Aku bagaikan Rembulan, berharap siang menjadi malam. Akulah pecandu yang hina, yang selalu merindukan di dalam kelam. Mengisi ruang dalam waktu yang gelap bersama bintang yang kian bersinar. Laksana hati yang temaram, hanyalah bagi dia yang merindukan.
Tengah malam,rindu ini masih untuk mu. Banyak hal yang harus di selesaikan, termasuk rasa rindu yang tak ingin di abaikan. Aku akan sabar dengan jarak dan kejauhan, tapi bukan rindu yang meng gerimis berjatuhan. Ingin ku tampung segala resah agar tak mudah tumpah di mata rindu, semua kulakukan agar kesedihan tak pernah tampak di wajahku.
Sejak dulu aku selalu bertanya, jika puisi ini terwujud maka akan jadi apa. Apakah Rembulan? Pelangi? Senja? Atau malam? Dan pada akhirnya aku tau, bahwa puisi ini tak akan punya rupa, hanya memiliki makna yang mendalam tentang rinduku padamu. Selama aku belum menggapai apa yang di inginkan, maka aku bisa menggapai bulan sebagai perumpamaan. Aku sempat berfikir bahwa aku adalah sang pungguk, dan kamu adalah sang bulan. Tapi jangan seperti pungguk yang merindukan bulan, namun jadilah bulan yang mampu menyinari malam.
Malam memang sunyi seperti hidupku, namun malam memiliki bulan dan bintang yang akan menyinari, itu berarti malam lebih beruntung memiliki sesuatu lain sebagai pelengkap nya, dari pada aku. Jauh di dalam kalbuku yang paling sunyi, rindu ini menjelma sepi paling senyap di ruang paling peribadi, namamu benar-benar tak terganti. Apapun tentangmu adalah terindah yang pernah ada.
Bila Rembulan bersembunyi dalam gelapnya malam dan gemersik angin yang menerpa, lalu kemana aku bisa membisikkan cinta? Mengapa aku masih merindukanmu hingga sekarang? Ini karena aku masih mencintaimu hingga sekarang. Dengan itu, maka ku sampaikan pesan pada Rembulan, apakah kau juga merindukanku saat ini.
Di bawah Rembulan yang bersinar ini, aku termenung menatapnya dan berharap dari cela sinarnya menghadirkan dirimu di hadapan ku, bagaikan laksana dewi-dewi yang turun dari kayangan, datang dengan senyuman yang indah dan membawaku ke tempat yang terindah, atau kau hadir sebagai cahaya terang menemani di setiap malamku,hingga dalam tidurku dan merangkai mimpi yang indah. Namun itu hanya sekedar khayalan ku saja. Harapan tetaplah menjadi harapan dan tidak akan menjadi kenyataan.Kenyataannya, aku masih menatap Rembulan. Sendiri tak ada kamu yang menemani,atau kamu muncul dari balik sinarnya. Aku di sini dengan Rembulan hanya menyampaikan curhatan padanya tentang kerinduanku padamu. Kerinduanku yang teramat dalam.
![](https://img.wattpad.com/cover/210722235-288-k225170.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Penikmat rindu
Non-FictionLangit yang hitam menjatuhkan jutaan pena padaku, apa yang akan ditulis di tubuhku, apakah rindu yang meluncur dari air mataku? *** Ini kisah tentang kerinduan, kerinduan yang sejati. Tentang seorang lelaki, di dalam perjalanan hidupnya terselip pen...