Kami berlima sampai di kos-kosan. Cerita horor yang kami alami sebentar saja sudah jadi konsumsi masyarakat kos-an Ndoro Sipir, sebutan untuk ibu pemilik kos-an tempat kami tinggal, dipanggil Sipir karena sangking judesnya kalau soal nagih uang kontrakan.
Malam itu, kami semua berkumpul di dapur, menyantap bawaan dari rumahku sembari membahas Kartika. Aku sebenarnya tak enak menyebut-nyebut nama gadis itu.
"Duh, gimana ini ya, mana aku baru bayar uang kontrakan, mana mungkin langsung pindah ?!" lontaran Yulia mengingatkan pada kami semua yang juga baru bayar kontrakan. Sebenarnya aku lumayan tertib tepat waktu tapi itupun baru ku bayar 2 bulan yang lalu. Masih sisa 10 bulan lagi, gak mungkin juga aku pindah. Rugi.
Penghuni kontrakan khusus wanita ini ada 12 orang, kini tinggal 11 setelah Kartika meninggal. Nanar mataku memandangi kamar Kartika yang gelap. Kamar itu seakan menunggu tuannya pulang.
"Aku gimana doong ... Kamarku sebelahan dengan dia ....." suara Yulia kembali memecah lamunanku, mereka sebenarnya ramai bicara sembari membuka-buka situs berita Kartika, namun tak terlalu kusimak, aku sibuk dengan pikiranku sendiri.
"Ya sama, aku juga!" seru Nining yang sejak tadi diam saja bagai orang syok berat saat kami tanyai peristiwa kaburnya supir angkot. Gadis itu nampaknya lebih tenang setelah menghabiskan nasi bungkus dengan sambal teri kacang tanah pemberian ibuku tadi.
Kos-an kami berbentuk leter U, enam kamar di kiri enam kamar di kanan saling berhadapan. Di depan, ada gerbang masuk, sekaligus ruang tunggu tamu di tengah-tengah lorong, lumayan dekat berhadapan dengan kamarku, di sisi paling ujung, ada dapur dan 4 buah kamar mandi.
Kamar Aisyah, Aku, Nining, Kartika, Yulia dan Pipit satu baris. Sedangkan Mega, Widia, Moly, Melati, Fatma, dan Citra satu baris di depan kamar kami.
"Jadi gimana? Kamu masih takut soal yang tadi?" tanya Aisyah yang di jawab anggukan Nining.
"Ya sudah kamu pindah aja ke kamarku untuk sementara" tawaran Aisyah disambut dengan binaran mata Nining.
"Mau banget Syah!!" serunya sembari memeluk gadis berjilbab yang jarang dibuka jilbabnya itu meskipun di dapur kontrakan seperti saat ini,
"Ntar Pak Kos tiba-tiba nongol" jawabnya tiap kali kami tanya.
"Kalau gitu aku juga pindah ah ke kamar Inggrid, ya nggit??" Yulia menatap penuh permohonan padaku. Langsung kujawab dengan anggukan, jujur aku juga sebenarnya takut, Nining pindah artinya kamarku lah yang jadinya sebelahan dengan Kartika walau kelang satu kamar.
"Aih kalian gimana sih kenapa pada takut, trus aku gimana yang paling ujung sendiri, sebelah kamar mandi lagi, hiiiyyyy!! Cit, aku nebeng ke kamarmu ya, pleaseee" seru Pipit pada Citra yang kamarnya persis berseberangan dengannya, Citra mengangguk.
Jam 10 malam, kami masih heboh membantu pindahan ketiga temanku itu, mengangkat-angkat kasur dan beberapa barang mereka. Aku sendiri sebenarnya ingin pindah ke kamar Aisyah, walau penakut, setidaknya Aisyah rajin mengaji lebih aman ketimbang kami yang lain, namun apa daya sudah keduluan Nining.
"Jujur ya, aku tuh seharian ini gak ada masuk kamar, di kampuuus terus meskipun ga ada kuliah! Takut aku di kos-an sendiri, yang lain pada kuliah, kalian berlima pergi melayat ... mana kamarku sebelahan dia lagi, duuhhhh... Kamu tau kan Nggit? Kartika itu usil banget semasa hidupnya sama aku ... Hobinya ngatain aku jomblo abadi! Gak sopan banget, padahal aku kan lebih tua ya dari kalian semua... Hiiiyyy ... semoga aja dia gak nyamperin aku ya! Seharian ini kosan kosong, kayaknya yang lain juga malas pulang, kata Ndoro ada beberapa wartawan yang datang, ngambil foto kamar Kartika. Aku serem ih!"Yulia terus bicara padaku panjang lebar, sembari mengatur letak kasur busa milik nya.
![](https://img.wattpad.com/cover/201805292-288-k647079.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
#3 : Misteri Hilangnya Primadona
Tajemnica / ThrillerKartika Primadona Kampus, Hilang seketika tanpa jejak di puncak gunung saat melakukan acara kemahasiswaan.