya.

"Kalo kamu mau di pisah sama Kala, terus Kala di ambil keluarga mamanya gara gara kamu nikah sama aku. Gimana mas?"

"Kala anak aku rin, aku yang besarin dia. Aku marah kalo Kala di pisah sama aku"

"Kalo kamu dikasih 2 pilihan, tetep ada Kala tapi gak nikahin aku, atau kamu tetep nikahin aku walau jauh dari Kala?"

Jeffreyan menghela nafasnya di ujung sana, Arina benar benar menguji dirinya.

"Aku pilih nikahin kamu, masalah mereka mau bawa Kala atau enggak ada di tangan Kala. Kalo dia mau ikut orang tua mamanya, ya aku gak bisa larang"

"Udah ya mas, aku mau tidur"

Jeffreyan mengalah, ia tidak ingin membuat suasana makin runyam. Akhirnya ia membiarkan Arina menutip telfonnya.

"Kenapa rin?"

"Eh mama, udah dari tadi?"

Mama Arina mengangguk, salah sendiri pintu kamarnya tak ia kunci.

"Ribut sama Jeffrey?"

"Enggak ribut, cuma kepikiran aja"

"Kepikiran apa? Jangan aneh aneh"

Arina menatap mamanya dalam dengan air wajah yang sendu.

"Kalo aku nikah sama mas Rey tapi Kala di ambil keluarga mamanya gimana?"

"Emang mereka bakal ngambil Kala?"

Mama Arina langsung duduk di samping Arina dan merangkul bahu putrinya.

"Tantenya Kala, adek mamanya dia kaget pas tau mas Rey mau nikah lagi. Dia kira mas Rey bakal setia sama mamanya Kala, aku bingung ma. Kalo Kala mau di pisah dari Mas Rey, mending aku yang mundur aja kali ya?"

"Arina, pamali ngomong gitu"

Arina hanya tersenyum kecut, ia hanya tidak ingin memisahkan papa dan anak saja.










"Kak, ada papanya Kala"

Arina langsung terlonjak begitu tau jika Jeffrey datang, pagi pagi sekali. Arina sendiri masih dengan roll rambut yang terpasang di poninya dan rambutnya yang ia jedai. Jangan lupakan gaun tidurnya yang sebatas lutut tanpa lengan dan ia lupa membawa kardigannya untuk menemui Jeffreyan.

Lelaki yang tengah duduk di sofa bersama papa Bram itu dibuat terkejut saat melihat bagaimana Arina turun dari kamarnya, telinga Jeffreyan langsung memerah melihat Arina.

"Rin? Kamu belum jadi istrinya loh, udah pakai begituan nemuin dia?"

Arina menundukan kepalanya, melihat apa yang ia kenakan. Gaun tidurnya memiliki potongan rendah di bagian dada, dan lebih sialnya lagi Arina tidak mengenakan branya. Begitu melihatnya Arina langsung menutup mulut dengan tangannya dan berlari lagi ke kamarnya.

"Maaf maaf, aku keatas dulu"

Jeffreyan masih menahan tawanya melihat ekspresi Arina tadi, dia tetaplah pria normal yang melihat pertunjukan seperti tadi pasti akan menikmatinya. Tapu disitu ada papa Arina, ia jadi sungkan.

Setelah Arina berganti dengan short jeans dan kaos putih oversize, masih dengan roll rambut dan jedainya yang terpasang.

"Papa tinggal dulu, rin calon suaminya di buatin kopi dulu. Mama kamu belum sempet bikinin"

Begitu papanya pergi dan meninggalkan keduanya, Arina belum duduk dia menatap Jeffreyan.

"Mau kopi?"

"Boleh, jangan pakai gula ya"

"Iya, tunggu ya"

Jefffeyan mengangguk, ia memilih untuk memainkan ponselnya selagi menunggu Arina selesai dengan kopinya.

"Ini, coba dulu. Enak gak"

"Makasih ya"

Begitu Arina duduk di sebelahnya Jeffreyan mulai menyeruput kopinya, menyeruput kopinya sembari menatap Arina.

"Apa liat liat?"

"Kopinya kan gak pakai gula, kalo liatin kamu biar jadi manis"

"Dih, gombal"

Jeffreyan tetap menyeruput kopinya sembari menatap Arina, sedangkan Arina sibuk menata rambut Jeffreyan.

"Rambutnya besok rapiin"

"Rapiin pas mau akad aja"

"Apaan, enggak ya. Masih lama akadnya juga"

Jeff tidak menjawab, dia menaruh kembali cangkir kopinya dan kemudian berbisik di telinga Arina.

"Rin, kalo aja tadi gak ada papa. Aku awhhh, sakit Arina"

Iya, Arina mencubit perut Jeffreyan.

Bersambung

WDW [ COMPLETE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang