TESSARON

2.9K 402 28
                                    

Hari yang cerah di Yunmeng, para murid sedang menikmati waktu bermain di danau apalagi matahari sedang terik-teriknya. Berenang adalah salah satu hal menyenangkan.

Sementara itu, Jiang Cheng tengah duduk aula sembari membaca beberapa gulungan laporan. Ditemani secangkir teh dan kudapan. Sesekali dahinya mengernyit saat membaca gulungan-gulungan tersebut.

"Hah, kenapa semakin menjadi?" gumamnya kesal.

Tiba-tiba suara derap langkah yang ribut memecah konsentrasinya. Dengan kesal diletakkannya gulungan yang sedang dibaca tadi.

"Ketua Sekte, mohon ampuni kelancangan kami, sesuatu yang buruk terjadi." ucap salah satu murid dengan ketakutan, noda darah dijubahnya tidak luput dari penglihatan Jiang Cheng.

"Katakan apa yang terjadi?" Jiang Cheng segera menghampiri murid tersebut.

"Saat kami sedang di danau, tiba-tiba ratusan mayat ganas datang menyerang, kami sudah berusaha melawan mereka namun mereka berhasil masuk kemari." Jiang Cheng segera meraih pedangnya.

"Pergilah ke Gusu lewat jalur rahasia kita, beritahu keadaan yang sebenarnya pada Zewu Jun." Jiang Cheng segera berlari keluar.

Pemandangan yang mengerikan menyambutnya, ratusan mayat ganas tersebut sudah sampai di halaman dan sedang bertarung dengan murid-murid yang kini mulai terdesak, beberapa bahkan telah terlempar.

Jelas saja mereka kalah jumlah dan lagi yang mereka lawan kali ini mayat ganas dengan jumlah ratusan. Jiang Cheng segera bergegas, tanpa basa-basi segera menyerang mayat-mayat tersebut.

Pedangnya memang tidak bisa diremehkan namun kali ini lawannya tidak biasa. Beberapa kali dirinya hampir terluka namun sejauh ini masih bisa menghindarinya.

Semoga saja dirinya masih hidup hingga bantuan dari Gusu datang. Pedangnya segera ia ayunkan ke samping dan berhasil menebas satu mayat, namun serangan datang dari sisi lainnya.

KLANG

Sandu terlempar begitu saja saat salah satu mayat berhasil menyerah Jiang Cheng, sedangkan Jiang Cheng terpukul mundur dan memuntahkan seteguk darah.

"Sialan, bagaimana aku bisa lemah." geramnya dengan amarah, Zidian di jarinya mulai berkilat.

Jiang Cheng segera menatap mayat-mayat ganas yang menghampirinya, Zidian melambai-lambai dengan ganas, seolah cambuk tersebut mengundang. Dan benar saja dalam sekali ayun beberapa mayat terlempar tanpa ampun.

Jiang Cheng tidak bisa merasa lega karena kini semakin banyak mayat yang mendekatinya karena murid-muridnya yang terluka dan tidak bisa melawan lagi sudah tak terhitung.




Sementara itu di Gusu......

Lan Qiren, Lan Xichen, dan Jin Guangyao sedang menikmati teh hingga segerombolan murid Gusu berlarian, melupakan aturan sekte mereka. Lan Qiren hampir saja menyemburkan kemarahannya namun diurungkan saat melihat terdapat satu murid dengan seragam khas Yunmeng di gerombolan murid Gusu tersebut.

"Apa yang membuat kalian berani melanggar aturan?" tegur Lan Qiren dengan galak, murid-murid tersebut segera memberi hormat.

"Maafkan kami guru, saya datang kemari atas perintah Ketua Sekte."

"Katakan ada hal apa?" kali ini Lan Xichen bersuara.

"Siang tadi gerombolan mayat ganas tiba-tiba datang dan menyerang Yunmeng, kami sudah berusaha menghadapi tetapi jumlah mayat tersebut ratusan, Ketua Sekte Jiang mengutus saya untuk melapor pada Gusu." Lan Xichen spontan berdiri dan segera meraih Liebing serta Shuoyue miliknya.

"Xichen apa yang kau lakukan!" tegur Lan Qiren.

"Kenapa paman masih bertanya, tentu saja aku harus segera ke Yunmeng, lagipula aku harus segera ke sana, istriku sedang dalam bahaya." Lan Xichen segera pergi setelah memberi hormat.

"Paman, kita tidak boleh gegabah dengan mengirim murid Gusu ke Yunmeng." Lan Qiren segera menoleh pada Jin Guangyao.

"Apa maksudmu, bukankah keadaan Yunmeng sedang darurat?".

"Itu memang mayat ganas, tapi saya rasa Shengshou sandu untuk sementara waktu bisa mengatasinya, jika memang keadaan benar-benar tidak memungkinkan baru kita akan mengirim murid gusu, untuk sementara kita hanya perlu mengirim beberapa, dan jangan lupa Gusu juga membutuhkan keamanan." Lan Qiren merenung sejenak dan akhirnya mengangguk setuju. Jin Guangyao tersenyum namun tanpa ada yang menyadari senyumnya menyimpan kelicikan.







Selamat membaca.


(END) SECOND (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang