PROLOG

4.8K 186 9
                                    

Selamat datang di dunia baru! Mohon berpegangan agar tiba dengan selamat! Selamat bertamasya ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang di dunia baru! Mohon berpegangan agar tiba dengan selamat! Selamat bertamasya ya. Jangan lupa vote dan commentnya ya.

Terima kasih.
--------------------------

"Bumi ...." panggil seorang gadis dengan suara lembut pada laki-laki yang sedang bersandar di pilar yang menghadap taman istana. Laki-laki itu hanya diam tidak peduli dan tetap menatap halaman istana.

"Bumi! Kau mengacuhkan aku," panggil gadis itu lagi tapi kali ini dengan suara yang lebih tinggi satu oktaf, membuat yang namanya dipanggil hanya menoleh malas.

"Ada apa, Fraus?"

Fraus hanya tersenyum dan ikut mengintip apa yang dilihat Bumi. Saat mengetahui siapa yang dilihat oleh Bumi, Fraus hanya berdecak kesal. "Dia lagi. Apa kamu tidak bosan? Dia sudah menolak kamu berapa kali?"

Bumi hanya melirik Fraus kesal. "Itu bukan urusanmu," jawab Bumi sambil memasang wajah kesal dan memutuskan untuk berjalan menjauh.

"Bumi! Tunggu aku ...." teriak Fraus membuat gadis yang berada di halaman istana menoleh. Para dayang pun bertanya,"Ada apa, Putri?" Dia hanya menggeleng lalu kembali sibuk melakukan aktivitasnya.

Seseorang berjalan menuju taman istana. Semua pelayan menunduk memberikan hormat. "Yang Mulia Raja ...."

Gadis itu pun menoleh dan menunduk memberikan salam. Raja Jupiter hanya tersenyum dan mengajak gadis itu duduk di kursi yang berada di taman.

"Venus, aku sudah menganggapmu seperti putriku sendiri. Sama seperti Minerva,"ucap Raja Jupiter sambil menyentuh kepala Venus yang menunduk. "Kau anak yang baik. Tidak pernah sekali pun kau meminta sesuatu yang aneh. Aku bersyukur mengangkatmu sebagai anak. Kau sangat berbakti padaku. Apakah ada yang kau minta?"

Venus tersenyum membuat semuanya sangat terpukau. Raja Jupiter tertawa. "Kau tahu, Venus? Berapa banyak pangeran yang memintamu untuk menikah denganmu? Atau Raja yang menginginkanmu untuk menjadi istri anak mereka. Dan bahkan banyak yang menginginkan kau menjadi permaisuri mereka. Kau memang sangat cantik. kecantikanmu bahkan terkenal hingga istana Dewa Neptunus dan Dewa Pluto."

Venus hanya tersenyum. Rambutnya yang berwarna hitam kelam terlihat berkilau di bawah sinar matahari. "Hamba tidak menginginkan apa-apa, Raja."

"Aku sudah mengatakan, panggil aku ayah. Aku ayahmu."

"Baik, Ayah," ucap Venus sambil tersenyum.

Jupiter berdiri dan menatap Venus. "Aku harus kembali ke dalam. Kamu boleh meminta apa pun jika kamu menyukainya," ucap Jupiter lalu beranjak pergi bersama pengawalnya.

"Baik, Ayah," jawab Venus sambil menunduk memberikan hormat. Saat Jupiter sudah menjauh, Venus kembali berjalan-jalan di halaman istana.

"Putri Venus apakah aku boleh membantumu?"

"Tentu saja, Pangeran," jawab Venus dengan senyum yang tidak pernah sirna dari wajahnya.

Sejujurnya Bumi tidak mengerti apa yang dilakukan Venus tapi dia hanya ingin melihat Venus dari dekat. Venus begitu menarik baginya. Entah mengapa dia ingin sekali mengatakannya, tapi dia sadar hanya berasal dari kerajaan kecil yang tidak bisa dibandingkan dengan kerajaan ayah Venus, Raja Jupiter. Raja para dewa.

Saat Bumi asyik menatap wajah cantik Venus. Ada teriakan seseorang yang dia kenal.

"Venus ayo bertanding denganku!" teriak Fraus dari koridor istana. Suaranya cukup keras membuat semua orang menoleh. Venus hanya menoleh dan tersenyum tanpa menjawab apa-apa sedangkan Bumi langsung berlari dan menegur Fraus.

"Apa yang kau lakukan? Menantang Putri Venus? Lalu kau memanggilnya tanpa gelar?" Bumi memijit keningnya yang terasa pening mendadak.

"Aku juga seorang putri. Tidak ada bedanya," jawab Fraus terlihat kesal.

"Dia Putri Raja Jupiter," jawab Bumi sambil mengepalkan tangannya di depan Fraus, menahan amarah. Fraus hanya mengedikkan bahu dan memanggil Venus untuk kedua kalinya.

"Kau takut?" tanya Fraus yang membuat semua orang terkejut. "Kalau kau menang kau boleh minta apa saja padaku."

"Apa saja?" tanya Venus dengan lembut. Fraus hanya mengangguk. "Baiklah," jawab Venus kemudian.

Venus, Fraus, dan Bumi berjalan beriringan. "Kau boleh mundur, jika merasa takut. Wajahmu akan terkena goresan gladius,"ucap Fraus sambil melirik Venus yang hanya tersenyum. "Apa gigimu tidak kering? Kau sangat suka tersenyum."

"Fraus cukup. Kau ini seorang putri!" bentak Bumi.

Mereka akhirnya tiba di gedung latihan. Banyak pasukan yang sedang berlatih tanding di sana. Mereka terkejut melihat dua orang putri cantik sedang menuju ke gedung ini. Mereka berlarian menuju Venus.

"Ada yang perlu hamba lakukan, Putri?"

Venus menggeleng. "Aku hanya ingin latihan bersama Putri Fraus." Fraus hanya memiringkan bibirnya malas.

"Ah baik, Putri. Silakan ...." ucap mereka lalu mundur teratur memberikan ruang pada Fraus dan Venus.

Pengawal menyerahkan gladius pada mereka berdua. Fraus berbisik pada Venus, "Kau masih ada waktu untuk menyerah."

Tapi Venus hanya tersenyum dan mulai memasang kuda-kuda. Fraus tertawa. "Baiklah kuakui kau cukup berani."

Fraus maju dan menyerang Venus. Gladius mereka saling bertatapan membuat suara dentingan yang keras. Venus hanya menghindar tanpa menyerang. Sangat terlihat jika Fraus mengincar wajah Venus.

"Lihat jika wajah cantikmu ini rusak apa Bumi masih mendekatimu?" bisik Fraus saat dia dan Venus saling menahan gladius yang berada di depan wajah mereka. Venus hanya tersenyum lalu menghempaskan gladius Fraushingga terpelanting di lantai. Fraus menoleh ke gladiusnya yang terlempar ke lantai hingga dia tidak sadar jika Venus menghunuskan gladiusnya ke leher Fraus. Tepuk tangan menggema di gedung itu. Venus hanya tersenyum lalu melangkah menjauh.

Tapi ternyata Fraus merebut pedang milik pengawal dan berusaha menyerang Venus dari belakang. Venus langsung menoleh dan menahan pedang itu. Venus menangkap pedang yang dilemparkan Bumi padanya.

"Menyerang musuh dari belakang bukan sifat seorang putri," ucap Venus sambil menahan amarah membuat Fraus bergidik ngeri. Venus lalu meneruskan pertarungannya dengan Fraus hingga satu serangan Fraus terpukul mundur dan pedang Venus terhunus lagi di leher Fraus.

Fraus menggeram marah,"Kau ...."

Venus menatap Fraus dengan tatapannya yang dingin. "Putri, aku bukan hanya bisa belajar dan menatap bunga di taman. Belajarlah untuk dewasa. Katakan pada Pangeran Bumi jika kau menyukainya bukan malah menyerangku," ucap Venus lalu melemparkan pedangnya ke pengawal.

Terdengar suara tepuk tangan dari seseorang. Semua berlutut. "Bagus sekali Venus. Suatu hari kau akan jadi ratu."

"Raja ... Ayah ...."ucap Venus sambil menundukkan kepalanya. " Maafkan hamba, Ayah. Hamba tidak bermaksud membuat gaduh."

Jupiter tersenyum. "Itu bukan kesalahanmu. Kau harus bisa membela diri. Putri kerajaan ini harus bisa membela diri. Kemarilah."

Venus mengangguk dan berjalan menuju Raja Jupiter. Mereka berjalan beriringan. Beruntung Venus tidak apa-apa, jika sampai terjadi apa-apa maka Fraus akan terkena masalah.

-----------------
Halooo! Selamat membaca yaaa. Mohon vote dan commentnya ya agar penulis makin semangat menulis dan melanjutkan ceritanya. Siapa tahu nanti akan diterbitkan jadi novel juga.

Amiiin

Time Travel : Diadem From The Roman Era (Diadem dari Zaman Romawi) SEGERA TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang