TRION

2.9K 414 15
                                    

Mereka bertiga kini duduk melingkar di sebuah ruangan, sudah beberapa waktu berlalu namun sepertinya tidak ada yang berminat untuk memecah keheningan, hingga terpaksa Jin Guangyao diam-diam mencubit suaminya yang justru kini hanya diam dengan senyum samar sambil menatap istri keduanya yang kini enggan menatap kearahnya, lebih memilih menatap dinding dengan pandangan angkuhnya.

"Ekhem, bagaimana keadaan di Yunmeng" suara berwibawa milik Lan Xichen yang halus memecah keheningan, membuat Jiang Cheng menoleh kearahnya.

'Bagus sekali, bukannya menanyakan keadaanku malah menanyakan hal lain, heh memang apa yang bisa diharapkan darinya soal perasaan' Batin Jiang Cheng kesal.

"Seperti biasa, Zewu Jun tidak perlu khawatir" Jiang Cheng memberinya senyuman tipis. Sebenarnya tidak bisa dibilang baik-baik saja, akhir-akhir ini sering ada mayat ganas yang datang dan menyerang beberapa desa di Yunmeng, namun Jiang Cheng segera mengatasinya dengan bantuan Wei Wuxian hingga berita tersebut tidak sempat tersebar. Tidak heran jika pihak Gusu sampai tidak mengetahuinya.

"Lalu ada keperluan apa sehingga shengshou Sandu berkunjung?" bibir Jiang Cheng berkedut mendengar pertanyaan dari Jin Guangyao.

Dalam hatinya, Jiang Cheng sudah mengeluarkan sumpah serapah. Bagaimana bisa Jin Guangyao bertanya seperti itu, jika dia tidak lupa Jiang Cheng juga istri dari Lan Xichen wajar saja jika ingin berkunjung. Jiang Cheng mengepalkan tangannya dan lagi-lagi memasang senyum tipis.

"Hanya mengantar Tuan Muda Yuchen, apa ada masalah dengan itu?" Jin Guangyao seketika gelagapan bahkan senyumnya menjadi gugup.

"Wanyin, terimakasih telah menjaga Yuchen, maaf jika dia selalu merepotkanmu" kali ini Lan Xichen bersuara, dan hanya dengan kalimat seperti itu berhasil membuat telinga Jiang Cheng memerah, namun wajahnya masih terlihat angkuh.

"Tidak masalah, akhir-akhir ini cuaca sedikit tidak mendukung, bagaimana bisa membiarkannya sendiri dalam perjalanan tanpa pengawasan lagipula dia juga putraku" Jin Guangyao merasa tidak senang dalam hatinya saat mendengar ucapan Jiang Cheng.

"Bagaimanapun A-Chen sudah hampir dewasa, anda tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya" Jiang Cheng mendengus mendengar ucapan Jin Guangyao.

"Benar, Tuan Muda Yuchen sudah hampir dewasa, hingga anda tidak perlu repot memperhatikannya lagi" Lan Xichen yang menyadari suasana segera bergegas menanganinya.

"A-Yao, Wanyin, bagaimana kalau sekarang kita pergi ke halaman untuk melihat para murid yang sedang berlatih" Jiang Cheng mendengus.

"Terimakasih Zewu Jun, tetapi saya akan segera kembali" Jiang Cheng segera bangkit lalu memberi hormat pada dua orang didepannya.

"Wanyin, kenapa terburu-buru, kau bisa menginap malam ini" Jin Guangyao menoleh dengan tidak senang pada suaminya.

"Mungkin lain kali, Jin Ling akan berkunjung jadi tidak mungkin membiarkannya sendirian" ucapan Jiang Cheng kembali membuat Jin Guangyao senang, dan hal tersebut tidak luput dari penglihatan Jiang Cheng.

"Aku sungguh merindukan A-Ling, anak itu jarang berkunjung ke Gusu, ShengShou Sandu, mohon bantuannya untuk menyampaikan salam pada A-Ling" Jiang Cheng hanya mengangguk lalu segera bergegas.

Lan Xichen hampir berdiri untuk mengantar istri keduanya sampai di gerbang, namun tiba-tiba Jin Guangyao, mengeluh tentang perutnya yang merasa kram, sehingga Lan Xichen mengurungkan niatnya, dengan sedih menatap punggung kurus Jiang Cheng yang berlalu.




Di gerbang Yuchen sudah menunggu, sesekali menatap Jiang Cheng yang semakin mendekat dengan gelisah.

"Kenapa kamu di sini, bukankah ini waktunya pelajaran?" Yuchen memberanikan diri menatap Jiang Cheng yang kini berada di depannya.

"Ibu tidak bisakah menginap?" Jiang Cheng menghela napas lalu sorot matanya berubah menjadi lebih lembut saat menatap pemuda di depannya.

"Tidak bisa, Jin Ling akan berkunjung"

"Ibu, A-Chen tahu ini tidak hanya tentang Tuan Muda Jin yang akan berkunjung bukan, apakah ibu akan merahasiakan soal mayat ganas selamanya, bukankah ayah harus mengetahuinya?" Jiang Cheng melotot mendengar rentetan ucapan Yuchen.

"Omong kosong apa yang kau bicarakan, sudahlah aku akan kembali, dan segera masuk jangam berkeliaran" Jiang Cheng kembali melangkah namun ucapan Yuchen selanjutnya berhasil menghentikan langkahnya.

"Ibu tidak bisakah ibu berbagi pada ayah apabila sedang ada masalah, tidak bisakah ibu tidak memendamnya sendiri?" Jiang Cheng terdiam sejenak.

"Kurasa kau sudah tahu bukan bagaimana hubunganku dengan ayahmu, tidak ada gunanya berbagi dengannya, lagipula selama ini hanya masalah kecil yang kuhadapi dan aku bisa mengatasinya" Yuchen merasa sedih mendengar jawaban Jiang Cheng, para orang tuanya memiliki hubungan yang rumit, hingga tanpa sadar mereka saling terluka.

















Selamat membaca, dan terimakasih untuk yang sudah meluangkan waktu membaca tulisan penuh kekurangan ini.
Terbuka untuk kritik dan saran.

Salam sayang.

(END) SECOND (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang