Senyuman adalah jendela hati, wajah yang cantik akan semakin sempurna dan menarik dengan senyuman. Bagi pria, senyuman wanita ini bagaikan candu, yang membuat rindu dan jatuh cinta setiap saat. Kebersamaan akan terasa lebih jauh jika kita merasa kehilangan, kehilangan akan jauh lebih bermakna pada saat kita saling merindukan.
Rindu?... Jangan tanyakan itu...
Karena, aku masih menunggu, menunggu waktu yang tepat untuk terucap, saat itulah waktu di mana aku harus berlabuh, dengan senyuman yang syahdu.
Di pagi yang sunyi ini, ku titipkan segumpal rindu untukmu yang jauh di sana. Sepi tanpamu, mentari pun tak mampu menyemangatiku kecuali, sapamu yang aku tunggu sebagai penawar dan pelebur rindu. Disini, masih tertinggal wangi yang sempat engkau titipkan yang tak terbias oleh hangatnya mentari. Rindu ini curang, selalu bertambah tanpa tahu bagaimana caranya agar berkurang.
Aku diam, bukan berarti tidak rindu, tapi aku tidak ingin membangkitkan rasa yang tidak perlu. Mengapa begitu? Karena, aku hanyalah manusia biasa yang bisa merindukanmu di dalam diamku, lalu aku menghapus setiap air mata yang terus menetes di wajahku. Aku tau bahwa setiap rindu butuh temu, maka temuilah disaat lelah menghampiri, ceritakanlah semua keluh dan kesah, duduk berdua menghabiskan secangkir kopi dan berbagi cerita demi mengikis rindu yang ada. Tapi disini, rinduku adalah jarak, seperti spasi dalam puisi, seperti jeda menyeruput kopi, jarak itu pintu menuju rindu yang sekarang sedang aku nikmati.
Esok hari, mungkin aku akan sibuk dengan kegiatanku. Jika tidak ada waktu yang tepat untuk merindukanmu, aku cuma berharap semoga malam ini akan menjadi waktu yang tepat untuk merindukanmu, karena malam ini aku sedang memikirkanmu, mungkin kamu tidak merasakannya, biar hanya aku saja yang melakukannya dan terus merasakan hadirmu. Di setiap malam di bawah bulan dan bintang-bintang, aku selalu mendapati diriku sendiri tersenyum, di saat aku melamun mengenai dirimu dan itu menandakan bagaimana rasa rinduku pada dirimu. Siang bertemu, malam merindu, aku dekat kamu diam, aku jauh kamu pandang. Ah, rindu yang lucu.
Di antara rentetan gema takbir, ada rindu yang mengalir dan tak sengaja terucapkan di bibir. Aku mencintaimu dengan hati yang utuh, dengan rindu yang tak pernah jenuh, yang ku jatuhkan berkali-kali lewat air mata dan do'a. Aku selalu memohon kepada Allah untuk dapat bertemu denganmu dua kali, satu kali di dunia, dan satu kali di syurga. Kamu adalah salah satu tokoh yang selalu ada dalam do'aku, tema yang selalu aku perbincangkan antara aku dan Yang Maha Kuasa. Sebab, do'a adalah payung bagi rindu-rindu yang menghujan. Kamu tahu hujan tak pernah jenuh untuk datang, dan rinduku ialah air yang jatuh, walau tak pernah kau temukan.
Aku coba menghibur diri, tapi semua itu tidak bisa mengobati kerinduanku padamu. Rindu ibarat sebuah rahasia, aku sampaikan dengan aksara, dapat kamu baca, tapi tak kamu mengerti maknanya. Dan merindukanmu tanpa bertemu denganmu, sama halnya dengan menciptakan lagu yang tak pernah di nyanyikan. Di sini.. Saat ini, hasratku bukan sekedar ingin memilikimu, bukan juga hanya sekedar ingin memilihmu, tapi lebih kepada ingin membahagiakanmu. Karena bahagiaku ada pada bahagiamu. Jika saatnya tiba, sedih akan menjadi tawa, perih akan menjadi cerita, kenangan akan menjadi guru, rindu akan menjadi temu, kamu dan aku akan menjadi kita.Inilah aku sangat penikmat rindu, yang menikmati kerinduanku pada dirimu, di saat dan di setiap perjalanan hidupku, ntah sampai kapan aku menikmati kerinduan ini, dan kini aku masih menikmatinya hingga perjalananku hari ini, esok, dan seterusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penikmat rindu
NonfiksiLangit yang hitam menjatuhkan jutaan pena padaku, apa yang akan ditulis di tubuhku, apakah rindu yang meluncur dari air mataku? *** Ini kisah tentang kerinduan, kerinduan yang sejati. Tentang seorang lelaki, di dalam perjalanan hidupnya terselip pen...