"Ohhh...." Rangga menggeleng-gelengkan kepala sambil merintih lirih. Perlahan matanya terbuka, lalu mencoba bangkit berdiri. Namun sebuah tangan halus telah menahan dadanya. Kepalanya masih terasa pening, dan berkunang-kunang. Matanya disipitkan mencoba nelihat jelas.
Samar-samar terlihat seraut wajah dekat di atas wajahnya. Perlahan-lahan, penglihatan Pendekar Rajawali Sakti semakin terang dan jelas. Seraut wajah itu tersenyum tipis, namun sorot matanya begitu redup menyiratkan kelesuan yang amat sangat. Rangga sangat mengenali wajah cantik yang tampak lesu ini.
"Pandan...," desis Rangga seraya mencoba bangkit.
Gadis berbaju biru itu membantu Rangga duduk. Perlahan Pendekar Rajawali Sakti bisa duduk dengan punggung bersandar pada dinding batu yang keras dan dingin berlumut. Sebentar dipandanginya wajah cantik di depannya, kemudian matanya beredar ke sekeliling. Kesadarannya langsung mengatakan kalau dirinya berada di dalam ruangan penjara batu yang tidak begitu besar dan kotor.
"Pandan.... di mana ini?" Tanya Rangga seraya memandangi wajah gadis di depannya.
Gadis itu memang Pandan Wangi. Meskipun wajahnya tampak kusut dan lesu dengan rambut acak-acakan, tapi kecantikannya tidak pudar. Baju yang dikenakannya koyak di beberapa tempat. Rangga cepat mengalihkan perhatiannya dari pemandangan indah itu, lalu kembali mengamati wajah Pandan Wangi.
"Kakang...," desis Pandan Wangi. Mendadak saja gadis itu menangis dan memeluk Pendekar Rajawali Sakti. Rangga jadi kebingungan tidak mengerti. Pandan Wangi menangis semakin keras. Pelukannya juga begitu kuat, seakan-akan tidak ingin melepaskan pemuda ini kembali. Rangga menepuk-nepuk lembut punggung gadis itu.
"Hsss.... Sudah, Pandan. Hentikan tangismu. Ceritakan apa yang terjadi, dan kenapa sampai begini...?" pelan dan lembut sekali suara Rangga.
Agak lama juga Pandan Wangi bisa menguasai dirinya. Perlahan pelukannya dilepaskan. Dipandanginya wajah Pendekar Rajawali Sakti, seakan-akan ingin memastikan kalau yang berada di depannya kini benar-benar kekasihnya. Sesekali masih terdengar isaknya.
"Kita harus segera keluar dari sini, Kakang. Mereka tahu kalau kau murid Pendekar Rajawali yang sudah meninggal seratus tahun lalu. Mereka menyanderaku, untuk memancing kau ke sini, Kakang. Mereka akan membunuhmu kalau terbukti kau murid Pendekar Rajawali," jelas Pandan Wangi dengan suara terisak.
"Lalu, kenapa kau jadi begini? Apa yang mereka lakukan padamu?" Tanya Rangga tanpa mempedulikan peringatan Pandan Wangi.
Pandan Wangi tidak segera menjawab, tapi malah kembali menangis terisak. Sukar bagi Rangga untuk menenteramkan gadis ini. Dia hanya dapat menunggu sampai tangis Pandan Wangi mereda.
"Laki-laki itu.... Dia mencoba menodaiku...!" jelas Pandan Wangi masih terisak.
"Argabaja, maksudmu...?"
Pandan Wangi mengangguk. "Keparat..!" desis Rangga menggeram.
Dipandanginya Pandan Wangi dalam-dalam.
"Dia menodaimu, Pandan?" Tanya Rangga hati-hati. Dadanya seketika bergemuruh, berharap hal itu tidak sampai terjadi pada diri kekasihnya.
Pandan Wangi menggeleng perlahan. Isak tangis-nya sudah kembali mereda. Bahkan hanya sesekali saja terdengar. Sementara Rangga menghembuskan napas lega, begitu mengetahui kalau hal itu belum sampai menimpa Pandan Wangi. Kalaupun sampai terjadi, tidak ada ampun lagi bagi Argabaja. Dan ini pun sudah membuat hati Pendekar Rajawali Sakti panas seperti terbakar.
Melihat keadaan pakaian yang koyak, pastilah Pandan Wangi berusaha mempertahankan diri. Tapi, kenapa Pandan Wangi kelihatan lemah...? Biasanya kalau ada laki-laki yang bermaksud kurang ajar padanya, gadis itu tidak segan-segan menghajar. Bahkan kalau hampir sampai menodai, dia tidak segan-segan membunuh. Atau paling tidak membuat laki-laki itu jadi tidak berdaya, dan tak mungkin mengganggu wanita lagi.
Sebenarnya, Pandan Wangi kelihatan lemah disebabkan oleh pengaruh aji 'Tinggal Raga' yang disalurkan ke tubuhnya oleh Pangeran Argabaja. Hal ini dilakukan agar Pandan Wangi bisa dibawa ke dasar lautan. Kemudian jasadnya yang tertinggal di tepi pantai diseret ombak, untuk kemudian dibawa ke dasar lautan juga. Itulah sebabnya mengapa waktu Pendekar Rajawali Sakti bertemu Pandan Wangi di tepi pantai dan tengah ditawan, gadis itu tidak bisa berbuat apa-apa Karena saat itu hanya sukmanya.
"Dia seperti binatang, Kakang. Aku diikat, dan... Untung Dewi Penguasa Samudera datang dan membatalkan niat pemuda keparat itu. Oh...," Pandan Wangi tidak sanggup lagi meneruskan kata-katanya.
"Sudahlah, Pandan. Akan kubalas kekurangajaran ini. Yang penting sekarang, aku bisa bertemu denganmu dalam keadaan selamat Itu saja yang terpenting bagiku. Tentang cara bagaimana kita bisa keluar dari tempat ini, nanti dipikirkan bersama," ujar Rangga lembut.
"Akan kubunuh iblis keparat itu, Kakang," desis Pandan Wangi menggeram.
Rangga tersenyum kecut. Dia tahu watak gadis ini Kalau sudah berkata demikian, sukar dicegah lagi. Kalau Pandan Wangi sudah bilang akan membunuh, pastl dilaksanakan. Apalagi ini menyangkut harga dirinya sebagai seorang wanita yang juga seorang pendekar. Peristiwa yang dialaminya memang dapat membuat aib yang sangat besar. Apalagi kalau sampai tersebar ke seluruh rimba persilatan.
Semua orang di dalam rimba persilatan akan mengejeknya. Dan yang lebih menyakitkan lagi, tokoh-tokoh hitam rimba persilatan tidak akan lagi menghormatinya. Mereka akan menganggap Pandan Wangi sebagai wanita rendah yang murahan. Dan lebih gila lagi, mereka akan berlomba-lomba untuk dapat tidur bersama gadis ini. Sungguh menyakitkan. Dan ini sangat dirasakan Rangga, sehingga tidak mungkin dapat mencegah apabila Pandan Wangi benar-benar ingin membunuh Pangeran Argabaja.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
51. Pendekar Rajawali Sakti : Tumbal Penguasa Samudera
ActionSerial ke 51. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.